Bab LVIII. Sebuah Rencana Melatih Kekuatan

235 47 21
                                    

Mereka saling memandang satu sama lain. Bukankah Alastor telah terbunuh saat mereka mengepung kerajaan Maya?

"Kau ... masih hidup?" tanya Barbara. Dia bergegas membawa Jiro ke belakang Aliora dan Chloe. Mencari perlindungan untuk orang lemah seperti mereka. Alastor hanya tersenyum. Tanpa banyak berkata, dia langsung memecut Kara yang berdiri paling depan. Pergerakannya menjadi lebih cepat setelah dia berlatih.

Kara berhasil menghindar dari cambuk itu dan bergerak maju untuk menerjang Alastor. Namun, Alastor tak kalah cepat. Tubuhnya berubah menjadi air dan berpindah ke samping Chloe. Dia memberikan senyuman mengerikan pada mereka dan bersiap untuk melayangkan cambuknya kembali, tetapi Kara berhasil menendang tubuhnya hingga dia terpental dan menabrak pohon.

"Bawa Jiro masuk," suruh Chloe. Barbara menganggukkan kepalanya. Dia dan Jiro tidak bisa berdiri di luar dan menonton pertarungan. Mereka juga pasti akan diserang oleh Alastor.

"Ke mana Wizard?" tanya Aliora. Dia merasa gelisah dengan kemunculan Alastor. Jika persembunyian Wizard diketahui olehnya, otomatis sekutunya pun juga telah mengetahui tempat ini. Cepat atau lambat mereka pasti akan dikepung. "Bukankah dia sudah pergi ke Kota Thunder?" Chloe balik bertanya. "Ha? Benarkah? Bukankah dia sedang menanam sayuran?"

"Hei! Daripada bertanya, lebih baik bantu aku. Ugh!" Di depan sana, Alastor kembali menyerang dan ditahan oleh Kara. Saat ini, dia tidak memegang alat panahnya dan hanya berharap pada pedang Half Moon yang sedang dia genggam. Pecut cambuk terus mengarah pada dirinya dan Kara menangkisnya dengan pedang. Semakin lama gerakan cambuk tersebut menjadi lebih cepat. Kara tidak bisa mengimbangi cambuk tersebut dan dia terpukul mundur oleh pecutan tersebut. Brak! Kara terpental hingga menjatuhkan satu pohon pinus yang tumbuh di dekat rumah Wizard. Dia terbatuk kuat, memegang perutnya sendiri.

"Kara!" teriak Chloe. Dia menoleh ke arah Alastor yang tersenyum puas melihat lawannya jatuh. Chloe mengepakkan sayapnya dan menerjang Alastor. Bilah angin telah terbentuk di tangannya bersiap menusuk mata Siren tersebut, tetapi Alastor menyadarinya dan dia segera berpindah tempat. Chloe menghentikan pergerakannya dan mencari keberadaan Alastor. Dia tidak bisa menemukannya di mana pun. Seolah lelaki itu telah menghilang.

"Li, Liora, di belakangmu." Kara berusaha berteriak. Aliora dan Chloe sama-sama menoleh dan mendapati sekumpulan air mulai terbentuk di belakang Aliora. "Cepat menghindar!" teriak Chloe. Aliora melarikan diri. Dia bersembunyi di belakang Chloe yang telah turun. Mereka melihat kumpulan air tersebut berubah menjadi sosok Alastor.

"Sial! Kenapa dia tidak mati saat itu?" tanya Chloe. Aliora berpaling pada Kara. Dia berteriak, "Kara, apa kau tidak bisa bertarung lagi?" Kara terlihat sulit bernapas. Dia harus bertumpu pada pedang Half Moon untuk berdiri, tetapi itu tidak berguna karena dia kembali terjatuh. "Aku akan menghadapinya. Liora, lari dan tolong Kara." Aliora mengangguk dengan ragu. Dia tidak ingin meninggalkan Chloe sendiri dan bertarung dengan Alastor, tapi dia juga tidak tahu harus melakukan apa jika tetap berada di sana.

Aliora tiba di samping Kara, membantunya berdiri, sementara Chloe menghadapi Alastor. "Dia ... tidak bisa melawan Alastor," ucap Kara. "Lalu kita harus bagaimana? Meika dan Wizard tidak ada di sini."

"Ada kau."

"Aku? Tidak ada air di sini, aku tidak bisa melakukan apa pun." Kara menarik napasnya dan berkata, "Darah. Kendalikan darahnya."

"Tapi ... aku tidak bisa."

"Tidak ada waktu untuk memikirkan itu. Cepat lakukan. Jika tidak, Chloe akan mati." Aliora melihat pertarungan di depan mereka dan terlihat jelas jika Chloe sedang terpojok. Dia terus menghindar dari cambuk yang dilemparkan, sementara dia harus melemparkan bilah angin ke arah Alastor.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang