Chapter 2

2.4K 152 10
                                    

"Pekerjaan Briptu Denada yang belum selesai yang mana dek?,"tanyanya kepada Polisi baru yang masih mengerjakan sebuah pekerjaan didepan komputer.

Polisi baru itu, langsung membuka link pada komputer yang berada di depan Seniornya itu.

"Ijin, ini kak,"sambil menunjukkan nya.

Zidan langsung mengerjakan semuanya, tanpa terkecuali. Butuh waktu baginya untuk memahami lagi karena sudah lama ia tidak pernah mengerjakan pekerjaan seperti ini.

Pukul delapan malam , kini telah berjalan menuju pukul dua malam.

Zidan belum makan sama sekali, ia hanya fokus mengerjakan itu agar nada tidak keras kepala lagi besok kalau disuruh absen dulu.

"Ijin, saya duluan kak,"ucap Juniornya seraya mematikan komputer dan meninggalkan ruangan kantor polisi itu.

Zidan masih fokus mengerjakan semua itu yang sebentar lagi selesai.

Pekerjaan itu selesai dalam waktu yang cukup lama, akhirnya ia mengambil kunci mobil, dompet, serta pistol nya yang ia letakkan di meja dan tak lupa menghabiskan semua kopi hitam yang ada di meja lengkap dengan memasukkan putu menangis kedalam mulutnya.

Ia melajukan mobilnya menuju ke kediaman barunya.

Ditengah perjalanan ia melihat tukang sate yang masih saja berjualan ditengah malam seperti ini. Dengan iba, karena tukang satenya sudah tua akhirnya ia menghentikan mobilnya dan turun.

"Pak, satenya berapaan?,"

"1500 satu tusuk pak,"jawab penjual sate itu.

"Sisa berapa tusuk?,"tanyanya

"Masih banyak pak, masih ada 50 tusuk,"jawab penjual sate itu dengan wajah yang lelah.

"Saya beli semua deh pak,"ucap Zidan sambil mengeluarkan dompetnya dan mengambil satu lembar uang merah.

Langsung saja penjual sate itu berseri-seri, ia langsung membungkuskan sate itu untuk Zidan.

"Nggak sekalian lontongnya pak?,"ucap penjual sate.

"Yaudah lontongnya nggak usah banyak-banyak pak,"ucap Zidan.

Setelah selesai Zidan langsung memberikan uang 100 ribu kepada penjual.

"Pak tunggu kembaliannya,"ucap penjual sate.

"Ambil aja pak,"ucap Zidan dan Langsung melajukan mobilnya kembali.

***

Dilain sisi, Nada tidak bisa tidur sama sekali. Ia merasakan perih karena lukanya itu dan tentunya kelaparan. Ia sudah mondar-mandir didalam kamarnya yang terkunci dari luar itu bahkan sudah jongkok, duduk, bahkan berlari-lari namun ia sama sekali tidak bisa tidur.

Ia kini teringat, Zidan sama sekali belum pulang. Walaupun Zidan memang sering tidak pulang, tetapi ia tetap saja memikirkan itu.

"Kalau cowo lebay itu nggak pulang sampai besok, jadi gue di kunciin sampai besok nih ceritanya?,"gumamnya dengan asal.

"Ahh bodo,"nada menarik rambutnya sendiri.

Suara mobil yang didengar oleh nada langsung saja membuatnya sedikit senang, bukan karena ia rindu kepada Zidan , tapi ia ingin keluar dari kamar ini dan langsung kedapur untuk memasak dan makan karena ia sangat kelaparan.

"Alhamdulillah Ya Allah finally,"gumam Nada.

Ia langsung bersikap sok cuek, sambil membaringkan tubuhnya. Sudah pasti jika Zidan pulang kantor ia langsung kekamar dulu untuk ganti baju.

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang