chapter 28

1.3K 107 34
                                    


"Syukurlah tidak ada luka serius,"ucap dokter seraya tersenyum merapikan jasnya.

"Beneran nggak ada luka serius dok? Masa nggak ada luka serius? Kenapa tadi darah banyak banget, terus wajahnya pucat banget,"komen Zidan.

"Dan, Lo bukan dokter yah,"

"Jadi jangan sok tau,"jawab Nada dengan melirik sambil menahan tawa.

"Untung saja cepat di tangani Pak, andai dibiarkan lama-lama mungkin akan semakin fatal, dan tadi ibu benar-benar siuman sebelum kami suntik bius,"

"Apakah diberikan nafas buatan?,"ucap Dokter sambil menahan tawanya.

Zidan hanya mengangguk, Nada berbalik ke arah Zidan dan tentunya membulatkan matanya. Sambil memegang bibirnya yang begitu suci tanpa dosa, selain ngomelin orang dan bohong sama Ayahnya

"Bagus Pak,"ucap Dokter sambil memberikan jempol.

"Ibu Denada harus dirawat sampai besok, jika memang besok lukanya sudah agak kering sudah boleh pulang,"ucap Dokter seraya keluar dari ruangan medis itu.

"Maaf Pak, ibu Denada harus dipindahkan ke ruang perawatan,"ijin suster kepada Zidan.

Sementara Zidan hanya mengiyakan, dan langsung mengikuti ke arah nada di bawa.

Nada didorong menggunakan brankar dengan posisi berbaring, ketika ia telah berada diluar. Ia langsung menunjukkan tanda fuck kepada Makhluk Asing, tentu saja Abang ipar terlaknat sedunia.

"Udah gua kasi darah gratis malah dikasi salam jari tengah, dasar durhaka,"sindir Dzaky.

Nada hanya menjulurkan lidahnya untuk  mengejek sang Abang terlaknat, yang tidak pernah ikhlas dalam melakukan sesuatu, itulah sebabnya menjadi perjaka tua.

Kini, mata nada meleset ke satu pusat. Pusat Fuck Boy, dan orang mirip Oppa Korea. Tentu saja Pak Mayor Alfin yang terhormat, yang menopang tubuh nada untuk pertama kalinya kala nada sudah tidak berdaya beberapa jam yang lalu. Sudah jam 3 pagi, namun Alfin belum juga beranjak dari sana.

"Mama dan Papa pulang aja, kalian nanti kecapean,"

"Kalau Bang Dzaky soryy yah bang, gue mau usir aja bikin sumpek,"ucap Nada.

"Nggak disuruh gua juga mau pulang kali, bikin dosa doang gua disini tiap ngelihat tampang Lo yang mau bikin berak, gua rasanya selalu dicatat amal buruknya sama malaikat,"sambar Dzaky sambil menatap tajam.

"Sesungguhnya,,,,"ucap Nada tergantung.

"Pak Alfin terima kasih sudah menyumbangkan darahnya untuk saya,"sambung Nada dengan kata-kata yang manis semanis serbuk sari.

"Dengan senang hati,"jawab Alfin sambil tersenyum.

"Andai gua nggak sumbangin darah gua juga, mungkin udah didepan pintu neraka Lo,"sindir Dzaky dikarenakan nada tidak berterima kasih sama sekali.

"Dzaky , Nada kalian ini yah. Kalian itu berdua udah gede kamu juga nada bentar lagi jadi orang tua masih aja selalu berantem sama Abangnya,"tegur Zalihah.

"Maaf yah Nak Alfin, nada sama Dzaky emang gitu dari kecil,"ucap Zalihah kepada Alfin.

Alfin hanya tersenyum,

"Dann, sate kambing,"rengek Nada dengan puppy eyesnya.

"Hari ini nggak boleh makan sate kambing, makan bubur dari rumah sakit aja,"ucap Zidan dengan dingin sambil mengaduk-aduk bubur yang baru saja diberikan oleh suster.

"Yaudah, okedeh. gue nggak mau makan deh,"jawab Nada enteng.

"Rul, jangan kayak gitu. Belikan istri kamu sate nanti anak kalian ileran kalau nggak dituruti pas ngidam,"ucap Zalihah.

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang