Bab CI. Pengakuan Joe Gustav

233 37 4
                                    

Keesokan harinya, Joe dan Ryu sudah bangun dari tidur mereka. Meika yang sedang memanaskan air di dapur bersama Chloe, langsung meninggalkan pekerjaannya dan berlari menuju kamar untuk melihat keadaan Ryu. "Heiz!" Meika melemparkan dirinya pada Ryu. Memeluknya dengan erat, memastikan jika lelaki di dalam dekapannya itu nyata.

Ryu menahan nyeri di tubuhnya karena tubrukan kuat badan Meika. Dia membalas pelukan erat itu. Membawa tangannya ke kepala Meika, mengelus pelan rambut wanita itu. Dia berbisik halus di telinga Meika. "Aku di sini." Hangat tubuh Ryu dia rasakan. Mengalir lembut di kulitnya yang dibatasi oleh pakaian. Air asin yang tidak ingin dia keluarkan pun jatuh tanpa bisa dia kontrol.

Merasakan punggung Meika bergetar, Ryu mengintip dari sela rambut Meika di bahunya. Dia memindahkan helaian rambut Meika yang menghalangi dia untuk melihat wajah tunangannya. Meika merasa malu karena menangis begitu Ryu tersadar. Dia menyembunyikan mukanya di bahu Ryu, tidak membiarkan lelaki itu melihat wajah basahnya. "Jangan menangis." Ryu berkata dengan lembut. Tidak lagi memaksa untuk melihat wajah Meika.

Meika tidak bergerak. Di dalam persembunyiannya, dia berusaha keras menekan suara isakannya. Sesekali menghapus air mata yang menetes agar tidak terkena baju Ryu. Pria itu tersenyum kecil. Menepuk-nepuk punggung Meika untuk menenangkannya. "Sudah cukup menangisnya. Aku belum melihat wajahmu dengan jelas. Sudah 10 tahun kita tidak bertemu." Meika masih mempertahankan persembunyiannya. Dia sudah tidak lagi bergetar, tapi Meika tidak ingin menunjukkan wajahnya yang basah karena air mata. Itu memalukan setelah lama tidak bertemu dengan Ryu.

Mendapati Meika yang tidak bergerak sama sekali, dia pun menurunkan bibirnya. Berbisik tepat di telinganya. "Aku merindukanmu. Apa kau tidak merindukanku?" Tubuh Meika seketika merinding. Dia pun menarik dirinya dari Ryu, tidak peduli dengan keadaan wajahnya sekarang. Jika bukan karena mimik muka Ryu dan kulit pucatnya itu, Meika sudah memukul kuat lengan pria itu karena telah berani menggodanya.

Ryu tertawa kecil. Kelopak matanya turun, bagian bawah matanya berkantong dan sedikit gelap. Tidak terlalu parah seperti kemarin. Meika melipat kedua tangannya, berpura-pura merajuk. "Kau ini!" Ryu memegang perutnya yang kembali nyeri saat dia tertawa melihat tingkah Meika. Rencana merajuknya gagal karena kekhawatiran Meika pada Ryu lebih besar.

"Sebentar. Aku akan memanggil Chloe." Meika hendak pergi, tapi Ryu menahan lengannya. Meika melihat tangannya yang ditahan oleh Ryu. Dia kembali duduk di samping Ryu, menatapnya cemas. "Kau baik-baik saja? Chloe sedang membuat obat di dapur." Ryu mengangguk. Dia mendorong tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang. Meika turut membantunya. Dia meringis setiap kali menggerakkan kaki atau tangannya. Luka dalam yang dimiliki Ryu membuat pria itu kesulitan untuk bergerak.

Tak lama Chloe datang membawa semangkuk obat dari tanaman herbal yang dia bawa di kantung bunga peony-nya. Bersamaan dengan masuknya Chloe, Kara dan Aliora baru selesai mencari bahan makanan untuk mereka makan di pagi itu. Mereka berdua masuk setelah Chloe. Kara melihat Joe yang sudah membuka matanya. Dia bergegas menghampiri lelaki itu dan membantunya untuk duduk. Chloe memberikan mangkuk berisi obat pada Meika. Wanita itu menerimanya dan dengan hati-hati meminumkan cairan itu pada Ryu.

Di sampingnya, Kara melihat ke arah mangkuk tersebut. Tak ada bau busuk yang tercium dari benda itu. Dia merasa lega karena Chloe tidak menggunakan bunga bangkai untuk diberikan pada Ryu. Jika tidak, mungkin indra penciumannya akan benar-benar rusak.

"Kara." Joe memanggil dengan suara serak. Kara menoleh untuk melihatnya. Bibir lelaki itu pucat dan pecah-pecah. Mata tajamnya tidak lagi cerah. Kuning dan layu. Sebelah tangannya dibalut menggunakan kain kasa yang Raynine dapatkan dari pasar di Kota Yuck, salah satu kota yang ada di wilayah Vampire. Pakaiannya telah diubah oleh Chloe sehingga penampilannya tidak tampak buruk seperti kemarin. Kara menjawab panggilan Joe. "Ya?"

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang