Mereka terbangun di sebuah rumah kayu yang besar dan luas. Dindingnya berkilau meski terbuat dari kayu. Tampak licin dan halus. Isi di dalamnya pun banyak. Lemari-lemari kayu, meja kayu, kursi kayu ... semua yang ada di rumah ini terbuat dari kayu. Ketujuh orang itu, ditambah satu binatang, membuka mata mereka dan mendapati diri mereka tergeletak begitu saja di lantai. Tak ada yang tahu dengan pasti apa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Yang mereka ingat adalah saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba gumpalan kabut tipis muncul dan menyelimuti mereka.
"Pusing." Barbara menyentuh kepalanya. Dia menatap ke sekitar. Merasa asing dengan tempat itu. Meika juga baru membuka matanya. Dia melihat seluruh ruang itu dengan bola matanya. Dia berseru ketika mengingat sesuatu. "Ah! Ini rumah Wizard!" Yang lain saling melihat ke seluruh tempat. Rumah ini persis seperti yang dikatakan Meika sebelumnya. Sebuah rumah kayu yang luas dan besar.
Meika melihat Aoi yang menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Dia meminta Chloe untuk memasukkan Aoi ke dalam kantung bunga peony-nya karena jika dia menyuruh Aoi keluar, dia khawatir musuh tiba-tiba datang dan melukai Aoi.
"Tapi ... bagaimana bisa kita ada di sini?" tanya Aliora. Saat mereka sedang kebingungan dengan cara mereka tiba di rumah ini, seorang pria tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam, datang menghampiri mereka. Di tangannya terdapat nampan kayu, di atasnya terletak beberapa cangkir dan teko yang juga terbuat dari kayu.
"Sudah sadar? Duduk-duduk." Dengan tenang, dia membawa nampan tersebut dan meletakkannya di atas meja kayu berbentuk bulat. Ukiran yang terbentuk secara alami dari potongan kayu terlihat indah meski abstrak.
"Bocah tua. Seharusnya kau membawaku ke kasur. Bukan dibiarkan di lantai dingin ini." Kitsune tua itu mulai mengeluh pada teman lamanya. Tidak terima jika dia yang paling tua, juga ikut dibiarkan di lantai yang dingin bersama dengan anak muda yang lain. Dia mengubah tubuh Kitsune-nya menjadi sesosok manusia tua dengan janggut dan kumis yang telah memutih. Tubuhnya tinggi dan jalannya sedikit membungkuk. Bajunya berwarna putih bersih sama seperti warna bulunya ketika dalam wujud Kitsune. Orang yang menerima komplain tidak membalas keluhan itu. Hanya diam dan menuangkan air dari dalam teko. Ketika dia menuangkannya, wangi yang kuat keluar dari sana. Menenangkan pikiran siapa pun yang mencium harumnya.
"Teh chamomile?" tanya Chloe. Dia tidak asing dengan bau yang dikeluarkan dari teko tersebut. Pria tua itu meletakkan tekonya setelah selesai menuangkan air. Dia melihat Chloe dan tersenyum. "Ya, Putri Chloe Ester."
Chloe Ester tertegun. Pria tua ini mengenalnya, padahal dia tidak sering pergi keluar dan bertemu orang-orang di luar wilayahnya. Melihat raut wajah Chloe yang terkejut. Pria tua itu menjelaskan, "Seorang putri kerajaan Briche. Tidak mungkin aku tidak tahu." Chloe mengangguk paham. Dia segera balik bertanya. "Apa kau Wizard yang dikatakan mereka?" tanyanya sambil menunjuk Meika dan Jiro. Pria tua itu melirik Meika. Dia menjawab, "Bisa dibilang begitu. Panggil saja aku Achilles." Selesai memperkenalkan dirinya, dia menyuruh yang lain untuk segera duduk di kursi kayu.
"Jadi, dapatkah kau menjelaskan mengapa kami bisa berada di rumahmu?" tanya Tetua Gon Gon. Suaranya menjadi berbeda ketika dia berada dalam wujud manusia. Wizard itu menyeruput sedikit teh chamomile sebelum menjawab pertanyaan Tetua Gon Gon. "Kebetulan aku baru memindahkan rumahku dan kalian sedang berada di sana. Jadi, tanpa sengaja kalian menghirup kabutku dan pingsan." Dia kembali meminum tehnya, kemudian setelah meletakkannya kembali di atas meja, Wizard melihat ke arah Meika yang duduk di seberangnya.
"Kau kembali sendirian?" Meika hampir tersedak minumannya karena pertanyaan mendadak dari Wizard. "Ya. Ha? Kembali? Kau bertanya seolah-olah tahu aku akan datang lagi." Pria tua itu berdeham. Dia menjawab, "Orang sepertimu, pasti akan kembali lagi. Di mana temanmu yang lain?" Pertanyaan dari Wizard langsung menyentuh luka dari ingatan Meika. Kebenaran itu baru saja terungkap dan masih sangat membekas diingatannya. Melihat Meika yang diam dan tak menjawab, Chloe mengambil langkah untuk menjelaskan semua peristiwa yang mereka alami selama di wilayah Witch. Mendapat penjelasan dari Chloe, pria tua itu mengarahkan pandangannya ke bawah, kemudian dia melihat kembali ke arah Meika yang masih pundung.
"Aku sudah menduganya. Saat kalian datang, aura gelap dari tubuhnya sangat kuat." Meika segera mengangkat kepalanya. Dia bertanya dengan sedikit kekesalan. "Kenapa tidak bilang dari awal?"
"Karena kau tidak tanya." Orang tua ini tiba-tiba menjadi orang yang menyebalkan. Meika kembali menyahut, "Harusnya kau bilang, bahkan jika aku tidak bertanya sekali pun." Wizard tersebut menggeleng. Dia tidak setuju. "Jika tidak ditanya, kenapa aku harus mengatakannya?" Sejujurnya, ketika Meika pertama kali bertemu dengan pria tua ini, dia tidaklah menyebalkan seperti Tetua Gon Gon. Sepuluh tahun yang lalu, pria tua ini sangat tenang dalam berbicara maupun bertindak. Kata-kata yang dia keluarkan pun enak didengar dan mudah dipahami, tapi melihat sikapnya yang sekarang, Meika kembali mengingat.
Wizard memang tidak akan mengatakan apa pun jika tidak ada yang bertanya. Terkadang dia yang akan bertanya. Meika memutar ingatannya lagi, Wizard memang sangat jarang menjelaskan suatu hal jika tidak ada yang bertanya padanya. Karena ingatan itu, Meika mencoba menghilangkan amarahnya dan bertanya dengan baik. "Saat itu, kenapa kau tidak mengatakannya saja? Demi kebaikanku misalkan?" Wizard membalas, "Aku tidak tahu kenapa dia memiliki aura Diabolos sementara dia adalah Witch murni. Dugaanku saat itu adalah dia menggunakan sihir Metafora Psychon, tapi aku tidak yakin mengapa dia menggunakan sihir itu. Jadi, untuk berjaga-jaga, aku tidak banyak mengajarimu tentang sihirku. Jika aku mengatakannya saat itu, juga akan berbahaya. Bisa saja pendukungnya atau pengikutnya menyerang rumahku."
Pria tua ini tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di luar. Dia hanya ingin memastikan bahwa rumahnya baik-baik saja. Setelah kejadian di mana dia ikut menyegel Raja Diabolos, dia tidak lagi mencampuri urusan dunia. Mengetahui siapa saja nama-nama pemimpin dari kelima kaum, sudah cukup bagi orang tua sepertinya.
"Ada beberapa hal yang kuketahui tentang kejadian 100 tahun lalu," ungkap Wizard, "kaum Vampire yang menyerang kaum Werewolf, ingin mengambil Kotak Kutukan. Entah dari mana rumor tentang kotak itu. Mereka mengatakan siapa pun yang mendapatkannya akan memiliki kekuatan yang luar biasa. Tentu saja, kaum Vampire ingin merebutnya karena kotak itu dijaga oleh kaum Werewolf. Dengan kuatnya kekuatan kaum Werewolf, mereka menganggap hal itu dikarenakan kaum Werewolf memiliki Kotak Kutukan tersebut."
Kara yang hanya diam mendengarkan, mulai menanggapi cerita Wizard. Dia bertanya pada pria tua itu. "Apa itu adalah kotak yang menyegel Raja Diabolos?" Wizard tak terlalu terkejut mendengar Kara yang mengetahui tentang penyegelan Raja Diabolos. Jika bukan tetua Werewolf yang mengatakannya, sudah pasti Tetua Gon Gon yang bercerita di perjalanan. "Ya. Kejadian itu sudah terjadi beratus-ratus tahun sebelumnya. Kisah aslinya tidak ada yang boleh menceritakan. Seluruh pemimpin kaum sepakat untuk tutup mulut sehingga generasi penerusnya tidak ada yang tahu mengenai Kotak Kutukan itu dan juga kebenarannya." Kara kembali bertanya, "Kenapa kejadian itu sangat ditutupi?"
"Untuk menghindari kejahatan. Para tetua takut jika generasi selanjutnya mengetahui tentang Kotak Kutukan itu dan berniat membukanya untuk menguasai dunia bersama para Diabolos. Lihat sekarang. Hal itu benar-benar terjadi, padahal keberadaan Kotak Kutukan itu hanya para tetua dari kelima kaum yang mengetahuinya. Sudah pasti ada pengkhianat di dalam kaum Vampire." Kotak Kutukan dijaga ketat oleh kaum Werewolf dan tidak ada yang boleh mendekatinya, bahkan jika dia adalah seorang Raja. Hanya generasi tua yang mengetahui kejadian dibalik kotak tersebut. Jika kaum Vampire mengincar kotak tersebut, sudah dapat dipastikan1ada yang membuka mulut dan mulai menyebarkan rumor tersebut.
"Selain itu, aku tahu tentang kaum Witch yang kembali menindas kaum Kitsune. Aku berusaha membantu diam-diam selama kau berada di penjara." Tetua Gon Gon mengangkat alisnya sambil mengambil secangkir teh chamomile. "Tidak berterima kasih, Kakek?" celetuk Barbara. Tetua Gon Gon berdeham, sementara Wizard tampak tidak peduli apakah rubah tua itu akan berterima kasih atau tidak.
Waktusudah terlewat begitu banyak sejak mereka mulai bercerita. Tetua Gon Gonmengatakan jika dia harus segera pergi ke Gunung Abandoned, tempat para Kitsunemengevakusi diri. Setelah Tetua Gon Gon pamit pergi dengan berlari sepertimenghilang di dalam kabut asap, Louis pun mengikuti. Dia juga harus kembali kekerajaan Briche untuk melaporkan apa yang dia dapatkan. Dengan kekuatannyamemanipulasi angin, dia bisa kembali ke kerajaan dengan menutupi dirinyasendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Dark
FantasyRibuan tahun yang lalu, dunia dikuasai oleh kaum yang memiliki kekuatan super. Kaum Werewolf, Vampire, Witch, Mermaid, dan Fairy. Di saat keadaan dunia tengah berada dalam kedamaiannya, kaum Vampire bergerak membantai seluruh Werewolf dan bermaksud...