Bab LXXVIII. Kota Poora III

244 41 0
                                    

Seperti yang telah direncanakan, Lathaya kembali ke Kota Poora bersama dengan Reivan setelah berdiskusi dengan Lord dan para menteri terkait rencananya. Semua orang setuju dengan keputusan Lathaya dan menyerahkan semuanya pada sang Lady. Di depan gedung wali kota, sudah ramai dengan para penduduk Kota Poora. Sebagian dari mereka mengoceh dan mengeluh karena dipaksa untuk hadir pada pertemuan hari ini, sementara sebagiannya lagi tidak peduli dan berharap mereka mendapatkan uang di pertemuan ini.

Di atas tangga masuk, Noah bersama dengan Tuan Dumbie sudah menunggu kedatangan mereka. Melihat Reivan dan Lathaya yang baru saja tiba, Noah segera menyuruh para penduduk untuk menyingkir dan memberi jalan kepada mereka berdua. Mereka yang tidak tahu apa-apa pun menyingkirkan tubuh mereka sendiri saat melihat dua orang berpakaian mewah datang ke kota kumuh ini. Mulut mereka tidak bisa menutup karena terlalu terpukau. Dalam pikiran mereka, kedua orang ini pastilah orang penting sehingga wakil wali kota mereka menyambut keduanya dengan baik.

Lathaya berjalan lurus tanpa melihat ke kanan atau ke kiri. Begitu juga dengan Reivan, berjalan di belakang Lathaya dengan serius. Noah berseru setelah Lathaya dan Louis berdiri di sampingnya. "Kita kedatangan Lady Lathaya Aguero. Ratu dari kerajaan Rufus Ignis. Beri hormat untuknya." Para manusia lemah ini saling melihat dan berbisik. Melirik Lathaya diam-diam untuk memastikan apakah dia memang benar seorang Lady yang memimpin kerajaan Vampire.

"Berapa usianya? Dia terlihat sangat muda."

"Bukankah para Vampire memiliki umur yang panjang? Mungkin usianya sekitar 100 tahun?"

"Lihat matanya. Sangat merah."

"Rambutnya juga."

Bisikan-bisikan itu berubah menjadi diskusi panjang. Melihat itu, Noah berdeham keras, membuat semua bisikan itu menghilang. "Berikan hormat kalian pada Lady!" seru Noah. Para manusia ini menunduk takut-takut. Mereka sangat segan dengan wakil wali kota mereka daripada dengan wali kota mereka sendiri. Tuan Dumbie sendiri tidak peduli apa pun. Hanya berdiri diam di sebelah kiri Noah.

"Lady Lathaya akan mengatakan beberapa hal penting pada kalian. Jadi, dengarkan baik-baik dan tutup mulut kalian saat dia berbicara." Noah memberi perintah mutlak. Tidak ada lagi yang berani membuka mulut mereka, bahkan hanya sekadar menguap. Noah meluruskan tangannya. Memberi isyarat pada Lathaya untuk maju lebih ke depan guna menyampaikan rencana yang telah mereka rancang.

Lathaya menelusuri seluruh wajah para penduduk Kota Poora. Persis seperti yang disebutkan oleh Duke Alex. Mereka bisa membeli pakaian mewah, tetapi tidak mampu membeli makanan. Tubuh mereka sangat kurus, tulang-tulang mereka menonjol dari balik kulit mereka. Namun, pakaian mereka terlihat mewah seolah kota ini adalah kota yang kaya dan makmur. Lathaya memulai pidatonya. "Selama bertahun-tahun, Kota Poora selalu mendapatkan bantuan emas dari kerajaan Rufus Ignis. Hal ini bertujuan untuk memakmurkan dan mengatasi kemiskinan yang terjadi di kota ini. Namun, ternyata bantuan yang diberikan tidak dikelola dengan baik. Kemiskinan tidak teratasi dan malah menimbulkan masalah."

Semua orang mendengarkan dengan was-was. Perasaan mereka tidak enak saat Lathaya berbicara tegas dan kentara. "Penyebabnya adalah para penduduk yang hanya menunggu bantuan dan tidak memiliki niat untuk bekerja. Ditambah dengan kurang tegasnya pemimpin Kota Poora. Dengan ini, sebagai Lady yang memiliki kedaulatan setelah Lord Kenzi, memutuskan bahwa kerajaan Rufus Ignis akan berhenti memberikan bantuan—" Suara bisikan tak terima pun muncul sebelum Lathaya menyelesaikan pidatonya. "Jika!" serunya membuat semua orang yang mengeluh terdiam.

Lathaya kembali melanjutkan, "Pemborosan ini masih berlanjut. Kalian harus mulai bekerja untuk mendapatkan uang. Jangan hanya menunggu bantuan. Mulai sekarang, bantuan akan diberikan untuk orang-orang yang memiliki pekerjaan, lansia, dan orang berkebutuhan khusus. Bagi mereka yang sehat, tetapi tidak bekerja maka tidak akan mendapatkan bantuan." Lathaya menutup pidatonya tanpa mengatakan kalimat penutup. Kemudian dia berbalik dan berjalan ke arah dia datang tadi, diikuti oleh Reivan. Mengabaikan keluhan dan teriakan tidak terima dari para penduduk Kota Poora.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang