Bab XXXV. Tertangkap

270 56 14
                                    

Air bergerak dengan tenang di dalam bak mandi yang terbuat dari besi dan dilapisi porselen. Jazlyn menyandarkan kepalanya di sisi bak mandi. Menutup mata untuk mencari kenyamanan. Bibirnya sedikit terbuka untuk menghela napas. Kedua tangannya dia taruh di kanan dan kiri bak mandi. Tampak wajah Jazlyn yang menunjukkan raut lelah. Seolah dia melepaskan semua beban dari tubuhnya dan membiarkannya mengambang di atas air. Di lantai kamar mandi terdapat kelopak mawar merah yang berserakan serta lilin-lilin yang mengeluarkan bau ketenangan, bergoyang-goyang di dinding.

Bayangan seseorang muncul dari balik kain merah yang menutupi kamar mandi Jazlyn. Tubuhnya tegap dan lurus ke depan. Dia menyentuh kacamatanya, mendorongnya ke atas, kemudian berkata, "Nona Jazlyn, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Jazlyn menjawa tanpa membuka matanya. "Ikuti saja." Shiki mengangguk dari balik kain, kemudian mundur beberapa langkah sebelum dia berbalik pergi. Berselang beberapa menit sejak Shiki pergi, Jazlyn membuka kelopak matanya dan bangkit perlahan.

Ketika dia berdiri, air dalam bak mandi bergoyang dan jatuh dari tubuh Jazlyn. Dia mengangkat kakinya dan melangkah keluar dari bak mandi. Jazlyn mengambil jubah mandi yang diberikan oleh pelayannya.

Di kamar Jazlyn, Ryu berdiri dengan wajah yang tak berubah sama sekali. Kulitnya pucat dengan sorot mata yang kosong. Seperti tak ada kehidupan di dalam dirinya. Jazlyn berjalan menuju lemari dan mengganti pakaiannya tanpa menyuruh Ryu untuk keluar. Setelah selesai memakai gaunnya, Jazlyn datang menghampiri Ryu yang bergeming. Dia melihat wajah Ryu dari samping. Tangannya terangkat untuk menyentuh dan mengelus pipi Ryu dengan lembut dan halus. Wajah Jazlyn menunjukkan raut kesedihan. Alisnya sedikit menekuk dan bibirnya bergetar. "Jika kau menerimaku, keadaanmu tidak akan seperti ini. " Jazlyn terus memandang Ryu dan mengelus wajahnya, sedangkan Ryu tak memberi tanggapan apa pun.

"Seperti biasa. Dia tidak akan menjawabmu. Sudah kukatakan jika kau mengikat jiwanya, dia hanya akan menjadi boneka." Jazlyn menjauhkan tangannya dari wajah Ryu. Dia berbalik dan melihat orang yang baru saja datang secara tiba-tiba. "Kenapa penampilanmu berbeda hari ini?" tanya Jazlyn. Dia mengabaikan perkataan orang itu dan balik bertanya.

"Memang biasanya penampilanku seperti apa?"

"Hmm ... biasanya kau mengubah bentuk tubuhmu seperti manusia. Kenapa hari ini kau menggunakan wujud aneh, Akvan?" Jazlyn berkata sambil memutari tubuh Akvan. Lelaki itu memiliki sayap hitam berbulu di belakang punggungnya. Matanya berwarna hitam pekat dan memiliki tanduk seperti domba. Kakinya membentuk seperti kaki belakang rusa.

"Hanya ingin." Akvan menjawab dengan singkat. Setelah itu, dia kembali menghilang di dalam kabut hitam. Tiba-tiba, seorang pelayan wanita datang dengan tergopoh-gopoh ke dalam kamar Jazlyn. Wajahnya tampak ketakutan. Tangan bergetar hebat.

"Ada apa?" tanya Jazlyn. "Nona Jazlyn, di luar ada Lady Lathaya. Dia membawa banyak pasukan dan menerobos kerajaan." Jazlyn menghela napasnya. "Biarkan saja. Dia memang selalu seperti itu. Aku akan menemui mereka." Pelayan itu mengangguk dan mengundurkan diri. Jazlyn berbalik untuk melihat Ryu. Dia membisikkan beberapa kalimat, kemudian dia menyuruh Ryu untuk kembali ke kamarnya sendiri.

Jazlyn berjalan menuju aula kerajaan. Di sana terdapat Lathaya bersama dua pengawalnya. Wajah wanita itu tampak angkuh dengan dagunya yang selalu terangkat. Melihat orang lain dengan mata yang rendah. Tak ada senyuman di bibirnya. Ketika dia berjalan, orang-orang akan langsung menundukkan kepalanya.

"Apa maumu?" Jazlyn bertanya tanpa basa-basi. Dia berjalan melewati Lathaya untuk duduk di singgasananya. Lathaya melihat Jazlyn dengan ujung matanya, kemudian dia berkata, "Penduduk kota Burn mulai memberontak. Beberapa budak melarikan diri. Prajuritku mengatakan bahwa kaummu memimpin pemberontakan. Bukankah kita sudah sepakat?" Jazlyn menopang pipi di atas kepalan tangannya. Dia bergumam setelah mendengar perkataan Lathaya. Dari suaranya terdengar dia malas membahas masalah ini. Akan tetapi, karena Lathaya menemuinya secara langsung, mau tak mau Jazlyn harus membuatnya puas.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang