Bab LXXII. Mengalahkan Para Pasukan Rufus Ignis

227 50 2
                                    

Louis tiba-tiba berada di sana dan menangkap Chloe yang terjatuh dari atas. Lelaki tersebut menggendong Chloe dengan satu tangan berada di punggungnya, sementara yang satunya lagi berada di bawah lutut Chloe. Pandangannya lurus dan datar. Mereka berdua masih melayang di atas dengan Louis yang menggendong Chloe di lengannya.

Louis melirik kelima Vampire tersebut. Aura tubuhnya mengeluarkan hawa dingin dan mencekam. Dia berkata, "Menyerang seorang gadis secara bersamaan? Sungguh pengecut." Perlahan, dia menurunkan dirinya dan juga Chloe yang berada dalam gendongannya. Menapakkan satu kakinya di atas tanah, kemudian diikuti kaki yang lainnya. Louis membiarkan Chloe melepaskan diri dari lengannya. Gadis Fairy itu sedikit mendorong Louis sebelum berdiri di samping lelaki itu.

Kelima Vampire yang mengepung Chloe sebelumnya mulai merapat. Berputar mengelilingi Louis dan Chloe. Api merah yang menjadi keahlian mereka mulai mengalir di sepanjang bagian senjata mereka. Temperatur yang sebelumnya dingin, kini berubah menjadi panas karena api yang menyala besar. Melihat situasi mereka tidak menguntungkan, Chloe memutar otaknya. Tanpa sengaja dia memperhatikan pedang lunak yang meliuk-liuk seperti ular di dalam selimut api merah.

Chloe tiba-tiba teringat dengan cambuk hitam milik Alastor yang direbut oleh Kara dan diberikan untuknya sebagai senjata. Chloe buru-buru mengambil kantung bunga peony dan meraba-raba isi dalamnya. Tak lama dia berhasil menemukan cambuk tersebut di antara puluhan barang yang berada di dalam kantung tak berdasar tersebut.

Dari sampingnya, Louis memperhatikan Chloe. Dia berbisik, "Dari mana kau mendapatkan benda itu?" Chloe menjawab tanpa menoleh. "Kara memberikannya saat dia mengalahkan Alastor." Mulut Louis bergerak ingin bertanya siapa Alastor itu, tetapi dua Vampire yang berdiri tak jauh dari mereka mulai menyerang.

Tiga Vampire lainnya pun tidak hanya berdiam diri. Mereka ikut menghentakkan senjata mereka dan mulai menyerang. Bilah pedang milik Louis beradu dengan pedang lunak milik Vampire bertopeng setengah muka. Menutupi kedua mata, tetapi hidung dan mulutnya hanya tertutup sebagian. Namun, hanya ada satu mata di topeng tersebut. Yang berarti dia hanya bisa melihat dengan menggunakan mata kanan saja. Topeng yang digunakannya berwarna hitam putih dengan retakan di bagian dahi, memanjang hingga ke daerah tulang pipi. Pedang lunak yang digunakan Vampire bertopeng itu pernah Louis lihat sebelumnya di wilayah Fairy. Pedang milik salah satu teman lamanya yang terbunuh dua ratus tahun lalu ketika dia pergi mengambil serbuk biru putih sendirian.

Louis tidak bisa sembarangan menuduh jika Vampire ini yang membunuh temannya dan mengambil pedang tersebut, karena saat itu, pandai besi dari kaum Fairy yang menempa pedang lunak tersebut mengatakan jika dia membuat dua pedang lunak. Satu dia berikan untuk teman Louis, sementara satunya lagi dia berikan pada seorang temannya yang berasal dari kaum Dwarf. Pedang lunak seperti ini hanya ada dua. Jika pedang itu ada pada Vampire di hadapannya ini ... itu berarti dia telah mencurinya.

Clang! Pedang lunak tersebut melembek. Menarik diri dari hantaman pedang Louis, tetapi kemudian kembali mengeras dan menerjang ke arahnya. Tangan Louis dengan lincah dan gesit menangkis semua serangan dari pedang lunak tersebut. Kakinya semakin terdorong ke belakang ketika dia melindungi dirinya dari tarik ulur pedang lunak itu. Dari arah belakang Louis, dua Vampire bersiap memberikan serangan ketika dia lengah, sementara itu, di atas mereka, Chloe kembali terbang bersama cambuk Alastor di tangannya.

Ctass! Satu cambukan mengarah langsung ke dua Vampire yang berdiri di belakang Louis. Hal itu membuat keduanya melompat untuk menghindar. Pada akhirnya, cambuk tersebut meleset dan mengenai tanah. Menimbulkan hentakan keras dan menghembuskan banyak debu. Karena Chloe mengalihkan perhatiannya dan membantu Louis, dia hampir terkena cakram api yang dilemparkan oleh dua Vampire di bawahnya. Sialan! Chloe kembali pada pertarungannya sendiri. Dengan cambuk Alastor di genggamannya, Chloe merasa mampu mengalahkan dua Vampire yang mengacau bersama cakram mereka.

Satu cakram kembali dilemparkan ke arah Chloe. Fairy itu menunduk dan menghindar. Lama-lama dia kesal dengan Vampire yang terus melempar cakram api ke arahnya. Chloe mengeratkan pegangannya pada gagang cambuk Alastor. Dengan seluruh tenaganya dia menyambit dua Vampire di bawah kakinya. Vampire-vampire tersebut ingin berlari, tapi cambuk Alastor lebih cepat sampai ke tempat mereka.

Tak jauh dari posisi Chloe terbang, di bawah sana Louis berhadapan dengan tiga Vampire yang menggunakan pedang. Sebelumnya, Chloe gagal mencambuk dua Vampire berpedang di belakangnya. Kini, Louis terkepung di tengah. Tiga Vampire tersebut hendak melayangkan sisi pedang tajamnya untuk menebas Louis, tetapi tak ada yang menyangka jika mereka tidak bisa berlari ... karena saat ini, Louis mengendalikan elemen tanah untuk memerangkap kaki mereka. Tak hanya tiga Vampire yang mengepungnya, tetapi juga dua Vampire lain yang terkapar akibat cambukan Chloe.

Louis memiliki darah Werewolf dalam tubuhnya. Akan tetapi, darah Fairy lebih dominan ketimbang darah Werewolf dari ibunya. Fisik Louis lebih seperti Fairy dan kekuatan yang dia miliki pun sama seperti kaum Fairy. Dia bisa beregenerasi layaknya kaum Werewolf, tapi waktu yang dia habiskan untuk itu lebih lama dari waktu normal Werewolf beregenerasi. Sama halnya dengan penggunaan elemen tanah. Louis bisa mengendalikan tanah sama seperti kaum Werewolf. Kurangnya ialah dia hanya bisa memberikan sedikit kekuatannya untuk mengendalikan tanah. Dia tidak bisa seperti Kara yang membangun benteng pertahanan atau menggunakan tanah untuk menyerang.

Louis tidak banyak belajar dari ibunya bagaimana cara mengendalikan tanah dan juga dia jarang memanfaatkan kekuatan dari garis keturunannya itu. Oleh karena itu, Louis hanya sedikit mampu menggunakan kekuatan Werewolf-nya. Setidaknya, dia bisa menahan kaki para Vampire ini untuk sementara.

"Putri! Cepat selesaikan ini." Louis berteriak. Menyuruh Chloe untuk segera menghabisi para Vampire ini sebelum mereka berhasil membebaskan diri. Di atas sana, Chloe mengangguk. Dia mulai memejamkan matanya. Cambuk Alastor yang dia pegang untuk sementara dia letakkan di atas bahunya. Saat ini, Chloe fokus terhadap angin dingin yang melewatinya. Dia menarik napas dalam-dalam. Kemudian membuka matanya dan ssst! Angin dingin tak kasat mata itu berkumpul dan membentuk banyak bilah angin yang tajam, tetapi tidak diketahui letaknya selain si pengendali. "Akh!" Kelima Vampire itu berteriak keras. Tubuh mereka tiba-tiba berdarah tanpa ada senjata yang menusuk mereka. Seolah ada ratusan belati dan pisau yang dilempar tepat ke arah mereka ... kelima Vampire tersebut mati bersimbah darah.

Pada waktu yang bersamaan, Aliora juga menghabisi para Vampire yang mengejarnya dengan teknik terlarang kaum Mermaid, Control Blood. Akhirnya, dia berhasil mengendalikan teknik tersebut tanpa melukai orang lain yang berada di sekitarnya. Hanya orang-orang yang dia kehendaki untuk dikendalikan darahnyalah yang terkena dampak dari teknik terlarang ini. Aliora turun dari gunung pelan-pelan. Kepalanya sedikit pusing setelah mengendalikan darah lebih dari satu orang. Dia hampir terguling karena terkejut saat mendengar suara guntur dari langit. Dia menyipitkan matanya dan melihat ke atas.

Di puncak gunung tempat mereka berdiri beberapa saat yang lalu, Meika berdiri tepat di atasnya dengan pedang yang tegak lurus ke atas. Mengarah langsung ke langit, membentuk pusaran awan gelap dengan petir yang menyambar. Seolah saling mengejar di atas langit sana. Dua Vampire telah berhasil menyusul Meika ke puncak gunung. Meika bertambah marah ketika melihat pedang Bodacious tiruan di tangan salah satu Vampire yang mengejarnya.

Tangan Meika masih terangkat ke atas bersama dengan pedang Bodaciuos. Petir kecil seperti listrik menyelimuti pedang tersebut. Mengeluarkan suara bzzzt bzzzt dan cahaya biru dari bilah panjangnya. Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Meika menghentakkan pedangnya ke depan. Petir yang berlari-lari di atas langit, turun ke bumi dan menyambar dua Vampire yang hendak menyerbu Meika kembali. Dengan napas terengah-engah, Meika berhasil membunuh musuhnya.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang