Bab LXXI. Rencana Gagal! Terkepung Pasukan Rufus Ignis

247 48 0
                                    

"Apa-apaan ini?" gumam Meika. Kara menatap lurus ke arah 10 pasukan Rufus Ignis. Gerombolan berjubah hitam dengan garis merah di pinggiran itu terlihat tidak ramah sama sekali. Meika menepuk dahinya. "Tahu begini aku sudah menaiki Aoi. Sama saja kita akan dikepung juga." Angin sejuk bertiup kencang. Menerbangkan dedaunan yang jatuh. Mengibarkan jubah kawanan Rufus Ignis, tepat sebelum satu per satu dari mereka bergerak untuk menyerang.

Clang! Cling! Suara bentrokan pedang dan besi terdengar mengilukan. Menyakiti telinga jika berada terlalu dekat. Namun, itu hanya berlaku bagi mereka yang tidak terbiasa bertarung. Meika berhadapan dengan dua pasukan Rufus Ignis yang memakai pedang berbilah dua, sama seperti yang dia gunakan. Namun, bedanya ialah ukuran pedang mereka lebih kecil dan pangkalnya tidak berbentuk kepala gagak, melainkan kepala naga api.

Pria yang memiliki luka di wajahnya menekan pedangnya. Mendorong Meika bersama pedang Bodacious, sementara pria yang satunya lagi mengangkat pedangnya dan akan menebas Meika jika Witch tersebut tidak berteleportasi. Meika berpindah ke bawah kaki gunung, sedikit menjauh dari yang lain.

Dia melihat dua orang pria berpedang yang menyerang dia sebelumnya, mengejar Meika dengan pedang yang mirip Bodacious. Tak hanya itu, keduanya mengeluarkan api merah dari tangan mereka dan menyalurkannya ke sepanjang bilah pedang. Sekarang, mereka terlihat seolah-olah sedang memegang api berbentuk pedang. Kedua pria tersebut melompat tepat di atas Meika. Mengayunkan bilah pedang berapi tersebut dan menghantamkannya ke arah Meika. Witch tersebut melarikan diri dengan berpindah tempat lagi. Tanpa dia sadari, dia telah berpindah ke puncak gunung. "Ha? Kenapa aku malah kembali ke puncak ini!"

Sementara itu, di kaki gunung. Aliora yang tidak bisa menggunakan air di tanah hutan seperti ini, melarikan diri dan berusaha naik kembali ke atas gunung. Dua pasukan Rufus Ignis menargetkannya dari bawah sana. Mereka memegang panah api dan bersiap menarik tali busur untuk melepaskan anak panah. Akan tetapi, sebelum mereka berhasil menerbangkan anak panah ke arah Aliora, dari sisi kanan mereka Kara melompat dan menendang alat panah mereka hingga patah. Hal tersebut membuat kedua pemanah tersebut murka. Mereka mengeluarkan api dari kepalan tangan dan menerjang Kara dengan tangan kosong.

Kara menghindar dan menahan serangan mereka dengan benteng tanah. Melompat-lompat sampai dia menemukan pijakan kuat untuk mendorong dirinya ke arah mereka dan membawa satu pukulan kuat. Buagh! Kedua Vampire tersebut terpental jauh saat terkena pukulan Kara. Beberapa meter di atas gunung, Aliora berteriak, "Bagus, Kara! Lanjutkan!"

"Sejak kapan dia sudah sejauh itu?" gumam Kara. Kemudian, dia balas berteriak, "Turun dari sana sebelum tanpa sadar kau sudah naik lebih jauh!" Mendengar itu, Aliora tersentak. Dia melihat ke sekitarnya dan baru menyadari jika dia sudah memanjat kembali tanpa bantuan pisau seperti sebelumnya. Dia naik hanya dengan menarik rumput dan keinginan untuk melarikan diri.

Bum! Dari bawah sana, seseorang memukul tanah menggunakan senjata Maul. Menimbulkan getaran hebat di wilayah pukulannya. Meretakkan tanah, kemudian dia melihat ke semua pasukan. Orang yang memiliki tubuh besar dan lebar itu berteriak kencang. "Bangun! Mereka itu hanyalah sekumpulan ngengat tidak berguna. Kita diperintahkan untuk membunuh mereka. Jangan buang tenagamu untuk bermain-main. Cepat tepuk mereka sampai mati!"

"Gaaahhh!" Para pasukan Rufus Ignis yang jatuh terkapar segera bangkit setelah mendapatkan komando. Dua Vampire yang terkena tendangan Kara pun maju, menerjang Kara dengan pukulan yang diselimuti api merah. Tak! Kara menahan serangan dengan menyilangkan kedua tangannya ke depan. Kakinya terdorong sedikit ke belakang karena menahan berat dorongan dari dua Vampire tersebut.

"Gaahh!" Kara mengeluarkan tenaga dan memusatkannya pada kedua lengan yang menahan pukulan tersebut. Mendorong kedua Vampire tersebut hingga pukulan mereka meleset dan bergerak mundur beberapa langkah. Kemudian, Kara menghentakkan kakinya di atas tanah. Sebidang tanah padat mencuat ke atas. Membentengi Kara dari panah api yang mereka buat murni dari api merah.

Brak! Karena sibuk membentengi diri dari serangan dua Vampire di depannya, Kara tidak menyadari kedatangan Vampire bertubuh besar, memegang Maul di tangan kanannya. Dia menghantam Kara sampai Werewolf tersebut menabrak bentengnya sendiri. Aliora yang melihat dari sisi gunung, menutup mulutnya karena terkejut. Dia dapat melihat Kara terkapar setelah dipukul dengan palu besi tersebut.

Sementara itu, dua Vampire yang telah membuat panah dari api, melihat Aliora. Mereka mengarahkan panah api tersebut dan melepaskannya dengan mulus. "Liora!" Aliora tersentak saat mendengar teriakan Kara dari bongkahan dinding tanah. Dia segera fokus terhadap pertarungan. Dua anak panah yang melayang ke arahnya dapat dia hindari dengan berguling-guling sampai jatuh ke bawah. Lalu, Mermaid tersebut berdiri dan menghadapi langsung dua Vampire berpanah api tersebut.

Di sisi lain, Chloe yang terbang di atas mendapatkan serangan bertubi-tubi dari pedang lunak yang bisa memanjang dan memendek. Begitu lembek dan liuk. Seperti pedang yang terbuat dari karet. Chloe menahan serangan itu menggunakan perisai angin. Memantulkan kembali serangan-serangan dari pedang lunak tersebut. Namun, Chloe tengah terpojok. Dia berhadapan dengan lima Vampire yang memiliki senjata berbeda-beda. Dua di antara mereka menggunakan pedang panjang, satu menggunakan pedang lunak yang tengah menyerangnya itu, kemudian dua yang lain menggunakan cakram. Chloe tidak bisa lagi melindungi dirinya dengan perisai angin. Dia kelelahan karena terbang sedari tadi. Chloe kesulitan memberikan serangan balasan karena para Vampire ini hampir menyerangnya dari semua sisi.

Kaum Fairy berada di peringkat akhir bukanlah sebuah hinaan, tetapi memang pada kenyatannya mereka lemah dalam pertarungan, bahkan bagi Chloe yang bisa membunuh dua burung phoenix pun kesulitan jika diserang secara bersamaan seperti ini. Aku ... tidak tahan lagi. Angin padat yang melindungi Chloe mulai menghilang. Srat! Tangannya terkena bilah pedang lunak membuat Chloe kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dia memejam erat kedua matanya, memasrahkan diri jika kepalanya yang terbanting terlebih dahulu. Akan tetapi, ketika dia merasa tubuhnya tidak lagi terjatuh, Chloe membuka mata. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melebarkan matanya.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang