Chapter 8

1.6K 121 19
                                    

Seorang cewek sok , masuk kedalam kamar. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Briptu Denada Maharani yang maha benar atas segalanya padahal reality is fact , adalah dia adalah orang paling labil sedunia.

"Ngapain liat-liat,"Nada langsung melirik dengan tajam.

"Ya Allah, penyakit macan betinanya Kambu lagi,"batin Zidan.

"Kenapa ha? Gue kayak macan betina lagi?,"ungkap Nada.

"Kok dia bisa tau kalau gue bilang macan betina?,"batin Zidan,

"Jangan-jangan dia indigo?,"

"Ahh sudahalah Dan, gue capek. Gue nggak mau bikin anak. Takut,"

Nada langsung menghempaskan dirinya di ranjang king size itu dan langsung menutup tubuhnya dengan selimut.

Bukannya tidur nyenyak, ia malah selalu kepikiran dengan ayahnya yang sangat ingin memiliki cucu ditambah dengan penyakit komplikasi yang diderita ayahnya membuat kepalanya semakin pusing.

"Ahhh," umpat Nada, lalu terbangun dan menarik sendiri rambutnya.

Zidan yang masih duduk bermain game onet-onet langsung berdiri karena kaget mendengar suara yang mirip knalpot Bihar menggelegar.

Nada langsung berlari keluar dari kamar, ia kemudian menuju ke belakang rumahnya. Yang disana ada sebuah kursi kecil dan taman bunga yang sempit serta Hammock yang tergantung.

Bukannya duduk di kursi atau di Hammock, nada yang tidak bisa ditebak itu malah duduk di rerumputan yang tidak diketahui apakah itu bersih atau tidak pasalnya beberapa orang dalam perumahan itu memiliki anjing yang di lepas begitu saja, siapa tau anjingnya pernah kencing? Tapi ya sudahlah, nada yah nada mau-mau dia saja yang dia tenang dan bahagia.

Nada hanya bisa menangis memeluk lututnya,

"Aku nggak mau kehilangan ayah, nanti kalau ayah ninggalin aku pasti Zidan juga pergi , dan aku nggak punya siapa-siapa lagi,"

"Apakah memiliki anak jalan terbaik? Jika Ayah pergi, dan Zidan juga ikut pergi dari hidupku aku masih punya anak yang bisa menjadi alasanku untuk hidup,"

"Tapi aku takut , aku tau Zidan nggak cinta sama aku. Dia cuma terpaksa karena disuruh sama Tante Zalihah, akhh!  Serumit inikah!,"

"Jadi anakku nanti, sama kayak aku nggak akan dapat kasih sayang dari kedua orang tua?,"

"Sudahlah, aku capek. Tapi ini permintaan ayah. Aku nggak bisa nolak,"

"Tapi nanti aku nggak akan berdosa lagi, terus-terusan ikat Zidan dalam pernikahan konyol ini. Zidan bisa cari yang benar-benar ia cintai, nggak kayak aku,"

Dengan diam-diam Zidan menguping monolog nada dengan dirinya sendiri di taman belakang rumah.

Ada sedikit rasa sesak di hatinya, tapi yang nada ucapkan benar. Ia tidak mencintai nada sama sekali.

Zidan dengan hati-hati menghampiri nada yang menangis memeluk lututnya.

"Nad, masuk. Ini dingin banget. Nanti kamu sakit,"

"Kamu masuk aja duluan, entar aku nyusul,"jawabnya dengan singkat.

"Masuk,"ucap Zidan dengan tegas nya.

"Please Dan, kali ini jangan ngatur dulu. Gue pengen sendiri, gue mau belajar disini dulu. Cara bikin anak,entar gue masuk!,"

"Nada! Bisa nggak sekali aja kamu nggak ngebantah!," Ucap Zidan dengan nada yang mulai meninggi.

"Bisa nggak Lo nggak bentak gue kayak anak kecil yang di bentak sama bapaknya?,"

"Lo memang bisa bentak Nara pidana, tapi please sekali aja jangan ngatur gue. Gue capek Dan, enggak ayah dan nggak Lo selalu aja ngendaliin hidup gue kayak robot. Apa laki-laki semuanya sama? Cuma bisa ngatur cewek?,"

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang