"Operasinya berjalan dengan Lancar, serpihan pisau berhasil di angkat tetapi....—,"
Kedua wanita itu langsung membulatkan matanya,
"Tapi apa dok???,"Nada langsung menyambar dengan suara keras yang menggelar yang bisa saja membangun kan mayat yang sedang di otopsi..
Dokter yang memiliki perawakan minimalis itu, pendek dan gemuk langsung menarik nafas yang dalam. Baju hijau tua khas operasi masih terpasang dan terlihat cucuran keringat yang ada.
"Woii!," Nada kembali nyolot tidak sabaran.
Tiba-tiba saja suara wanita, yang baru saja sampai langsung menghampiri ketiga orang yang berada di depan ruang operasi.
"Zein gimana?," Tanya wanita parubaya itu dengan gelagapan.
"Pak Zein sementara ini koma, dan kami belum bisa memastikan kapan masa kritisnya berakhir, peradangan di area Lambung membuatnya tidak bisa sadarkan diri hingga saat ini,"jawab Dokter.
Nada langsung menganga, ia tidak menyangka akan serunyem ini.
"Ya Allah cobaan apa lagi ini,"batin Nada.
Mairah hanya bisa meluapkan tangisannya di pelukan kakak iparnya Zahra yang baru saja datang dan Mairah membuat rumah sakit semakin ribut dengan suara tangisannya..
Mairah yang menangis tiba-tiba saja kehilangan konsentrasi nya dan langsung saja tumbang untung saja ada Zahra dan Nada disana yang bisa membantunya.
"Suster... Sabahat saya pingsan. Cepetan tolongin,",Nada nyolot sambil melambaikan tangganya sembari tangan satunya menahan Mairah agar tidak terjatuh.
Bukannya mengambil brankar, suster itu malah berdiri seperti orang bego.
"Woyy cepetan bego!,"nada kini sudah mulai los-los lagi.
***
"Jam segini nada belum pulang ? Apa aku susulin aja?,"batinnya.
Zidan kini mulai khawatir tentang ketidakhadiran sosok istri yang mirip macan betina, Ultraman Ribut, Boboy Angin dan masih banyak lagi membuat ia semakin kacau.
"Tenang Rul, nada nggak bakalan nekat kok,"Batin nya menenangkan dirinya sendiri.
Zidan mulai menenangkan dirinya, ia membaringkan dirinya sendiri di sofa. Sambil melihat sesekali ayah mertuanya yang masih terbaring lemah dirumah sakit.
Ia memposisikan tubuhnya sebaik mungkin, agar ia merasakan nyaman. Mumpung tidak ada nada si Biang pengganggu.
Namun, semuanya sia-sia.
Zidan tidak bisa tidur dengan nyenyak, bahkan menutup matanya saja susah.
"Oh My God, kenapa kayak gini sih,"batinnya.
Entah angin apa, apakah angin muson Utara maupun tenggara yang membuatnya melangkahkan kakinya keluar.
"Suster, tolong jagain Ayah saya dulu. Saya ada urusan sebentar,"
Suster yang begitu cantik itu hanya mengangguk,
Zidan sudah sampai di parkiran,
"Astaga,"ia memukul jidatnya sendiri.
"Kan, tadi gue cuma nebeng sama Fauzan kesini,"
Ia kini, mengambil hp didalam sakunya. Ia mulai membuka aplikasi ojek online, dan memesannya. Untung saja ojol itu berada dekat dari rumah sakit, hingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggunya.
"Pak Irul?,"tanya Ojol itu.
Zidan hanya mengangguk, ia langsung naik dimotor bebek Ojol itu. Sampai lupa meraih helm yang diberikan tukang ojek.
"Jalan pak, tunggu apa lagi,"titahnya.
"Maaf Komandan , helmnya belum dipakai,"ucap Ojol itu dengan sok-sok bilang komandan juga seperti juniornya saja.
"Astaga,"Zidan langsung meraih helm itu.
Kini, motor Ojol sudah berangkat dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat. Mungkin saja ia takut ngebut, karena penumpangnya polisi, siapa tau langsung ditilang.
"Ya Allah tumben ada polisi yang pakai Ojek Online,"batin Tukang Ojek yang sudah berumur itu.
"Kok jalannya lambat banget Pak, bisa cepetan dikit?,"protes Zidan.
"Ehh ehh, i..iya komandan,"jawab tukang ojek itu.
Dengan hati-hati, tukang ojek menaikkan kecepatan motornya. Hingga kemacetan kota Jakarta kini sudah ada muncul didepan matanya, sudah tengah malam, dan Jakarta masih saja macet.
***
"Ya Allah, Maee sadar dong," Nada terus saja mondar-mandir didepan ruang perawatan itu.
Zahra hanya bisa diam, sambil memijit pelipisnya. Adiknya sedang koma dan adik iparnya sedang tidak sadarkan diri didalam ruang rawat itu.
"Ihhs dokter lama!,"protes Nada.
"Dek kamu nggak pulang? Nanti dicariin loh sama suaminya?,"tanya Zahra kepada Nada yang masih mondar-mandir tidak jelas.
"Astaga iya, Ya Ampun,"batin Nada.
"Tapi saya tunggu dokter keluar dulu Bu, saya harus tau keadaan Mai sebelum saya tinggal,"jawabnya.
Kini, nada sudah berhenti mondar-mandir. Kini ia telah duduk di kursi tunggu sambil menunggu dokter super laload itu, keluar.
Berselang beberapa menit, Zidan kini sudah tiba di halaman rumah sakit Polri, disana ada beberapa polisi yang berjaga, tentu saja Zidan sudah dikenal beberapa orang karena memang ia merupakan salah satu Bhayangkara terbaik di Jakarta.
"Komandan," ucap Polisi disana sambil hormat, entah mengapa banyak sekali yang menghormatinya namun ada satu orang yang sangat susah menghormatinya. Yaitu, istrinya sendiri.
Zidan hanya menjawab dengan isyarat agar berhenti hormat,
Kini ia telah masuk dirumah sakit, ia disambut para suster-suster cantik, seger-seger, dan tentunya semuanya adalah suster berpangkat Bintara kepolisian.
"Astaga, Bang Dzaky kok ada disana?,"batinnya ketika melihat abangnya modus dengan beberapa suster yang ada disana.
"Pantesan nggak mau nikah-nikah yah, hobynya masih modus sama anak orang,"Zidan hanya menggeleng-geleng.
Ia sengaja lewat didekat abangnya, sambil berdehem.
"Ehem,,,,"
"Eii, Rull. Ultraman Ribut ada didalam di dekat ruang operasi,"ucap Dzaky tanpa ditanya sekalipun.
Zidan hanya mengangguk dan berjalan,
"Hei hei,"panggil Dzaky lagi.
Zidan langsung berbalik,
"Bilangin juga ke Ultraman Ribut, kalau mau nyembur air liur nggak usah di muka gua, malah bau sate kambing lagi air liurnya,"omel Dzaky.
Zidan hanya menatap tajam abangnya,
"Astaga,"batin Zidan.
Ia kini berjalan, sedikit demi sedikit hingga..
Prakkkk.....
Suara pecahan gelas kimia, terdengar menggelegar dan tentunya Baju Pdh Bapak IPTU ZIDAN KHAIRUL AKBAR SUDAH PENUH DENGAN tumpahan bahan kimia, yang sepertinya adalah bahan obat .
" Maaf Komandan, saya tidak sengaja,"ucap seseorang yang ada dihadapannya dengan rasa khawatir..
Zidan langsung mendongakkan kepalanya dengan begitu cool.
"Inspektur Khairul?," Ucap Wanita cantik yang merupakan bagian farmasi di rumah sakit itu, di pundaknya ada gambar cekungan.
"Dila?,"ucap Zidan.
"Alhamdulillah, Inspektur masih mengingat saya,"ucap Wanita bernama Dila itu.
"Saya—,"
Hey halo beib 🥰🥰
Chapter 12 sudah selesai yah 💝🥰Fahira Wahyuni Saputri
KAMU SEDANG MEMBACA
This Perfect!
Teen Fiction#polwan rank 1 6 Desember 2020 Sequel My Perfect Husband! Kisah perjalanan cinta dan kehidupan Denada Maharani Adijaya yang kerap di sapa nada itu, ia sangatlah bobrok. Namun, disaat cintanya mulai merasuk dalam dirinya ia menjadi sedikit waras. Lam...