Bab LXIX. Lady Lathaya Palsu

239 49 0
                                    

Fajar muncul tak lama setelah kepergian Barbara dan kelompok Duke Lazarus. Peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu masih membuat mereka tidak percaya. Di depan api unggun yang tidak lagi berkobar, mereka duduk melingkar dan saling diam karena sibuk berpikir.

"Apa Barbara yang selama ini bersembunyi di belakang kita saat bertemu dengan bahaya sebenarnya adalah Lady Lathaya? Lihat ini. Dia meninggalkan tombaknya di sini." Meika mulai membuka diskusi. Mengambil tombak Barbara dan memberikannya pada Chloe. Dia tidak tahan dengan keterdiaman mereka yang hanya berpikir dengan diri mereka sendiri. "Aku masih tidak paham dengan semua ini," kata Aliora.

Di samping Meika, Kara mengambil ranting kayu dan melemparkannya ke dalam api unggun yang hampir mati. "Pikirkan lagi. Perilakunya untuk ukuran manusia itu sudah mencurigakan, tapi aku tidak mencium bau Vampire darinya. Dia menyamar dengan sempurna," jelas Kara. "Kau benar. Dia juga tahu banyak hal. Jika itu memang dia baca dari buku ... apa benar ada yang menulis buku tentang kelima kaum? Semua yang dia katakan tepat sasaran. Bukankah jika ada yang menulisnya dengan detail dan akurat harusnya tidak ada di toko buku?" tanya Meika. Dia duduk bersila di antara Kara dan Aliora.

Satu per satu keanehan pada sikap Barbara selama bersama mereka mulai terasa. Karena mereka tidak pernah berpikir jika Barbara adalah seseorang yang sedang menyamar, mereka menganggap jika Barbara adalah manusia aneh yang tidak tahu bahaya dan keras kepala untuk ikut bersama mereka. "Saat bertemu dengan Afrodistia pun dia mengatakan jika Barbara adalah manusia," ucap Chloe. "Semakin diingat, semakin banyak keanehan darinya." Meika berkata.

"Tentang Duke Lazarus," Kara berbicara mengenai Lazarus membuat semua orang melihat ke arahnya, "saat di gua yang aneh itu, dia bertanya padaku apakah aku yakin jika Sheena adalah manusia?" Semua orang memiringkan kepala mereka. Kara melanjutkan, "Dia mengatakan jika bau Sheena mirip dengan seseorang yang dia cari. Kupikir yang dia cari itu adalah manusia karena saat aku mencium bau Sheena untuk memastikan perkataan Duke Lazarus ... aku tetap tidak mencium bau apa pun dari tubuhnya."

Meika bertanya, "Bagaimana dia bisa mencium bau yang telah ditutupi? Bukankah hanya kaum Werewolf yang bisa menciumnya?" Kara menggeleng. "Aku tidak tahu. Mungkin dia juga keturunan Werewolf?"

"Jika iya pun, tidak mungkin sekuat itu," bantah Meika. "Bisa jadi dia melatihnya." Chloe menyahut. Mereka saling memandang dan menyetujui perkataan Chloe. "Yah, bisa jadi." Meika mengangguk, kemudian dia melanjutkan, "tapi kenapa dia baru menemukan Barbara sekarang?"

"Mungkin dia baru bertemu dengan Barbara?" celetuk Aliora. Kara bergumam, "Hm. Keraguan Duke Lazarus dalam memastikan bau Sheena sudah menjelaskan jika dia sulit mencium baunya dari jarak jauh. Itu berarti, Duke Lazarus harus mencium bau tubuhnya dari jarak yang sangat dekat untuk bisa mencium bau lain dari tubuh Sheena."

"Kau yang selalu berdiri di dekatnya tidak mencium bau yang lain?" tanya Meika. Kara menggeleng. "Tidak." Chloe merespon. Dia berkata, "Lady Lathaya mengatakan jika dia sudah membuang identitas itu sejak kurang lebih 100 tahun lalu. Itu berarti dia sudah menjadi Barbara Sheena selama itu?"

"Bagaimana dia bisa menyamar? Dan kenapa juga penyamarannya tiba-tiba terbongkar?" tanya Meika. Chloe menggeleng. "Tidak tahu. Aku dan Kara sedang berbicara sambil menggiling tanaman obat. Kemudian dia tiba-tiba terbatuk dan matanya berdarah."

"Tunggu, Chloe. Tanaman yang kau giling sebelum Sheena terbatuk adalah bunga Apotinasia!" Kara berseru. "Ha? Sebentar. Gejala yang terjadi pada Barbara sama seperti yang terjadi pada Simmo 'kan?" tanya Meika memastikan. Mereka sama-sama mengingat kembali kejadian sebelumnya dan mencoba mengaitkannya dengan cerita dari Wizard. Kemudian setelah memastikan, mereka sama-sama mengangguk. "Apa ... dia Vampire yang memiliki kemampuan Hidup Abadi?" tanya Meika. Kara menjawab, "Belum tentu. Dari cerita Wizard. Muncul lambang keabadian di leher Simmo, sedangkan Sheena tidak memilikinya." Chloe menambahkan, "Bisa saja ini tidak ada hubungannya dengan Apotinasia."

"Darah di matanya itu disebabkan oleh apa jika bukan karena dia abadi?" tanya Aliora. Chloe tidak menjawab melainkan dia bertanya pada Meika. "Apa mengubah fisik memiliki efek?" Meika berpikir. "Hm. Benar. Sihir gelap itu selalu memiliki risiko atas penggunaannya. Karena sihir gelap adalah kekuatan milik Diabolos, efeknya hanya berlaku untuk yang di luar kaum Diabolos." Chloe mengangguk. "Mungkin karena itu efek penyamarannya." Meika bergumam sambil berpikir. "Apa sudah habis masa penyamaran? Karena untuk mengubah fisik itu memiliki batas waktu."

"Tapi apa alasannya? Jika itu benar, siapa yang kita lihat di kerajaan Witch sebelumnya?" tanya Aliora. Dia memeluk lututnya dan menaruh dagu di atas lutut. Mata Kara menyipit ketika dia mendengarnya. Keningnya berkerut. "Kalian melihat Lady Lathaya?" Chloe dan Aliora mengangguk secara bersamaan. Chloe menjelaskan, "Saat itu, aku, Barbara, dan Aliora bersembunyi di aula kerajaan. Kami melihat Lady Lathaya masuk dan berbicara dengan Jazlyn. Perawakannya aneh. Berbeda dengan yang kutemui 150 tahun yang lalu."

"Mungkin dia sudah berubah?" tanya Meika. "Bisa jadi, tapi masalahnya adalah Barbara juga berada di sana. Jika Barbara adalah Lady Lathaya, lalu siapa yang kami lihat itu? Apakah dia menyamar menjadi Lady Lathaya?" jawab Chloe.

"Sebentar. Aku masih bingung kenapa kaum Vampire bisa mengubah wajah mereka. Untuk kaum Witch sendiri pun sihir murni punya batas waktu yang singkat, tapi jika itu sihir gelap, semakin kuat sihirnya, semakin lama perubahan itu bertahan," jelas Meika. "Apa mereka bekerja sama dengan Diabolos?" tanya Aliora, "yang menyamar menjadi Lady Lathaya mungkin bekerja sama dengan Diabolos." Meika menjentikkan jarinya. "Kau benar. Jika para Sillhe dan Witch bekerja sama dengan Diabolos, tidak bisa dipungkiri jika kaum Vampire juga bekerja sama dengan Diabolos."

"Lalu, Barbara? Apa dia juga bekerja sama dengan Diabolos?" tanya Aliora. "Mung, kin?" Meika pun ragu dengan jawabannya sendiri. Kara menyahut, "Tidak. Dia tidak mungkin bekerja sama dengan Diabolos. Dia membuang identitasnya dan menyamar sebagai manusia. Kerajaan Rufus Ignis mencarinya selama ini. Jika dugaan kita sebelumnya benar dia terluka karena dia adalah Vampire abadi dan bukan karena efek dari penyamarannya ... itu berarti dia dalam bahaya. Aku yakin ... di dalam kerajaan Rufus Ignis ada masalah besar. Terutama dugaan Wizard sebelumnya. Tentang keluarga Lazarus."

"Kita hanya bisa berasumsi. Untuk hal ini, kita harus bertanya langsung pada Barbara— maksudku Lady Lathaya dan mencari tahu siapa yang menyamar sebagai dirinya di kerajaan Witch." Chloe memberi saran. Semua orang mengangguk, menyetujui saran Chloe. "Rencana kita sekarang apa?" tanya Aliora. Kara menjawab, "Setelah memasuki wilayah Vampire, kita akan mencari jalan tercepat menuju kerajaan Rufus Ignis." Aliora kembali bertanya, "Jika bertemu dengan pasukan Rufus Ignis?"

"Hajar saja." Chloe dengan cepat menolak. "Tidak, tidak. Kita akan kehabisan tenaga dan akan mengundang perhatian kerajaan. Kau kan bisa mencium bau mereka. Jadi, saat kau menyadari kedatangan mereka, kita bisa bersembunyi." Meika menyahut, terdengar sedikit menyindir. "Perhatikan dia. Jangan sampai melamun lagi." Kara mendengus, tetapi dia tidak memiliki keinginan untuk membalas Meika.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang