Bab CXIX. Pasangan Takdir [End]

401 49 1
                                    

Sehari setelah pertempuran yang mengejutkan itu, Kara dan yang lainnya belum kembali ke wilayah mereka masing-masing. Kehancuran yang terjadi pada bangunan kerajaan Rufus Ignis membuat mereka berada di sana untuk sementara. Para Vampire yang tersisa mulai membereskan kekacauan. Di gedung bagian kiri yang sama sekali tidak terkena serangan, mereka duduk di sisi meja panjang. Mereka terlihat membicarakan hal serius di sana.

Kara angkat suara. Penampilannya sudah lebih baik daripada yang kemarin. "Lebih baik kita tetap seperti ini. Menyembunyikan diri dari para manusia. Menghilang secara perlahan dan membiarkan mereka berpikir jika kita hanyalah mitos." Meika menyahut dari sebelahnya. Di belakangnya, Aoi mendengkur halus. Menjilat pipi majikannya manja.

"Tapi kebanyakan dari mereka sudah melihat kita kemarin. Bagaimana dengan itu?"

"Tidak masalah. Selama kita tidak menunjukkan diri lagi. Seiring dengan bergantinya generasi, orang-orang tidak akan percaya jika kita itu nyata." Semua orang yang ikut dalam diskusi mengangguk setuju. Mereka telah membuat kesepakatan bahwa tidak ada yang boleh menampakkan diri di sekitar wilayah manusia. Menjaga tatanan dunia dalam diam. Tidak menimbulkan kekacauan yang dapat merusak kedamaian.

Dengan begitu, mereka kembali ke wilayah masing-masing setelah beberapa hari menetap. Kara juga segera memperbaiki kerajaan Sorcery. Jika tidak, Meika akan memperbudaknya selama lima tahun. Oleh karena itu, dia kembali sedikit lebih lama dari perkiraan. Dia baru saja tiba di wilayah Werewolf. Begitu dia memasuki tempat persembunyian kaumnya di dalam tanah, seseorang mendatanginya dan mengatakan jika Erlena tidak bisa melahirkan. Kandungannya telah melewati masa kelahiran, tapi bayinya sama sekali tidak ingin keluar.

"Kara. Luna Erlena terus memanggilmu. Kami tidak bisa menggunakan mindlink padamu. Apa yang sebenarnya terjadi, Kara?" Di tengah ruangan, semua Werewolf berkumpul. Wajah mereka terlihat gelisah. Nyonya Tori langsung menghampirinya ketika wanita tua itu melihat kedatangannya. "Kara," panggilnya lagi menyadarkan Kara dari lamunannya. Kara tersentak. Kemudian menjawab pertanyaan Nyonya Tori. "Aku mengabaikan suara yang bukan berasal dari orangtuaku. Maaf."

Kara menunduk. Merasa bersalah karena tidak menjawab panggilan mereka. Dia tidak ingin perjalanannya terganggu oleh suara yang bukan berasal dari ayah atau ibunya. Kara tidak mengetahui jika suara-suara itu membutuhkan dirinya. Kara bertanya pelan. "Apa yang terjadi?" Nyonya Tori tidak menjawab, melainkan dia memutar tubuhnya dan melihat ke arah kamar tempat Erlena biasa tidur. Nyonya Tori mengisyaratkan Kara untuk masuk ke dalam ruangan itu. Kara merasa bingung, tapi dia melakukan apa yang diisyaratkan oleh Nyonya Tori. Sebelum masuk dia melihat ayahnya memasang wajah serius, tetapi Kara tahu bahwa ayahnya tengah gelisah. Kara juga menemukan Summer yang memandang kamar Erlena dengan wajah sedih.

Ketika Kara membuka pintu, Nyonya Tori juga mengikutinya. Mereka berdua masuk setelah menutup pintu dengan rapat. Di dalam sana, Kara melihat suami Luna Erlena berdiri di sudut ruangan sambil melihat ibunya yang tengah membantu menghilangkan rasa sakit di perut Erlena. "Kara. Di mana dia? Aku harus melihatnya." Erlena mulai meracau kembali. Kara mengerutkan keningnya. Beberapa omega Werewolf menenangkan Erlena dengan mengatakan jika Kara sudah kembali. "Kara, kemarilah." Pamela memanggilnya dengan lembut. Sekejap, Kara merasa rindu dengan panggilan ibunya. Namun, karena situasi ini bukanlah waktu yang tepat untuk melepas rindu, Kara pun mengabaikannya.

Dia berdiri di samping Pamela. Erlena, dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya, akhirnya bisa melihat Kara. Dia tersenyum bahagia, memanggilnya dengan suara lemah. "Kara." Setelah satu panggilan lolos, perut Erlena kembali mengencang. Seolah kulit perutnya ditarik kuat. Erlena berteriak kesakitan, air mata jatuh dari kedua sudut matanya. Kara kebingungan. Suara Erlena menggelegar hingga terdengar keluar pintu. Semua orang yang ada di dalam juga tidak tahu harus melakukan apa. Kegelisahan semakin pekat di wajah mereka.

Melihat Erlena memegang perutnya yang besar, reflek Kara mengangkat tangannya dan mengelus perut Erlena yang berada di balik pakaiannya. Seperti ada sihir penyembuh di tangan Kara, perlahan Erlena mulai tenang. Seakan-akan isi di dalam perut Erlena merasakan kehangatan dari telapak tangan Kara. Namun, keadaan itu tidak berlangsung lama. Perut Erlena kembali berkontraksi. Seorang omega yang berdiri di antara kaki Erlena berteriak, "Luna Erlena akan melahirkan!" Kara menjauhkan tangannya dan mundur beberapa langkah. Membiarkan ibunya bersama dengan omega wanita yang lain membantu proses persalinan.

Suami Erlena bergegas berdiri di sampingnya, memegang erat tangan istrinya yang tengah berusaha sekuat tenaga mendorong keluar bayinya. Keringat membasahi kening, meluncur dari pelipis hingga menghilang ditelan helaian rambut. Kara tidak tahu berapa lama waktu berlalu, yang pasti rasanya sangat lamban. Ketegangan dan kegelisahan menghilang begitu saja saat bayi laki-laki itu telah lahir. Tangisannya memenuhi ruangan. Membuat semua orang bernapas lega.

Entah dari mana asalnya, Kara merasa ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk melihat bayi itu. Suara yang keluar dari mulut kecilnya seolah memanggil Kara untuk mendekat. "Ada apa?" tanya Pamela saat melihat tatapan Kara terpaku pada bayi dalam gendongannya. "Kau ingin melihatnya?" Kara mengangguk dan melihat bayi merah itu dari dekat. Tiba-tiba, saat Kara mendekat, tangisannya berhenti. Semua orang yang berada di dalam ruangan pun merasa kebingungan. Pamela mengerutkan keningnya. Dia melihat ke arah bayi itu, lalu melihat Kara.

"Kara. Coba kembali ke tempatmu tadi." Saat Kara melakukan apa yang Pamela katakan, bayi tersebut menangis kembali. Dia, bahkan menangis lebih kencang dari yang sebelumnya. "Mendekat lagi." Kara melangkah mendekat dan bayi itu terdiam kembali. Pamela mengangguk paham. Dia menoleh pada Erlena yang juga tengah melihat mereka. Dia tersenyum pada Pamela dan mengiyakan apa yang dia pikirkan.

Pamela melihat Kara. Anaknya ini termenung sambil menatap bayi dalam gendongannya. Dia berbicara dengan lembut. "Kara. Kau percaya pasangan yang ditakdirkan oleh Moon Goddes?" Kara mengangkat pandangannya. Mengangguk kecil, meskipun ada raut keraguan di wajahnya. Pamela tersenyum sambil memberikan bayi tersebut pada omega lain untuk dimandikan. Dia berkata pada Kara.

"Bayi itu adalah mate-mu."

"Ha?"

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang