Bab LI. Bad Pearl

254 50 1
                                    

Keesokaan harinya, halaman rumah Wizard tampak terang. Kabut yang sebelumnya menutupi rumah telah menghilang. Kini, pohon-pohon besar dan tinggi terlihat jelas dari jendela kamar tempat Kara beristirahat. Di bawah sana, Kara melihat Barbara sedang mengangkat potongan-potongan pohon kayu yang dipotong oleh Wizard. Lalu menumpuknya di samping rumah.

Meika tiba-tiba muncul di samping Kara dan berteriak tepat di telinganya. "Tumben kau membantu orang lain? apa kau salah minum hari ini?" Suara Meika begitu melengking sampai Kara harus menutup telinganya. Sementara itu, Barbara balas berteriak dari bawah sana. "Aku memang suka membantu orang. Memangnya aku itu kau?" Meika mendelik. Tidak memberi bantahan. Dia segera menghilang dari samping Kara dan berpindah tempat ke sisi Barbara.

"Lihat. Aku lebih rajin darimu." Tanpa menggunakan tenaga fisik, Meika lebih memilih membuang energi spiritualnya untuk memindahkan potongan-potongan kayu itu tanpa menyentuhnya. Pohon kayu lain yang belum terpotong pun, dia belah setelah mengucapkan sebuah mantra. "Sepertinya kekuatan spiritualmu banyak sehingga kau bisa membuangnya untuk hal seperti ini," sahut Wizard.

Dia meletakkan kapaknya di samping tumpukan kayu dan duduk di kursi yang ada di bawah pohon besar dan rindang. Di batangnya terdapat satu ayunan, tingginya 30 cm di atas tanah. Barbara berlari terlebih dahulu ke arah ayunan sebelum Meika merebutnya. Meika tidak terima. Dia memaksa Barbara untuk membagi tempat duduk, tapi ditolak oleh Barbara. Mereka terus saling mendorong sampai akhirnya, Barbara menyerah dan membagi satu tempat duduk ayunan bersama Meika.

"Aku punya kalung ini." Meika menunjukkan kalung Enervate yang diberikan oleh Loey sebelumnya, "ini kalung Tamikoka 'kan? Aku merasakan energi spiritualku terisi dengan cepat setelah memakainya." Wizard memandang ke arahnya dan memperhatikan kalung yang ditunjukkan oleh Meika. Dia bertanya, "Dari mana kau dapat kalung itu?"

"Dari suaminya." Meika menunjuk Aliora yang baru saja keluar bersama Chloe dan Jiro. "Suami? Loey Kenneth Felton?" Kara merasa aneh mendengar pertanyaan Wizard. "Kau mengenalnya?" Witch tua itu berdeham. "Tentu. Dia cucu temanku. Das Doyle." Aliora bersuara, "Jadi, Tuan ini yang diceritakan oleh Loey sebelumnya? Teman Tuan Das Doyle yang berkunjung ke kerajaan Maya?" Wizard mengangguk. Meika segera menyahut, memberi tambahan jawaban mewakili Wizard. "Aku tahu ramuan Penumbuh Insang Sementara karena diajari olehnya."

Beberapa ratus tahun lalu, saat dunia sudah mulai damai. Wizard yang saat itu harus bersembunyi dari kaum Witch, mengubah bentuk wajahnya. Dia pergi ke Palung Mariana untuk bertemu dengan Das Doyle. Karena kerajaan Maya berada di bawah air, Wizard membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya bertahan di dalam air untuk waktu yang lama. Setelah melalui banyak rangkaian percobaan dan penelitian, akhirnya dia berhasil membuat ramuan yang dapat menumbuhkan insang walau sementara.

"Tuan Achilles. Aku ingin bertanya, apa benar Tuan Das Doyle bisa meramal?" tanya Aliora. Wizard tidak menjawab, melainkan berdiri dan pergi menuju pintu belakang rumahnya. Mereka kebingungan, tapi tetap mengikuti langkah Wizard. Dia membuka pintu itu dan menghembuskan udara ke dalamnya. Saat dia meniup, api muncul di dalam lampu obor dan menerangi ruangan. Tempat itu lumayan luas. Tidak besar dan juga tidak kecil. Ada dua rak berisi buku-buku tua yang sudah berdebu.

Di dinding ruangan itu terdapat satu kepala domba dan beberapa peralatan berkebun. Di sudut ruangan terdapat satu lemari yang ditutup dengan kain. Witch tua itu berjalan mendekatinya dan menarik kain hitam tersebut, menampilkan sebuah lemari kayu yang pintunya terbuat dari kaca. Dia membuka lemari itu dan mengambil sebuah benda berbentuk bulat. Strukturnya licin dan halus berwarna putih. Benda itu diletakkan di atas wadah yang dilapisi oleh kain hitam. Wizard membawanya dengan hati-hati dan menaruhnya di atas meja, penuh dengan bahan-bahan ramuan.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang