Bab LXV. Masuk ke Hutan Dalinis

234 52 6
                                    

"Oh? Dia benar-benar pergi?" tanya Meika. Dia melihat ke sekitar dan tidak menemukan Louis sama sekali. Padahal semalam dia hanya bercanda, tetapi orang itu benar-benar menanggapinya dengan serius. "Tidak perlu dipikirkan. Dia memang harus kembali," kata Chloe. Menepuk bahu Meika dan menyuruhnya untuk berjalan.

Para Kentauros memutuskan untuk mencari tempat persembunyian dan berpisah dengan mereka di sini. Alasan mengapa Duke Lazarus pergi begitu saja kemarin, mereka juga tidak tahu mengapa. Barbara mengingat tempat persembunyian para Kitsune yang dikatakan oleh Tetua Gon Gon. Dia mengatakan pada Yuros untuk membawa kelompoknya ke gunung Abandoned. Mencari Tetua Gon Gon dan bergabung bersama mereka. Barbara juga mengatakan, jika rubah tua itu tidak mengizinkan maka sebut nama Wizard dan dia akan membiarkannya. Yuros dan kelompoknya mengucapkan terima kasih pada mereka sebelum berjalan ke arah yang berlawanan.

Setelah berpisah, mereka kembali ke jalur yang sama. Melewati tebing dan gunung, kemudian bertemu dengan sungai dan memutuskan untuk beristirahat di sana. Barbara meminta tombaknya pada Chloe. Belajar dari pengalaman sebelumnya, dia tidak lagi menyimpan tombaknya di kantung bunga peony milik Chloe. Dia akan memegangnya sendiri mulai sekarang karena dia tidak tahu kapan bahaya akan kembali muncul.

Waktu telah berlalu entah berapa lama. Sore berganti malam dan malam berganti pagi. Mereka hanya terus berjalan di dalam hutan dan gunung, tanpa mengambil jalan yang membawa mereka ke wilayah manusia. Akan merepotkan jika mereka harus melalui jalan yang dipenuhi manusia. Terutama jika di sana terdapat pasukan Rufus Ignis yang sedang bertugas di wilayah Witch. Lama mereka berjalan mengikuti arah sungai. Di ujung sana, mereka menemukan air terjun yang mengalir di atas sungai.

"Apa ini satu-satunya jalan?" tanya Barbara. Dia melihat di samping air terjun itu terdapat hutan yang gelap dan terlihat suram. Ini mengingatkannya dengan hutan Kesunyian di mana mereka bertarung dengan beberapa binatang raksasa. "Di depan kita hanya ada jalan ini. Tidak mungkin kita putar arah. Yang ada semakin jauh dengan wilayah Vampire," jawab Meika.

Dia berjalan duluan, memasuki hutan tersebut. Karena hari masih terang, mereka bergegas mengikuti Meika dan melewati hutan tersebut sebelum malam tiba. Di dalamnya, banyak pohon-pohon berbentuk aneh. Ada yang melengkung dan membentuk wajah seseorang dan ada juga yang memiliki lubang besar di tengah batangnya. Bau yang dikeluarkan oleh hutan ini pun sedikit berbeda. Lebih dingin dan sejuk.

"Eh? Di sini banyak sekali tanaman obat." Chloe berjongkok dan melihat beberapa tanaman yang bisa digunakan sebagai obat, "ada tanaman yang bisa menyembuhkan luka dalam. Kara, aku menemukan obat untukmu." Kara mengangguk, kemudian Chloe memetik sedikit banyak tanaman tersebut untuk persediaan. Tanaman obat yang tumbuh di area ini sangat banyak. Bagi Chloe, yang suka meracik obat-obatan, dia sangat senang melihat tanaman-tanaman ini. "Aku membutuhkan tempat untuk menyimpan ini." Chloe mengambil kantung bunga peony dan memeriksa isi dalamnya. Dia menemukan satu karung kosong yang bisa dia gunakan untuk menaruh tanaman obat yang dia petik.

"Kau membawa banyak barang," kata Aliora. "Yah, aku juga tidak tahu jika barang yang kubawa bisa sebanyak ini." Chloe hendak memasukkan tanaman-tanaman tersebut ke dalam karung, tetapi mendadak angin kencang datang dan hampir menerbangkan semua tanaman obat yang telah dipetik oleh Chloe. Dari angin yang datang, muncul sesosok makhluk yang memakai topeng kepala domba. Tubuhnya seperti manusia. Punggungnya terdapat bulu-bulu yang membentuk sebuah sayap hitam. Namun, anehnya ... kulit makhluk ini seperti gabungan antara akar dan batang pohon. Terlihat kasar dan tidak indah sama sekali. Bola matanya pun seperti pahatan patung kayu, menonjol tanpa kornea.

Makhluk itu menatap mereka dengan murka. "Siapa kalian?" Suaranya bergema di seluruh hutan tersebut, bahkan burung-burung yang terbang di atas hutan itu mengepakkan sayapnya dan terbang menjauh dengan ribut. Chloe memeluk tanaman yang dia petik dan berlari mendekati Kara, sementara Aliora dan Barbara bersembunyi di belakang Meika. Makhluk itu bertanya kembali karena tak ada satu pun dari mereka yang menjawab. "Siapa kalian? Berani sekali masuk ke hutan ini." Barbara yang bersembunyi di belakang Meika berbisik padanya. "Apa itu Diabolos yang diceritakan oleh Wizard?" Aliora ikut berbisik. "Berarti kita ada di hutan Dalinis?" Telinga makhluk itu tajam meski kepalanya tersembunyi di dalam topeng kepala domba. Dia melihat tepat ke arah Barbara, Aliora, dan Meika.

"Jangan hanya berbisik dan jawab pertanyaanku!" Makhluk itu mengangkat tangannya dan mengibaskan angin ke arah mereka. Membuat wajah mereka tertampar oleh dedaunan dan juga debu tanah. "Jawab cepat!" Makhluk itu akan mengangkat tangannya lagi, tetapi Meika buru-buru menahannya. "Tunggu, Tuan Behemoth." Makhluk itu berhenti dan menurunkan tangannya. Sorot matanya begitu tajam melihat ke arah Meika.

"Kami utusan Tuan Achilles. Kami dikirim untuk mengambil beberapa tanaman obat di sini." Meika menjelaskan dengan lancar seolah mereka datang ke sana benar-benar untuk tujuan itu. "Achilles?" tanyanya. "Ya. Wizard. Anak Raja Diabolos." Barbara menutup mulut Meika. Tidak seharusnya dia mengatakan itu. Mereka tidak tahu reaksi apa yang akan ditunjukkan oleh makhluk ini jika mereka mengetahui Wizard adalah anak Raja Diabolos. Makhluk bernama Behemoth itu terlihat berpikir. Mereka menelan ludah dengan susah payah, menunggu jawaban Diabolos tersebut.

"Hm ... kalian generasi baru tahu tentang Achilles. Baik, silakan ambil tanaman yang kalian cari." Makhluk tersebut mengatakannya dengan mudah. Percaya begitu saja dengan apa yang Meika katakan. Tiba-tiba, dia menyeringai diikuti suara tawa yang mengerikan. "Hahaha. Tentu kalian tidak berpikir ini gratis 'kan? Achilles pasti telah mengatakannya pada kalian. Jadi, siapa yang harus kuambil energi kehidupannya?" Meika, Kara, Barbara, Aliora, dan Chloe terkejut. Mereka hendak melarikan diri, tetapi Diabolos tersebut menghalangi jalan mereka. Dia melirik ke arah Barbara, menatapnya sejenak. Sebuah seringaian muncul di bibirnya sebelum dia beralih ke Meika. "Siapa? Yang ini?" Diabolos tersebut mengulurkan tangannya dan akan mengambil Meika. Dengan cepat, Meika menarik keluar pedangnya dan menghadangnya di depan.

"Pedang yang bagus," katanya, "kau keturunan kerajaan Witch?"

"Ya," jawab Meika. Dia menggenggam erat pedangnya. Diabolos tersebut mengangguk dengan malas. "Oh. Begitu? Ck. Tidak menyenangkan. Ambil saja tanaman itu." Makhluk tersebut menarik kembali tangannya, tidak jadi mengambil energi kehidupan Meika. Barbara kembali berbisik. "Semudah ini?" Meika mengangkat bahunya. "Tidak tahu." Diabolos tersebut menguap lebar. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Petik dengan cepat dan pergilah dari sini. Aku sedang tidur siang. Jika aku bangun nanti kalian masih ada, aku akan mengambil energi kehidupan kalian." Rahang mereka terjatuh saat mendengar makhluk tersebut mengancam mereka. Setelah mengatakan hal tersebut, dia terbang dan pergi meninggalkan mereka.

"Dia aneh," kata Meika. "Iya. Penampilannya mengerikan, tapi sifatnya tidak seperti penampilannya," tambah Aliora. "Bukankah dia terlalu santai? Sepertinya dia berbeda dengan Diabolos yang kita temui," ucap Barbara. Mereka saling memandang satu sama lain dan menggeleng karena tidak mendapatkan jawaban apa pun. Karena mereka sudah ada di hutan Dalinis, Chloe berniat untuk mencari tanaman apotinasia yang dikatakan oleh Wizard. Dia hendak membawa pulang tanaman tersebut untuk diberikan kepada ayah dan ibunya. Chloe pergi mencari tanaman tersebut bersama dengan Kara, sementara yang lainnya memetik buah yang bisa dimakan untuk nanti malam.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang