Bab XI. Kerajaan Briche

551 90 26
                                    

Di depan gerbang benteng, Chloe tampak meraih kantung bunga peony di samping tubuhnya dan mengambil sedikit serbuk biru putih, lalu dia mulai menaburkannya di sekeliling tubuh Barbara. "Apa yang kau lakukan?" tanya Barbara. Melihat Chloe yang menaburkan serbuk biru putih dari atas kepalanya.

"Ini untuk menyamarkan baumu. Bahaya jika mereka menemukan bahwa kau adalah seorang manusia," jelas Chloe. Dia kembali meletakkan kantung peony di tempat sebelumnya.

"Ayo, masuk." Chloe, Kara, dan Barbara memasuki benteng tanah yang menjulang tinggi, sedangkan lelaki bertopi bundar sudah menghilang dari sana.

Ketika mereka memasuki wilayah Fairy, ada para penjaga kerajaan yang berjaga di sana. Mereka semua membungkukkan tubuhnya, memberi hormat kepada Putri kerajaan. Untuk memasuki bagian dalam kerajaan, mereka dihadapkan pada sebuah pintu yang terbungkus oleh akar tumbuhan yang menjalar di dinding batu. Di bagian batangnya ditumbuhi dedaunan kecil dan bunga-bunga indah yang harum, bahkan dari kejauhan Kara dapat mencium wanginya.

"Ambil ini." Benda merah melayang cepat ke arah Barbara. Dalam kebingungan dan sedikit kaget, Barbara menangkap benda itu sebelum jatuh ke tanah. "Berikan baik-baik padaku! Dasar serigala busuk." Barbara berteriak kesal dan mengatai Kara dengan suara yang kecil. "Aku dengar itu," kata Kara dengan suara datar. Barbara mengabaikannya dan melihat-lihat sekitar.

Mereka bertiga memasuki pintu berbunga tersebut dan disuguhi dengan pemandangan para Fairy yang berlalu lalang. Ada yang tengah terbang cepat sambil membawa serbuk emas yang sedikit terjatuh di udara dan ada yang berjalan santai sambil berbincang-bincang dengan teman di sebelahnya. Ketika mereka melihat Chloe, secara otomatis para Fairy tadi baik yang sedang terburu-buru ataupun yang berjalan santai, berhenti dan membungkuk hormat pada Chloe. Gadis itu hanya membalas penghormatan mereka dengan senyuman. Lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju kerajaan Briche.

"Oh ya, aku ingin bertanya. Saat di hutan Kesunyian, kenapa kalian bisa muncul saat aku hampir diserang? Apa kalian sedang memburu makhluk itu?" Barbara bertanya sambil memakai tudungnya. Chloe menjawab, "Kami mendengar seseorang berteriak. Jadi, kami segera pergi menuju sumber suara." Barbara menganggut. "Oh ... apa suaraku terlalu keras?" Kara melirik Barbara dengan ujung matanya. "Tentu saja. Kau berteriak seperti orang yang akan mati di saat itu juga." Sangat bagus fakta bahwa Chloe berdiri di tengah-tengah Kara dan Barbara. "Tenanglah, Barbara. Dia hanya bercanda," kata Chloe berusaha menenangkan Barbara yang bersiap melemparkan batu yang dia ambil secara acak di bawah kakinya.

"Siapa itu?" Kara tidak mengacuhkan Barbara yang ingin melemparkan batu seukuran kepalan tangan Barbara pada dirinya. Sebuah objek di depan mereka lebih menarik perhatiannya. Barbara ikut bertanya-tanya ketika melihat sebuah patung manusia yang dipahat dengan sempurna. Patung itu diukir dari batu alam yang sangat kuat dan dikatakan abadi. Kara bisa melihat keindahan yang terpancar dari patung tersebut.

Patung itu membentuk rupa seseorang yang menggunakan topi bundar dengan sehelai bulu tertancap di belakangnya. Sebelah tangannya memegang sarung pedang, sedangkan sebelahnya lagi bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya. Semua orang yang melewati patung itu akan menebarkan kelopak bunga mawar merah pada patung itu sehingga di sekitarnya terdapat tumpukan kelopak bunga yang tebal.

"Itu adalah patung Tuan Arga Ackerley. Dia adalah orang yang kuceritakan tadi," kata Chloe. Kara menengadah ke atas. Melihat lebih jelas pahatan patung tersebut. "Wajahnya tidak asing." Chloe mengangguk. "Ya, karena dia adalah ayah Louis. Jadi, tentu saja kau merasa tidak asing. Mereka sangat mirip, seperti pinang dibelah dua."

"Louis?" tanya Barbara. "Dia lelaki yang bersama kita tadi," jawab Chloe. Barbara melihat ke sekitar. "Ha? Ke mana dia?"

"Dia sudah pergi menuju kerajaan. Louis adalah penjaga serbuk biru putih. Jadi, dia harus segera kembali."

Louis Ackerley adalah putra dari Arga Ackerley yang merupakan penjaga serbuk ajaib. Baik itu emas maupun biru putih. Arga merupakan ketua penjaga serbuk ajaib. Sejak dari leluhurnya, keluarga Ackerley bertugas untuk menjaga keamanan dari serbuk ajaib. Sampai sekarang setelah Arga Ackerley wafat, tugas menjaga serbuk ajaib diteruskan pada putra tunggalnya.

"Baiklah. Mari aku bawa kalian bertemu dengan orangtuaku." Chloe membawa Kara beserta Barbara ke dalam kerajaan Briche yang berada di bagian timur pemukiman kaum Fairy. Gerbang istana terbuat dari emas yang berkilauan ketika memantulkan sinar matahari. Saat memasuki kawasan istana akan terlihat dua buah kolam yang tidur berdampingan, sedangkan di tengahnya terdapat jalan setapak dari batu-batu besar yang menyatu dengan tanah; semakin mempercantik kolam. Di atas air ditumbuhi daun teratai yang sudah bermekaran. Angin bertiup dengan lembut menggelitik bagian tengkuk leher.

Setelah melewati kolam teratai, tampak kebun bunga mawar berbagai macam warna tumbuh di sana. Barbara melihat Louis tengah menyiram bunga mawar biru bersama dengan beberapa Fairy kecil. "Sedang apa dia di sana? Bukankah kau mengatakan bahwa dia adalah penjaga serbuk ajaib? Kenapa dia berada di sini?"

Chloe menoleh untuk melihat Louis yang tengah menyirami pupuk dengan wajah datar. Chloe menjelaskan, "Dia adalah ketua keamanan bagian penjagaan serbuk ajaib. Jadi, dia bertugas untuk mengatur anak buahnya. Setelah memberikan serbuk biru putih kepada mereka, dia akan pergi ke sini untuk menyiram mawar." Barbara menganggut walau sebenarnya dia tidak terlalu peduli. Dia hanya ingin memecah keheningan dalam perjalanan. Jadi, ketika dia melihat Louis, pertanyaan acak pun muncul.

Sehabis melewati kebun bunga, mereka bertiga berbelok dan berjalan di koridor yang tiangnya juga terbuat dari batu giok. Terdapat kupu-kupu bersayap warna-warni terbang di atasnya. Barbara terpukau hingga Kara harus menarik tudungnya karena gadis itu hampir tertinggal di belakang, sibuk mengejar kupu-kupu.

Sesudah itu, mereka akhirnya tiba di sebuah pintu berlapis emas dengan ukiran rumit di permukaannya. Chloe mendorong pintu tersebut dan membukanya. Terdapat karpet merah yang panjang, terlentang di atas lantai menuju kursi penguasa kerajaan. Kara, Barbara, dan Chloe memasuki ruangan. Di sana terlihat Raja yang tengah duduk di singgasananya dengan tenang. Terdapat juga beberapa pejabat kerajaan yang berdiri sejajar di sampingnya. Di samping kursi Raja tampak Ratu yang tersenyum cantik ke arah mereka. Seolah-olah sudah lama menanti kehadiran mereka.

Kaki sebelah kiri Chloe dia jatuhkan ke tanah, sedangkan kaki kanannya dia topangkan tangannya. Memberi hormat pada Raja dan Ratu. Diikuti oleh Kara dan Barbara.

"Aku telah kembali, Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu." Chloe memberi salam. Raja dari kerajaan Briche tersenyum sampai giginya terlihat. Dia tertawa kecil. "Apa kau Kara? Putri dari Alpha Xavier?" Kara mengangguk. "Menjawab Yang Mulia Raja. Iya benar, Yang Mulia. Salam hormat untuk Yang Mulia. Semoga berkah menghampiri Yang Mulia."

Tawa besar keluar dari rongga mulut Raja Briche. "Terima kasih atas salam hormatmu yang baik itu. Kau sungguh mirip dengan ayahmu." Kara tersenyum tipis. Raja Ashton Ester atau Raja dari kerajaan Briche dikenal sebagai raja yang ramah dan suka tertawa. Namun, di balik sikapnya itu terdapat sifat tegas dan kejam di dalam dirinya. Dia tidak akan mengampuni siapa pun yang membuat kesalahan fatal dan memberikan hukuman setimpal sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan.

"Bagaimana kabar kaummu yang lain?" tanya Ratu Bryana dengan suara sehalus sutra. Sangat merdu jika didengar. "Menjawab Yang Mulia Ratu, yang lain dalam keadaan baik." Kara menjawab dengan sopan.

"Hmm ... lalu siapa di belakangmu, Chloe? Temanmu?" tanya Raja ketika melihat ada seorang lagi menunduk bersama mereka. Chloe mengangguk. "Iya, Ayahanda." Raja Ashton mengusap janggutnya yang mulai panjang. "Hm, baiklah. Kara, Alpha Chili Xan berada di ruangan yang lain. Kau istirahat saja dulu. Nanti malam kau akan bertemu dengan kaummu yang lain di sini," dia melanjutkan, "Chloe, bawa mereka keliling pemukiman Fairy. Setelah itu tunjukkan ruangan mereka untuk beristirahat." Chloe mengangguk, kemudian mereka bertiga meminta izin untuk pergi.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang