Bab XLI. Jazlyn II

234 46 4
                                    

Ketika usia Meika menginjak 50 tahun, dia sering berpergian. Awalnya, dia hanya berjalan-jalan di sekitar wilayah Witch, tetapi ketika rasa penasarannya muncul, Meika mulai ingin menjelajahi dunia. Tidak hanya terpaku pada wilayah Witch saja.

Meika akan pergi keluar selama 1-6 bulan, kemudian dia akan kembali lagi ke kerajaan Sorcery. Meika bukanlah orang yang peduli dengan masalah kerajaan, bahkan dia tidak peduli ketika keluarganya akan dilengserkan dari takhta karena tak ada penerus.

Selama lebih dari 500 tahun, Raja Gin Josei tidak memiliki seorang putra. Ketika Meika lahir, semua orang mengharapkan dirinya adalah seorang laki-laki. Namun, yang mereka harapkan tidak terjadi dan itu membuat mereka memandang Meika sebelah mata. Hal itulah yang menyebabkan Meika menjadi tidak peduli sama sekali dengan urusan kerajaan karena baginya, dia bukanlah bagian dari kerajaan.

Karena tidak memiliki keturunan laki-laki, Raja Gin Josei pun membuat aturan baru bahwa keturunannya, tidak peduli laki-laki atau perempuan diizinkan untuk meneruskan takhta kerajaan. Namun, meski aturannya sudah dibuat agar garis keturunan Raja tidak putus, Meika tak berminat meneruskan takhta. Tidak peduli apa yang orangtuanya katakan, Meika tidak mengubah keputusannya.

Para tetua mengatakan bahwa takhta akan diturunkan jika dalam kurun waktu 10 tahun Meika masih tidak mau meneruskan kekuasaan. Keluarga yang dipilih pun bukan dari bangsawan, melainkan keluarga pelayan yang sudah melayani kerajaan selama ratusan tahun. Mereka adalah keluarga Alquinsha. Mendengar itu, Raja Gin tidak terima dan bertanya-tanya, mengapa bukan dari keluarga bangsawan saja? Mengapa malah pelayan? Saat itu, seorang tetua yang sangat dihormati dan tegas, Kakek dari Meika, Raja Witch sebelumnya mengatakan bahwa keluarga Alquinsha sudah sangat setia pada kerajaan dan sudah sepantasnya mereka mendapatkan berkah ini. Para bangsawan sudah menjadi bangsawan, tak perlu berdiri di atas itu. Karena yang berbicara adalah Raja Witch sebelumnya, tak ada satu orang pun yang berani membantah. Para tetua yang lain pun hanya mengangguk setuju.

Kabar tentang pengalihan kekuasaan tersebar ke seluruh penjuru wilayah Witch. Orang-orang saling membicarakan tentang hilangnya hak anggota kerajaan yang dimiliki oleh Meika dan juga kedua orangtuanya. Seminggu sejak berita tersebut beredar, terdengar kembali sebuah berita besar. Ratu sedang hamil dan dikatakan akan menjadi anak laki-laki. Semua orang berbahagia mendengar berita tersebut, tetapi tidak bagi para tetua. Mereka belum yakin dengan kehamilan Ratu Hana sehingga mereka menunggu sampai kelahiran anak itu tiba.

Ratu dan Raja kembali panik. Mereka tidak siap untuk dilengserkan, terlebih takhta akan diturunkan pada keluarga yang statusnya rendah. Kemudian, seorang pelayan datang dan memberi sebuah ide pada mereka.

Sebulan berlalu sejak Ratu dikabarkan hamil. Selama itu juga Meika dan Jazlyn pergi dari kerajaan. Mereka ingin mencari ilmu bela diri di tempat para Werewolf. Akan tetapi, sebelum mereka tiba di sana, seekor burung pengantar pesan dari kerajaan datang kepada mereka membawa sepucuk surat. Meika membaca surat itu yang isinya meminta mereka untuk segera kembali.

Awalnya, Meika tidak ingin kembali karena dia berpikir jika itu adalah urusan kerajaan yang tidak penting, tapi Jazlyn meminta Meika untuk berpikir kembali. Ini pertama kalinya Meika disuruh untuk pulang dengan segera. Biasanya kerajaan tidak pernah mengganggu perjalanan Meika selama apa pun dia pergi. Meika menyetujui perkataan Jazlyn. Mereka pun kembali ke kerajaan dalam waktu dua minggu tanpa berhenti. Setibanya di kerajaan, mereka dikejutkan dengan kerumunan orang-orang yang berdiri di depan gerbang kerajaan. Meika menerobos orang-orang di sana untuk melihat apa yang terjadi.

Betapa terkejutnya dia saat melihat ada tiga orang yang telah dibakar. Satu perempuan dan dua laki-laki. Meika berjalan beberapa langkah ke depan. Dia berteriak, bertanya pada ayahnya yang duduk di kursi tinggi kerajaan.

"Ayah! Siapa mereka yang engkau bakar?"

Raja Gin terbatuk kecil. Matanya melirik ke arah Jazlyn yang baru saja menyusul Meika. "Mereka adalah para pengkhianat dari keluarga Alquinsha. Karena mereka takut para tetua tidak akan memindahkan kekuasaan pada mereka jika Ratu melahirkan. Jadi, mereka melakukan rencana pembunuhan dengan memasukkan racun ke dalam minuman Ratu." Meika mengerutkan keningnya. Dia masih belum bisa mencerna semua perkataan ayahnya.

"Apa Ayah punya bukti?"

Raja Gin berbalik dan memerintahkan pengawal untuk membawa seorang pelayan wanita. Dia mendorong wanita itu ke depan agar Meika bisa melihatnya. "Dia adalah saksi. Ini adalah perbuatan kejam! Kau tahu? Ibumu keguguran akibat racun yang diberikan oleh mereka!" Hati Meika berdenyut. Ibunya sekarat di saat dia tak ada di kerajaan. Meika menatap kosong kakinya, merasa bersalah karena sempat tidak ingin kembali.

Sementara itu, Jazlyn yang berdiri di belakang Meika melihat keadaan di depannya. Aliran air mata tak dapat dia hentikan. Jazlyn berjalan perlahan ke tempat dimana mayat keluarganya berada.

"Ayah, Ibu ... Jay ... ." Wajah ketiga orang yang diikat di pilar kayu itu sudah tak lagi berbentuk. Tubuh mereka mengeras dan menghitam. Jazlyn berteriak kencang, menarik-narik tali yang mengikat keluarganya. "Tangkap anak itu! Dia juga merupakan keturunan Alquinsha." Meika melihat ke arah Raja Gin dengan geram. Dia berlari dan menendang orang-orang yang mencoba menangkap Jazlyn. "Ayah! Jazlyn tidak bersalah. Dia tidak tahu apa pun. Jangan hukum dia, Ayah!" teriak Meika. Raja Gin menghentikan orang-orang yang akan menangkap mereka. Menyuruh mereka untuk kembali ke tempatnya.

"Baik. Aku tidak akan menghukum dia karena permintaanmu, tapi Jazlyn harus bersumpah setia pada kerajaan. Jika dia berkhianat maka kepalanya akan terpenggal." Darah Jazlyn mendidih ketika mendengar perintah Raja Gin. Dia bergeming dari posisinya. Tidak berniat untuk berlutut dan mengatakan sumpah. Hal itu membuat Raja menjadi murka. Dia menyuruh salah satu penjaga untuk membawa Jazlyn ke hadapannya. Meika tak bisa menolong Jazlyn karena tangannya ditahan oleh penjaga yang lain.

"Katakan sumpahmu," titah Raja Gin. Dia menatap rendah pada Jazlyn yang berlutut di bawah kakinya. Jazlyn masih belum mau menjawab. Tangan dan lututnya bergetar karena menahan amarah dan kesedihan. "Katakan! Atau kau akan kubakar seperti keluargamu."

Tidak ... Jazlyn tidak ingin mati sampai dia berhasil membalaskan kematian keluarganya! Dengan suara yang bergetar, Jazlyn mengucapkan sumpah. "Aku, Jazlyn Alquinsha. Bersumpah di hadapan Raja dan seluruh rakyat Witch bahwa aku akan setia dan menyerahkan seluruh hidup dan matiku kepada kerajaan Sorcery." Raja Gin tersenyum puas setelah Jazlyn menyelesaikan sumpahnya. Dia menyuruh penjaga untuk membubarkan kerumunan dan membakar mayat keluarga Jazlyn sampai menjadi debu.

Meika ingin mendekati Jazlyn, tapi diurungkannya saat dia melihat Jazlyn berlari ke dalam bangunan kerajaan. Meskipun Jazlyn tidak tahu apa pun, tetap saja Meika merasa kecewa karena keluarga Jazlyn mengkhianati kerajaan.

Ketika malam hari tiba, Jazlyn mengendap-endap di jalan yang sempit. Dia menggeser dinding ke samping dan menutupnya kembali setelah dia masuk. Jazlyn memutar tubuhnya, mencari seseorang yang menyuruhnya datang jika dia berubah pikiran.

"Hei! Apa kau tidak ada di sini? Apa penawaranmu sudah tak berlaku lagi?" teriak Jazlyn.

"Tentu masih." Jazlyn berhenti berputar ketika dia melihat asap hitam tiba-tiba muncul di hadapannya, menampakkan makhluk aneh berkaki seperti rusa dengan tanduk domba yang berada di kepalanya.

"Kau?"

"Akvan."

"Akvan?"

"Ya."

"Balasan apa yang kau inginkan? Aku tahu ini tidak gratis," tanya Jazlyn secara langsung. Makhluk itu tertawa rendah. "Berikan aku beberapa energi kehidupan ketika aku lapar."

"Hanya itu?"

"Ya." Jazlyn menyeringai mendengar persyaratan yang harus dia penuhi. "Perutmu akan kenyang jika dendamku terbalaskan.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang