Bab LXXIV. Kebencian dan Kekecewaan

255 50 2
                                    

Dalam kegelapan, beberapa pasang kaki berjalan di koridor tua yang terhubung dengan bangunan utama kerajaan Rufus Ignis. Sepatu hitam itu mengeluarkan suara tuk tuk tuk. Menggema keras memenuhi sepanjang jalan koridor. "Kalian semua kembali. Aku akan mengantar Lady Lathaya ke kamarnya." Mereka berhenti di persimpangan koridor. Dengan Barbara di punggungnya, Duke Lazarus menyuruh bawahannya untuk kembali tanpa melihat mereka.

Tidak memberikan bantahan apa pun, mereka semua kembali ke tempat mereka masing-masing. Suara dari alas kaki mereka kembali terdengar. Kali ini lebih tajam daripada saat mereka baru tiba. Sepeninggal bawahannya, Duke Lazarus hendak berbelok ke kanan. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika dia baru mengingat jika kamar Lathaya yang dulu, telah ditempati oleh ibunya, Cordelia Aguero.

Dia sedikit mengangkat Barbara yang tertidur di punggungnya lebih ke atas agar Lady-nya tidak terjatuh. Dia memutar arah tujuannya dan pergi ke sisi kiri. Di lantai tiga gedung utama kerajaan Rufus Ignis terdapat beberapa kamar yang dulunya ditinggali oleh para tetua. Sejak kejadian 100 tahun lalu, mereka ditangkap dan dipenjarakan. Saat ini, lantai tiga memiliki banyak kamar kosong.

Reivan —nama depan Duke Lazarus— memilih salah satu kamar di lantai ini karena suasananya yang sepi dan minim cahaya. Membawa sensasi ketenangan sekaligus kehampaan. Reivan membuka pintu kamarnya. Dengan hati-hati menutup pintu kembali agar Barbara tidak terganggu dengan suaranya. Kamar Reivan luas dan besar, tetapi tampak kosong karena tidak memiliki hiasan apa pun. Dindingnya di cat hitam, tetapi terlihat elegan dan tidak sedikit pun memunculkan hawa suram. Tempat tidurnya pun berwarna hitam, tapi sedikit muda. Agak berwarna seperti abu-abu. Lemari pakaiannya pun berwarna hitam. Hanya wadah untuk menyalakan lilin yang memiliki warna berbeda. Warna merah menyala seperti darah.

Tubuh Barbara dia letakkan dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian. Seolah-olah yang dia taruh di atas kasurnya bukanlah seseorang, melainkan sebuah kaca yang dapat pecah kapan saja. Reivan berusaha untuk tidak membuat Barbara terbangun. Dia tahu jika Lady-nya ini lelah karena melakukan perjalanan berbahaya bersama dengan Kara Lycoris. Tangan putih dan ramping itu bergerak untuk menggeser rambut perak Barbara yang menutupi sebelah wajahnya. Tatapannya terfokus pada wajah Barbara yang lama tak dia lihat.

Reivan tertegun. Dia diam dan berpikir kembali.

Beberapa waktu yang lalu, dia tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba dia merasakan aura Lady Lathaya menguat. Berbeda saat dia bertemu Barbara ketika di dalam gua. Reivan mengingat dengan jelas bau tubuh Lady-nya dan dia mendapati bau itu di tubuh Barbara. Oleh karena itu, dia diam-diam mengikuti mereka. Hanya saja, Reivan dan kelompoknya terhenti karena mereka bertemu dengan tiruan Behemoth. Mengharuskan mereka untuk melarikan diri dari serangan Diabolos tersebut.

Akhirnya, ketika mereka berhasil menyusul kelompok Kara, dia mendapati Barbara telah berubah dan menjadi Lady Lathaya yang dia cari. Reivan menghela napas. Matanya begitu sayu ketika memandangi seluruh tubuh Barbara. Setelah memanggil tabib dan memastikan keadaan Barbara baik-baik saja, Reivan pergi ke kamar Barbara yang lama untuk bertemu dengan ibunya. Ketika dia tiba di kamar ibunya, dia melihat seorang pria dengan tindik di hidungnya, bersandar di dinding. Pria itu tengah berbicara bersama ibunya yang terbaring di atas ranjang.

Reivan melihat pria itu dengan ujung matanya. Kemudian membuang pandangan ke arah lain dan mengabaikan keberadaan pria tersebut. Cordelia menghentikan pembicaraannya dengan pria itu saat melihat kedatangan Reivan. Dia sedikit terkejut, tetapi tak lama karena dia langsung bertanya pada Reivan. "Aku baru saja mengirimkan seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan padamu dan kau tiba-tiba muncul di depanku? Apa kau sudah menerima pesan itu?" Reivan merasa bingung, tetapi dia tidak menunjukkan kebingungannya melalui raut muka. Lelaki itu menggeleng. "Tidak, Ibu."

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang