Bab IV. Makhluk Berbulu II

783 119 26
                                    

Suara dentuman dari arah belakang membuat keadaan semakin menegangkan. Kara mengintip dari balik akar, diikuti Barbara yang menopang tubuhnya di punggung Kara. "Kenapa dia menghancurkan pohon?" tanya Barbara dari atas kepala Kara. "Dia kesal karena kehilangan musuhnya. Jadi, dia akan menghancurkan sesuatu di hadapannya. Pendengarannya sangat tajam. Jangan membuat keributan," kata Kara ketika mendengar Barbara menginjak dedaunan kering.

"Hei! Kau ... sial!" Barbara telah berlari meninggalkan Kara yang masih bersembunyi di balik akar. Dengan kecepatannya, Kara berhasil menyusul Barbara yang kembali bersembunyi di balik akar pohon besar yang lain.

"Sudah kubilang jangan membuat keributan, kenapa kau malah berlari?"

"Aku takut. Dia sudah dekat. Jadi, aku lari saja." Sasquatch berbulu merah masih mengejar mereka. Kara harus menyusun rencana untuk melumpuhkannya, tetapi dia tidak tahu harus menggunakan cara apa. Ketika dulu, saat Kara dan ayahnya berburu, mereka menggunakan ramuan yang diberikan oleh kaum Witch dan sekarang dia tidak memilikinya.

Suara gaduh dari arah belakang mereka semakin terdengar jelas. Sasquatch terus memukul pepohonan yang berada di hadapannya. Tinggal menunggu waktu hingga mereka berdua ditemukan. Kara melihat ke sekeliling, mencari tempat yang bisa dipakai untuk bersembunyi. Ketika matanya mendapatkan tempat yang cukup untuk manusia di sampingnya ini bersembunyi, dia langsung mengatakan rencananya.

"Dengar! Aku akan mengalihkan perhatiannya, sedangkan kau larilah ke arah sana. Berusahalah untuk memanjat ke atas selagi aku melumpuhkannya. Manjatlah setinggi mungkin. Sasquatch ini bisa saja mengejarmu jika kau tidak memanjat hingga ke pucuknya." Barbara melihat ke arah pohon yang ditunjuk oleh Kara, "Kau gila? Pohon itu sangat tinggi dan bagaimana aku memanjatnya? Pohon itu tumbuh dengan batang yang mulus tanpa adanya cabang." Kara melepaskan tas yang berisi anak panah. Mendorongnya ke arah Barbara, lalu berkata, "Bawa anak panahku. Tancapkan ini di tiap batangnya. Panah ini cukup kuat. Kau harus memakai kinerja otakmu ketika menggunakannya. Jika kau pintar dan beruntung kau akan tiba di atas sana."

"Lalu bagaimana caraku untuk turun?"

"Turun sebagaimana kau naik." Mulut Barbara ingin membantah, tapi Kara sudah lebih dahulu melompat keluar dan bertarung dengan sasquatch.

Kara tidak memiliki alat yang bisa membantunya melumpuhkan sasquatch, bahkan racun yang tersampir di celananya pun tidak bisa dia gunakan. Jika dia melemparkannya secara langsung, Kara khawatir racun itu akan terbang ke arah lain karena angin yang berlalu. Tidak ada cara lain selain bertarung dengan tangan kosong. Kara juga tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan tanah karena ada manusia di belakangnya. Dia tidak bisa menunjukkannya.

Sasquatch berbulu merah itu berlari, menerjang ke arah Kara dengan cepat. Gerakannya sangat gesit ketika mendapatkan balasan dari Kara. Mulutnya mengeluarkan geraman binatang buas. Meski sasquatch memiliki bentuk seperti kera, suara dan kekuatannya melebihi singa liar yang berada di kawasan Werewolf. Makhluk itu kembali menerjang Kara. Tanah menjadi retak disertai dengan suara dentuman yang kuat. Burung- burung yang hinggap di ujung pohon terbang dengan terburu-buru. Takut terkena efek dari pertarungan antar makhluk di bawahnya.

Kara melompat dengan gesit, menghindari cakaran sasquatch yang memiliki kuku besar dan runcing. Kara kesulitan karena tidak bisa menggunakan tanah untuk melindunginya dari serangan sasquatch. Makhluk berbulu merah itu tidak henti-hentinya menyerang Kara. Tangannya yang berbulu dan memiliki kuku runcing, mengambil sebatang pohon yang dia robohkan tadi, lalu melambungkannya ke arah Kara.

"Sial!"

Kara tidak berhasil menghindar, tanpa sengaja tangannya mengepal dan memukul tanah, hingga pukulan itu menimbulkan dinding kokoh yang menahan batang pohon yang terbang ke arahnya. Kara menoleh sekilas, memastikan manusia bertudung merah yang tengah berusaha memanjat pohon dengan menancapkan anak panahnya itu tidak melihat apa yang baru saja terjadi. Kara menghembuskan napas lega. Setidaknya jangan sekarang.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang