Chapter 38

1K 97 26
                                    

"kalian mau apa? Apa kalian sudah tidak waras!,"bentak Adijaya dalam keadaannya yang sedang terbaring lemah tak berdaya.

"Kau yang sudah tidak waras Adijaya!,"jawab penjahat itu dengan lantang.

"Sekarang kamu habis , kamu habis, dan Denada Maharani akan menjadi milik Bos kami!,"ujar penjahat itu dengan suara yang menggelar.

***

Prakkk!!!!

"Ayahh!!,"teriak Nada, refleks.

Pecahan gelas di Lapas membuat semua narapidana kaget. Bahkan mereka takut Ibu Denada Maharani yang begitu ganas itu mengamuk.

"Bu Nada,"tegur sipir cantik yang sedang berjaga.

" Astagafirullah,dek saya mau pulang sekarang perasaan saya tidak enak,"ujar Nada,

"Kalau Pak Alfin mencari saja, bilang aja pulang,"ujar Nada sambil terus melangkahkan kakinya.

Nada mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia menerobos segalanya. Jalan berlubang ia terobos sekalipun.

Perasaan tidak enak, bahkan tidak aman menimpanya. Bahkan ia takut terjadi apa-apa kepada Sang Ayah.

"Ya Allah, semoga ayah baik-baik saja dirumah,"

Detakan jantung nada memompa dengan kuat, bahkan ia sudah berkeringat dingin.

Mungkin, begitulah eratnya hubungan darah yang mengalir.

"Sial!!!,"umpat Nada ketika di depan ada kontainer peti kemas yang mogok, kemacetan kini bertambah parah.

Nada terus membunyikan klaksonnya,

"Apa nggak ada yang berjaga disini?,"batin Nada, ia membelalakkan matanya melihat segala sisi namun tak menemukan satupun polisi disana.

Kriiinggg....krinngg

Hp sultan nada kini berbunyi,

"Siapa lagi sih!,"omel Nada

Ia langsung mengangkat telpon tanpa melihat nama disana.

"Kalau mau ayahmu selamat, menikahlah denganku,"ucap orang disambungsn telpon itu.

Nada langsung syok,

Telpon itu adalah sebuah ancaman bodoh,

"Kalau ayah gue sampai lecet, Lo bakalan gue blender!,"ancam Nada,

"Putri dari Fitri Maharani, kamu harus menjadi kekasihku, jika tidak ayahmu akan mati!,"ancam balik orang itu.

"Kalau kamu sampai Bertindak satu langkah saja, maka ayahmu akan merasakan kepedihan sebelum kematiannya.

"Jangan pernah berani ancam gue!,"ucap Nada,

"Kalau kamu tidak percaya, baiklah tunggu saja kabar buruk yang datang,"tantang Karyo.

Nada langsung menerobos, kemacetan kontainer itu sudah semakin membludak,

Hingga nada memutuskan melawan arus, bukan karena ia tidak taat aturan tetapi ia harus sampai dirumahnya secepat nya memastikan ayahnya baik-baik saja.

"Please Dan, angkat telpon gue,"

"Nomor yang anda tuju tidak menjawab,"

Hanya suara mbak-mbak Operator yang terdengar.

Sudah berulang kali, bahkan Nada menyetir satu tangan demi menelpon Zidan, yang tidak meresponnya sedari tadi.

"Jangan-jangan perawat baru itu?,"tebak Nada,

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang