Bab LXXXIII. Risiko Seorang Pemimpin

207 40 2
                                    

Setibanya di sana, Lathaya dan yang lainnya duduk melingkar di tepi meja bundar. Mereka sedang berdiskusi terkait pertemuan mereka dengan Behemoth beberapa jam yang lalu. "Lady. Memberikan jiwamu pada Diabolos tidak harus dilakukan. Kenapa kau bertindak sejauh ini? Kita bisa menyelesaikan ini tanpa perlu melakukan itu." Di kamar penginapan, Reivan melayangkan protes. Saat berada di Hutan Dalinis, Reivan sama sekali tidak bisa menahan Lathaya untuk tidak membuat perjanjian dengan Behemoth. Semua telah terjadi, tetapi Reivan masih berusaha untuk mengubah keputusan Lathaya.

Sementara Reivan membuang tenaga untuk protes, Noah duduk di samping Lathaya dan tidak lagi mempertanyakan keputusannya. Dari wajah Lathaya, Noah tahu jika sang Lady tidak akan pernah mengubah apa pun yang menjadi ketentuannya. "Reivan. Kau bisa berhenti mengatakan itu. Aku tidak akan mati hanya karena memberi jiwaku padanya," sahut Lathaya. Mendengar Reivan terus-menerus menentangnya, dia menjadi tidak tahan dan memberikan sedikit tanggapan. Namun, Reivan masih tidak terima. Lelaki itu menjawab dengan suara lantang. "Bahkan jika kau pemilik kekuatan Hidup Abadi pun, kau tetap akan mati jika tidak memiliki jiwa!" Lathaya menatapnya tajam dan balik menjawab. "Kalau begitu, sebelum kau mati, aku tidak akan memberikan jiwaku padanya."

"Hah! Kalau begitu aku hanya tidak perlu mati."

"Omong kosong."

"Aku tidak peduli. Semua orang di sini membutuhkanmu. Bagaimana bisa kau membuat perjanjian itu begitu saja?"

"Karena mereka membutuhkanku, maka itu aku membuat keputusan ini."

Perdebatan antara Reivan dan Lathaya terus berlanjut ke hal yang tidak penting. Di samping Lathaya, Noah tidak bisa lagi menahan matanya untuk melihat perdebatan yang membuang banyak waktu. Jadi, Noah memutuskan untuk ikut campur ke dalam perdebatan mereka. "Baik. Kurasa perdebatan ini sudah cukup. Tuan Lazarus. Seharusnya sebagai pengawal pribadi Lady Lathaya, kau tidak patut mempertanyakan atau menentang keputusannya." Reivan yang masih terselimuti emosi pun menoleh ke arah Noah dan menatap tajam pada lelaki tersebut. "Tutup mulutmu. Ini urusanku dengan ratuku. Kau yang hanya wakil wali kota tidak punya hak untuk mengguruiku."

"Reivan!" tegur Lathaya, tetapi Reivan tidak menghentikan aura kebenciannya pada Noah. Pria itu mendengus dan tertawa kecil. Melihat tatapan tajam Reivan membuat dirinya ingin tertawa lebih lebar. "Kau pikir ini keputusan yang bisa diambil dengan mudah? Lathaya melakukan ini semua untuk melindungi manusia dan juga kalian. Seorang ratu harus bisa menerima risiko dari jabatannya. Harusnya kau paham akan ini."

Perkataan Noah cukup serius dan memukul tepat di kepala Reivan. Dia baru sadar dengan hal itu. Sebagai seorang ratu dari kerajaan Rufus Ignis, bukan hal yang mudah menarik sebuah kesimpulan untuk memutuskan suatu perkara. Di sini, Lathaya telah memikirkannya dengan matang dan tetap mengambil risiko demi kebaikan semua orang. Reivan tidak dapat memberi mukanya lagi pada Lathaya. Seharusnya dia tidak lagi memberikan protes terhadap keputusan Lathaya, melainkan dia harus melakukan sesuatu untuk melindungi dan mendukung apa pun yang akan dilakukan oleh ratunya.

"Maafkan aku, Lady." Lathaya membuang napasnya ringan. Dia mengangguk dan menyuruh Reivan melupakannya. Dia tahu jika pengawal sekaligus teman kecilnya itu mengkhawatirkan dirinya. Karena sejak dulu, Reivan sangat peduli dan menaruh perhatian penuh pada Lathaya. Jadi, ketika dia mengetahui Lathaya akan mati karena memberikan jiwanya pada Diabolos, Reivan menjadi ketakutan dan kemarahan pun muncul dari dalam dirinya. "Jadi, bisa kita membahas informasi yang telah kita dapatkan?" tanya Lathaya. Melihat Reivan dan Noah bergantian. Reivan yang sudah bisa mengendalikan diri pun mengangguk. Dia duduk dengan patuh di sebelah kiri Lathaya.

"Berdasarkan informasi tentang kaum Diabolos yang kita dapatkan, kemungkinan mereka yang menjadi pelakunya sekitar 20%." Noah menyanggah, "Tidak. Itu 40%." Lathaya melihat ke arah Noah dan bertanya. "Mengapa?"

"Manusia yang hilang itu tidak meninggalkan jejak sama sekali. Mayatnya pun tidak pernah ditemukan. Ini jelas perbuatan Ghoul yang memakan tubuh mereka. Behemoth mengatakan di mana pun Diabolos berada, langit akan terlihat menggelap karena kekuatan mereka yang mengendalikan kegelapan. Beberapa kali aku melihat langit menjadi gelap secara tiba-tiba di beberapa tempat di wilayah Fairy dan Witch." Reivan menyipitkan matanya saat Noah menyebut wilayah Witch. "Untuk apa kau pergi ke wilayah Witch?" Noah menjawab dengan malas. Kesempatan sekecil apa pun tidak akan dilewatkan oleh Reivan untuk menyudutkan Noah.

Lelaki bermata hijau kebiru-biruan itu menjawab pertanyaan Reivan yang seolah menyalahkannya. "Aku menggantikan Tuan Dumbie ke pertemuan para wali kota." Reivan membalas dengan memutar bola matanya. Membuang muka dari Noah dan tidak berniat melihat wajah lelaki itu lagi. Lathaya langsung mengalihkan topik pembicaraan sebelum situasi semakin menjadi dingin. "Mungkin itu disebabkan langit yang akan menurunkan hujan. Kesimpulannya sekarang ialah kemungkinan Diabolos menjadi pelakunya masih kecil. Kita harus mencari bukti lain untuk menemukan dalangnya."

Ketika mereka bertiga tengah berdiskusi, pintu kamar Lathaya diketuk oleh seseorang. Sebagai pengawal pribadi Lathaya, Reivan langsung berdiri dan membuka pintu untuk melihat siapa yang sudah menganggu waktu diskusi mereka. "Lady, Duke Alex ingin bertemu denganmu." Reivan menghampiri Lathaya untuk melaporkan siapa yang mengetuk pintu kamar. Setelah memastikan jika yang datang adalah Alex, Lathaya menyuruh Reivan untuk membiarkannya masuk. Alex datang dengan pakaiannya yang biasa dia kenakan di saat tengah menjalankan tugas. Dia menunduk sedikit, memberi salam hormat pada Lathaya.

"Ada informasi baru?" tanya Lathaya. Alex mengangguk. "Ya, Lady. Kami mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri manusia yang hilang. Mereka adalah manusia yang baru matang. Sekitar 17 sampai 30 tahun. Dominan wanita yang menghilang. Terakhir kali mereka terlihat di Kota Burn, Eitilt, Kaku, dan kota-kota yang sering dikunjungi bangsawan di wilayah Witch dan Fairy. Kebanyakan dari mereka tinggal di wilayah Vampire."

"Dan mereka menghilang di luar wilayah Vampire?" tanya Lathaya bingung. "Benar. Mereka pergi dari wilayah Vampire menuju salah satu dari kota-kota itu. Masih belum diketahui sebabnya apa karena keluarga mereka tidak mengatakan apa pun tentang kepergian mereka. Data-data manusia yang hilang pun kami dapatkan dari kantor wali kota. Tidak tahu mengapa mereka masih tutup mulut mengenai alasan para manusia itu pergi ke kota-kota tersebut. Kami masih berusaha untuk membuat mereka berbicara."

Kasus hilangnya manusia semakin rumit. Ini adalah sebuah keanehan karena tidak ada satu pun dari keluarga korban yang mau menceritakan alasan perginya salah satu anggota keluarga mereka. Padahal Alex telah mengatakan tujuan mereka ialah untuk mengusut kasus hilangnya anggota keluarga mereka. "Bagaimana tanggapan kerajaan Witch?" tanya Lathaya. "Kurang baik, Lady." Alex menghembuskan napasnya. Kemudian melanjutkan, "Raja Gin Josei tidak mau tahu tentang kasus ini karena menurutnya itu adalah salah mereka yang tidak melaporkan masalah ini pada kerajaan." Wajah Lathaya berkerut. Dia berpikir, bagaimana bisa seorang pemimpin suatu wilayah mengatakan hal yang menunjukkan ketidakpeduliannya pada masyarakat?

"Manusia yang hilang adalah para pemuda dan pemudi yang akan menjadi penerus bangsa. Ini bukan lagi masalah bagi kaum Vampire saja. Aku akan menemui Xavier untuk membahas masalah ini." Mereka semua mengangguk setuju akan keputusan Lathaya dan berangkat ke wilayah Werewolf di keesokan harinya. Alex tidak ikut dengan mereka karena Lathaya memerintahkannya untuk membentuk beberapa kelompok dari gabungan pasukan kerajaan Rufus Ignis dan pasukan yang diberikan oleh Noah. Tujuannya adalah memperluas pencarian dan pengumpulan informasi mengenai hilangnya manusia di wilayah Vampire.

Lebih dari dua minggu mereka tiba di wilayah Werewolf yang letaknya di ujung lain bumi. Begitu mereka tiba di sana, mereka melihat Xavier tengah mencekik salah satu Werewolf

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang