Chapter 4

1.9K 134 16
                                    

Sesuai dengan yang Idan bilang, ia menjemput nada di sore harinya. Dengan penuh settingan belaka, nada langsung menghampiri Idan yang baru saja pulang dari kantor.

Ia menyambutnya dengan ciuman pada punggung tangannya serta Idan langsung saja mencium kening itu.

"Rul, makan dulu nak,"titah Adijaya kepada menantunya itu.

Karena tidak ingin membuat Ayah mertua sekaligus mantan komandannya yang sudah pensiun lebih cepat itu. Akhirnya ia menuruti saja.

"Mau aku buatin kopi Mas?,"

Idan hanya mengangguk saja,

Nada langsung menuang kopi itu, seperti yang diajarkan oleh Idan tadi pagi.

"Kamu masih suka minum kopi Rul?,"ucap Adijaya diselingi tawa.

"Masih Ayah, sama kayak dulu kalau lembur pasti kopi,"jawab Idan diselingi dengan tawanya ketika mengingat kejadian dulu disaat ia dan Ayah mertuanya yang dulu adalah komandannya sering bedagang ditemani kopi hitam.

"Ayah bersyukur banget Rul, Nada udah banyak berubah. Dia udah bisa masak air, dulu waktu dia Sekolah masak air aja sampai hangus gara-gara marathon Drakor,"

Mereka langsung tertawa terbahak-bahak menggosip Nada.

Nada keluar dengan membawa kopi hitam yang ia buat tentunya untuk suami yang belum ia cintai.

Nada belum makan sama sekali, ia langsung merapikan piring-piring padahal asisten rumah tangganya sudah melarangnya.

Nada membawa piring-piring ke Wastafel. Tiba-tiba saja.

"Uwekk...,"
Nada langsung saja muntah, berkali-kali ia mual dan berusaha menstabilkan posisinya.

"Nada kenapa tu Rul, coba kamu cek didalam,"

Idan langsung saja lari kedalam, ia mendapati nada sudah pucat karena berusaha untuk memuntahkan semua isi perutnya.

Idan yang baru saja datang langsung memijit tengkuk Nada, agar semuanya keluar.

"Astaga, non Nada kenapa? Kayaknya Ngidam tuh Den,"ucap Asisten Rumah tangganya.

Langsung saja Idan membulatkan matanya,

"Bagaimana bisa ngidam? Nyentuh aja belum pernah,"batinnya.

"Kamu nggak papa kan?,"tanya Idan, yang masih menahan tubuh nada dari belakang.

"Bi, Nasi basinya bau banget. Buang aja bi. Aku nggak kuat nyium baunya,"titah Nada.

Langsung saja asisten rumah tangganya dengan cekatan, mengambil nasi nasi itu dan membuatnya di tempat sampah di luar.

"Nasi basinya bau banget, kamu jangan salah paham, aku sekarang haid nggak mungkin aku hamil,"ucap Nada dengan juteknya.

Idan langsung memapah nada keluar dan mendudukkannya di kursi meja makan. Ia menggosokkan minyak angin di perut, dan di leher nada agar nada lebih sedikit rileks.

"Astaga perut gue udah nggak suci lagi,"batin Nada, saat tangan kokoh mulai mengelus perutnya dengan minyak angin.

"Kamu nggak papa Nad?,"tanya Adijaya kepada anaknya itu.

"Jangan-jangan kamu udah hamil?,"ucap Adijaya dengan penuh harapan.

"Tadi bau nasi basi itu nyengat banget Yah, sumpah nggak enak banget baunya,"ucap Nada.

"Yaudah Yah, kan udah malem. Kita berdua pamit dulu. Kasian nada, pasti dia kayak gitu karena kecapean juga dan kemarin badannya agak panas jadi mungkin efeknya,"ucap Idan, dengan sedikit bumbu kebohongan untuk menyelamatkan nada dari pertanyaan konyol ayahnya yang minta diberikan cucu.

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang