Ketiganya mendongak, tetapi mata mereka tidak bisa terbuka lebar karena angin dan debu yang masih melaju kencang. Dari dalam hembusan angin dan debu yang menghalangi pandangan mereka, sesuatu yang panjang dan kecil muncul. Berlari-larian secara beriringan, meliuk-liuk dari berbagai sisi, menyerang langsung ke arah mereka bertiga.
Ketiganya melompat untuk menghindari serangan. Keluar dari selimut debu yang menutup penglihatan mereka. Baru terlihat jelas apa yang telah menyerang mereka. Itu adalah akar berduri. Seolah mereka memiliki jiwa, tanaman-tanaman itu bergerak-gerak layaknya ular. Gagal mengenai targetnya, makhluk itu pun berputar lagi dan menyerang ketiganya. Reivan melompat ke belakang, mengangkat tangannya dan membakar tanaman-tanaman tersebut dengan api biru.
"Sial, setelah tanaman ini akan muncul—" Tepat ketika Reivan mulai berbicara, Lathaya melihat sesosok makhluk aneh berdiri tak jauh di depan mereka. Mendadak tubuhnya tidak bisa bergerak, matanya bergetar melihat punggung makhluk berkepala domba tersebut. Secara perlahan, makhluk itu memutar kepalanya dan srat!
"Lady!"
Dengan sekali kedipan mata, makhluk itu melesat lurus ke arah Lathaya tanpa aba-aba. Menodongkan tombak tepat ke dada sang Lady Vampire. Namun, sebelum ujung tombak berhasil menyentuh dadanya, tombak tersebut dipatahkan oleh Noah yang tiba-tiba muncul dan berdiri di depan Lathaya. "Hah!" Reivan berteriak memanggil Lathaya, bermaksud agar Lady-nya bisa menghindar, tetapi makhluk itu terlalu cepat, bahkan mata Reivan tidak bisa mengikuti kecepatan makhluk tersebut. Dia ingin menolong Lathaya, tetapi Noah lebih cepat darinya. Kedua makhluk berbeda bentuk itu sama-sama cepat dan Reivan tidak bisa mengimbangi mereka. Yang bisa dia lakukan adalah menarik Lathaya jauh dari pertarungan dua sosok itu.
"Lady, kau baik-baik saja?" tanya Reivan. Lathaya masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Dia tidak menjawab, melainkan melihat ke arah pertarungan antara Noah dan makhluk berkepala domba tersebut. "Apa ... itu?" tanya Lathaya terbata-bata. Raut badan makhluk itu seperti manusia, tapi tidak dengan kulitnya. Kepalanya berbentuk domba, tetapi matanya tidak seperti mata domba biasa. Hanya sebuah bulatan yang timbul di permukaan mata. Sebagian tubuhnya terlilit akar tumbuhan, dan tombak yang telah patah kembali terbentuk dari gabungan akar-akar tersebut.
Noah belum pernah menunjukkan kekuatan aslinya pada Lathaya maupun Reivan. Selama mereka mengenalnya, Noah terlihat biasa saja. Seperti kebanyakan manusia lainnya. Akan tetapi, meskipun Noah tampak bisa menyeimbangi kecepatan makhluk itu, dia masih kewalahan menghadapinya sendirian. Darah segar keluar dari mulutnya saat tangan keras makhluk itu memukul tepat di perutnya. Lathaya yang melihat pemandangan tidak mengenakan di depannya langsung berlari, mendekat ke arah pertarungan. "Lady!" teriak Reivan, menarik tangan Lathaya, "kau mau ke mana?"
"Noah dalam bahaya!" Lathaya berusaha melepaskan tangannya dari Reivan, tetapi lelaki itu tidak membiarkan Lathaya lepas begitu saja dan berlari ke arah pertarungan.
"Jika kau ke sana, kau juga akan berada dalam bahaya."
"Tapi mereka harus dihentikan."
"Iya, tapi bukan berarti kau harus ke sana! Mereka tidak akan berhenti." Lathaya tidak bisa membantah lagi. Dia bertambah gelisah karena apa yang dikatakan oleh Reivan benar. Tidak ada gunanya dia pergi dan ikut dalam pertarungan mereka. Lathaya sendiri tidak yakin bisa mengimbangi kekuatan makhluk itu, ditambah Reivan yang tidak akan membiarkan dia pergi. "Bagaimana ini?" gumam Lathaya. Pikirannya tidak tenang dan tubuhnya juga bergetar. Jika dia tidak bisa menemukan solusi untuk menghentikan pertarungan keduanya, Noah akan mati karena dihabisi oleh makhluk itu. "Rei!" Tiba-tiba Lathaya berbalik ke arah Reivan dan memanggil namanya dengan kedua alis yang berkerut. Reivan menjawab panggilan Lathaya dengan mimik wajah. Wanita itu bertanya, "Itu ... Behemoth 'kan?" Reivan mengangguk. Makhluk di depan mereka memang Behemoth, tetapi itu hanyalah tiruannya. Karena Behemoth yang asli tidak akan menunjukkan dirinya pada siapa pun jika dia tidak menginginkannya.
Lathaya mengangguk pelan. Kemudian, dia berbalik dan berteriak keras. "Tuan Behemoth, hentikan pertarungan ini! Aku akan memberikan jiwaku padamu!" Tepat setelah Lathaya mengatakannya, tombak makhluk itu berhenti di udara. Hanya sedikit lagi, dada Noah akan tertusuk ujung tombak tersebut. Perlahan, makhluk berkepala domba itu berdiri, menegakkan tubuhnya di depan Noah yang sudah terkapar lemah di bawahnya. Perhatiannya teralihkan sepenuhnya ke Lathaya. Keluar suara berat dari mulut makhluk tersebut, tetapi rahangnya tidak bergerak sama sekali.
"Jiwa?"
"Ya! Jiwa! Bukan sekadar energi kehidupan."
Makhluk itu terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian dia berkata, "Ikut aku." Reivan dan Lathaya saling melihat. Ada rasa tidak yakin pada diri Reivan. Batinnya menolak keras untuk mengikuti tiruan Behemoth itu, tetapi Lathaya meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. "Lepaskan tanganku. Noah perlu bantuan." Reivan melihat tangannya yang masih memegang pergelangan tangan Lathaya. Dengan canggung dan terburu-buru, dia melepaskan tangan Lathaya dan mengikutinya pergi menuju Noah. "Biar aku saja," kata Reivan. Mengambil alih Noah yang sudah menopang diri di bahu Lathaya. "Aku akan bantu," kata Lathaya, tetapi Reivan menolak. "Tidak perlu." Lathaya tidak lagi berusaha membantu Reivan membopong Noah. Dia membiarkan pria itu dengan keputusannya sendiri.
Makhluk yang menyerang mereka tadi membawa Lathaya, Reivan, dan Noah menuju sebuah tempat yang tertutupi oleh pohon-pohon besar dengan dedaunan rimbun. Menutup seluruh atap langit dengan helaian daunnya. Hanya menyisakan lubang kecil, menerangi satu makhluk lain yang tengah tertidur di atas gunung batu yang pipih di bagian atas. Perlahan, makhluk itu membuka matanya. Secara keseluruhan tak ada yang beda antara makhluk yang berada di atas batu itu dengan makhluk yang menyerang dan membawa mereka ke mari. Yang berbeda dari mereka adalah kulit makhluk di atas batu itu lebih nyata dan hidup dibanding makhluk tadi.
Lathaya berbisik pada Reivan. "Ada dua?" Reivan menggeleng dan balas berbisik. "Tidak. Yang kita temui adalah tiruannya yang bertindak sebagai penjaga pribadinya, sementara yang asli adalah dia yang tengah tidur di atas batu." Reivan mengetahui hal ini karena ketika dia berlatih dengan Xavier, mereka juga berhadapan dengan tiruan Behemoth. Pada akhirnya, mereka harus melarikan diri dari serangan beruntun tiruan makhluk itu. Kejadiannya pun sama persis dengan yang mereka alami. Setelah diserang oleh tanaman menjalar, sosok itu akan muncul dari penggabungan tanah dan tanaman, membentuk satu tiruan Behemoth.
Dia dan Xavier ingin bertemu dengan Behemoth yang asli untuk melatih kekuatan mereka terhadap makhluk yang dikabarkan memiliki kekuatan di atas kaum Werewolf, tetapi mereka bahkan tidak bisa mengatasi tiruannya. Maka itu, Reivan sangat tidak setuju ketika Lathaya mengatakan ingin bertemu secara langsung dengan Diabolos itu untuk menanyakan beberapa hal terkait kasus yang sedang mereka selidiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Dark
FantasiaRibuan tahun yang lalu, dunia dikuasai oleh kaum yang memiliki kekuatan super. Kaum Werewolf, Vampire, Witch, Mermaid, dan Fairy. Di saat keadaan dunia tengah berada dalam kedamaiannya, kaum Vampire bergerak membantai seluruh Werewolf dan bermaksud...