Bab XIII. Fairy Hitam

506 75 10
                                    

Fairy kecil dan Fairy besar memiliki tempat tinggal yang berbeda. Fairy kecil memiliki bunga dan pohon sebagai rumahnya, sedangkan Fairy besar tinggal di dalam rumah yang terbuat dari pohon dan dihiasi dengan bunga anggrek yang tumbuh merambat. Pemukiman Fairy sangatlah luas. Membentuk sebuah kota yang disebut sebagai kota Fly Fairy. Ketika berada di tengah kota, akan terlihat banyak Fairy berterbangan karena buru-buru melakukan tugas dari kerajaan.

Di alun-alun kota terdapat banyak toko yang menjual berbagai macam hal. Ada toko makanan khas Fairy dan juga toko mainan. "Wah!" Barbara menunjukkan wajah kagum. Wilayah Fairy sangat indah dan harum —kecuali bunga bangkai raksasa— Barbara merasa beruntung bisa berkunjung ke wilayah Fairy.

"Ini adalah alun-alun kota Fly Fairy. Kau akan melihat banyak toko di pinggirnya dan terkadang setiap bulan purnama akan diadakan festival Moon Goddes," kata Chloe. "Festival Moon Goddes?" Kara menautkan kedua alisnya. Moon Goddes adalah Dewi Bulan kepercayaan kaum Werewolf. Kara bertanya-tanya mengapa festival kaum Fairy di setiap bulan purnama disebut sebagai festival Moon Goddes.

"Kau tahu 'kan, jika kaum kita sangatlah dekat. Setiap kali kaum Fairy memiliki masalah, kaum Werewolf akan datang membantu. Oleh sebab itu, kaum Fairy juga percaya bahwa Moon Goddes membantu mereka ketika menghadapi masalah. Jadi, sebagai penghormatan dan untuk berterima kasih, festival ini diadakan setiap bulan purnama," jelas Chloe.1Kara menatap ke arah langit yang mulai redup. Sinar matahari mulai tertutupi oleh awan secara perlahan. Nanti malam adalah bulan purnama, dimana Summer akan menemukan jati dirinya. Sebagai luna, beta, atau omega.

"Aku harap kau baik-baik saja," gumam Kara.

Mereka bertiga singgah di salah satu toko makanan. Di sana terdapat manisan yang diatur rapi di atas meja berlapis kaca. Barbara sedikit menunduk. Bola matanya bergerak-gerak dengan ujung jari telunjuk berada di dagunya. Ketika dia tersenyum, tampak sebuah kecacatan yang indah muncul di pipinya. "Chloe, ini apa?" tanya Barbara. Menunjuk ke arah kesemek kering yang ditaburi gula halus di atasnya. "Itu kesemek kering. Kau tidak pernah melihatnya? Bukankah para manusia juga menjualnya?" Barbara menegakkan tubuhnya, dia berkata, "Ya, memang ada, tapi mereka tidak menaburkan gula di atasnya. Jadi, kupikir ini bukan kesemek kering."

"Itu hanya sebagai penghias. Gulanya tidaklah manis. Rasanya hambar. Karena terbuat dari tebu yang masih muda, lalu dicampur dengan serbuk emas untuk menghilangkan rasa manisnya," jelas Chloe. Barbara memiringkan kepalanya, bertanya, "Kenapa repot-repot menghilangkan rasa manis dari gulanya? Jika kau tidak ingin manis, ya, kau tidak perlu menaburkan gula di atasnya."

"Sudah kubilang gula di atasnya hanya untuk memperindah," balas Chloe. Barbara tidak ingin melanjutkan permasalahan kecil ini. Dia lebih memilih mengiyakan saja dan bergeser ke samping. Mencari makanan manis yang pas di matanya.

Sementara itu, Kara melihat ke seluruh toko. Tiap toko di kota Fly Fairy tidaklah besar. Hanya sebidang tanah saja. Seukuran rumah petak berisi kamar tidur dan dapur. Kara tidak terlalu menyukai makanan manis. Jadi, dia memilih untuk menunggu di luar toko.

Chloe masih menemani Barbara memilih makanan yang disukainya, sementara dirinya sendiri telah memilih dua macam makanan manis. Manisan buah carica dan manisan buah tomat rasa kurma. Barbara berjalan ke arah rak manisan bunga yang berada di sudut toko. Tangannya menjelajahi permukaan kaca yang terdapat manisan bunga di dalamnya. Matanya terpaku pada manisan bunga yang berwarna hitam. Barbara berpikir bahwa manisan bunga itu sudah busuk atau basi. Jadi, dia memanggil pemilik toko untuk memeriksanya.

"Apa manisan ini sudah basi?"

Pemilik toko manisan menggeleng. "Aku tidak ingat pernah menaruh manisan ini di sini. Bunga apa ini?" Tepat ketika si pemilik toko mengambil satu manisan bunga dari dalam mangkuk, suara dentuman keras terdengar dari arah luar. Tiba-tiba manisan bunga berwarna hitam itu berubah menjadi Fairy kecil yang memiliki bentuk mengerikan dengan sayap berwarna hitam. Barbara melihat Chloe yang bergegas keluar, dia pun mengikuti wanita itu.

Ketika mereka keluar, Kara sudah tidak berada di depan toko. Para Fairy berlarian, mencoba melindungi diri. Dari kejauhan Barbara melihat retakan muncul di atas tanah. Tiba-tiba akar pohon dengan ujung yang runcing muncul dari bawah tanah. Saling kejar-mengejar di belakangnya. Seorang Fairy besar melintas dengan cepat di hadapan Chloe dan Barbara, di belakangnya muncul akar-akar besar yang masih mengejar.

Suara dentuman keras kembali terdengar. Itu adalah Kara yang melempar satu Fairy besar ke tanah. Fisik Fairy besar itu berbeda dengan fisik Fairy besar pada umumnya, wajahnya sedikit berbeda dengan Fairy besar yang lain. Fairy besar biasanya memiliki bentuk wajah yang sama seperti manusia, sedangkan yang satu ini memiliki bentuk wajah yang aneh. Alisnya tebal dan bersambung. Sebelah matanya tertutup dan berwarna hitam. Ujung telinganya panjang dan runcing. Pakaiannya berwarna hitam dengan sayap yang memiliki warna serupa.

"Apa yang terjadi?" gumam Barbara.

Akar-akar tadi masih terus bermunculan. Melilit Fairy besar yang memiliki ciri fisik yang sama dengan Fairy yang dilempar oleh Kara. Fairy besar berwarna hitam itu terlilit seperti mumi. Terlihat akar-akar kecil yang perlahan keluar dan menghisap habis tubuh yang dililitnya. Setelah itu, tubuh dari Fairy hitam perlahan menyusut dan mengering seperti hangus terbakar, lalu tumbuh rimbunan bunga berwarna putih yang menyelubungi tubuh bak kerangka itu. Memberi kesan mistis. Namun, memesona. Pemandangan tersebut benar-benar menakjubkan, seolah dewa telah menghukum pendosanya dengan hukuman yang indah.

Chloe meraih kantung bunga peony dan mengambil sedikit serbuk biru putih di dalamnya. Barbara melihat sayap Chloe yang berukuran besar di punggungnya. Sayap Chloe berwarna biru api dengan garis hitam halus menghiasinya. Selama di luar kawasan Fairy, para Fairy besar akan menyembunyikan sayapnya dengan serbuk biru putih. Hal ini berguna untuk menyembunyikan identitas mereka.

Chloe melompat dan terbang tinggi menyusul Kara yang tengah bertarung melawan Fairy hitam yang lain. Barbara bergerak gelisah. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Tangannya terus dia usap untuk menenangkan diri. Barbara baru ingat tombaknya ada bersama Chloe dan sekarang dia ditinggal sendiri tanpa perlindungan apa pun.

Terdengar suara nyaring yang menyakitkan telinga. Setelah suara tadi muncul, para Fairy hitam baik besar maupun kecil terbang tinggi dan menarik diri. Menjauhi kawasan Fairy, sedangkan akar-akar tadi kembali masuk ke dalam tanah dan jalan yang tadinya retak kembali menjadi seperti sebelumnya. Kara melompat dari atas atap dan terjun ke hadapan Barbara yang masih mondar-mandir di depan toko manisan.

"Aa! Kau mengagetkanku," kata Barbara dengan wajah yang dibuat terkejut. Kara mencibir, "Jangan bertingkah seperti kau ketakutan. Tidak imut sama sekali." Barbara menepuk keras kepala Kara. "Kau ... ." Kara membesarkan matanya setelah terkena pukulan keras Barbara. "Salah kau sendiri. Mencari masalah denganku!"

Chloe tiba dengan sayap yang masih bergerak-gerak. Kakinya melayang di udara beberapa centi. "Ayo, kembali. Kita harus bertemu dengan Yang Mulia Raja."

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang