Bab LXI. Berada di Gua Yang Aneh

237 49 8
                                    

Malam itu, mereka memutuskan untuk langsung kembali ke tempat persembunyian yang dikatakan oleh Yuros. Langit semakin gelap. Mereka harus segera sampai ke tempat persembunyian para Kentauros yang baru. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mengeluarkan Aoi dan juga Kuro untuk dinaiki oleh Barbara dan Aliora.

"Kau bisa sendiri?" tanya Meika pada Barbara, "dia agak susah dikendalikan."

Barbara dengan santai menaiki Kuro. Menepuk-nepuk sisi tubuh kuda itu seolah tidak ada masalah dengannya. "Lihat," tunjuknya, "dia jinak denganku." Meika membuka mulutnya. "Kenapa bisa?"

"Siapa dulu. Kau sedang berbicara pada Barbara Sheena."

"Cih. Terserah. Ayo, pergi."

Jalan yang mereka lewati hanya diterangi sedikit cahaya bulan, bahkan itu tidak cukup untuk menerangi perjalanan mereka. Tebing-tebing batu yang baru mereka lewati siang tadi, harus mereka lalui kembali karena jalan yang ditunjukkan oleh Yuros melewati jalan ini. Meika berusaha mempertahankan sihir apinya untuk menerangi jalan di depan mereka.

Pergerakan mereka cepat dan gesit, meski berada di tengah jalan yang tidak mulus. Termasuk Barbara, dia sudah ahli mengendalikan Kuro. Jika sebelumnya Kuro berlari kencang dan tidak stabil, maka sekarang Barbara mampu membuat Kuro berlari dengan lancar, tapi kecepatannya tetap sama kencangnya. Sementara Aliora, dia menaiki Aoi bersama dengan Meika. Jadi, tidak ada masalah dengan pengendalian makhluk tersebut. Sedikit lebih tinggi dari mereka, Chloe terbang dengan sayapnya, sementara di bawah sana, Kara dan Yuros berlari dengan kecepatan yang sama.

"Kita sudah tiba." Yuros menghentikan laju larinya. Mereka tiba di sebuah gua yang berada di bawah kaki gunung. "Ini tempat persembunyian baru kami. Aku dapat mencium bau kelompokku," kata Yuros. Sebelumnya, mereka selalu bersembunyi di dalam hutan yang dipenuhi dengan tanaman beracun dan juga binatang berbahaya lainnya sehingga mereka sulit untuk ditemukan. Kara juga mencium bau yang hampir sama dengan bau Yuros. Baru kali ini dia mencium bau Kentauros. Baunya hampir seperti kuda, tetapi juga tercium bau pohon dan tanah yang lembab.

"Ayo, masuk."

Meika dan Aliora turun dari Aoi dan menyuruh makhluk itu untuk masuk kembali ke dalam kantung bunga peony milik Chloe untuk meminimalisir bahaya. Barbara juga melakukan hal yang sama. Tubuh Kuro gelap dan hitam. Jadi, akan kesulitan jika membawanya masuk ke dalam gua. Bisa-bisa mereka menabrak kuda tersebut tanpa sengaja.

"Semuanya, aku Yuros." Yuros masuk terlebih dahulu ke dalam gua yang gelap. Suaranya menggema saat dia berteriak. Namun, tak ada satu pun yang menjawabnya. "Apa mereka benar-benar telah melarikan diri ke tempat ini?" tanya Meika. "Aku tidak pernah salah dalam mencium jejak kelompokku." Yuros masuk lebih jauh ke dalam gua. Dia kembali berteriak, menyebut namanya sendiri. Kali ini, ada seseorang yang menjawab panggilannya. Namun, hanya suara saja yang terdengar. "Hei! Apa itu kau, Piro?" tanya Yuros. "Ketua, aku di sini." Suara itu terdengar lagi.

"Di mana?"

"Di sini."

Mereka saling melihat satu sama lain dalam kegelapan. Suara itu hanya mengatakan "di sini" tanpa menunjukkan diri. Meika menghidupkan api dari ujung jarinya saat kekuatan spiritualnya telah terisi. "Kita membutuhkan obor," kata Kara. "Ya. Sangat sulit hanya bergantung pada api di ujung jari," jawab Meika. Chloe menyahut, "Bagaimana kita membuat obor? Hari begitu gelap." Barbara membalas, "Kita juga sudah jauh masuk ke dalam gua." Mereka melihat ke belakang dan benar saja. Mulut gua berada sangat jauh, mereka tidak sadar jika sudah masuk terlalu dalam. "Meika, apa kau tidak bisa membesarkan apimu?" tanya Aliora. "Aku bukan Vampire. Hanya ini yang bisa kulakukan." Kara berkata, "Bukankah kau bisa mengubah bentuk benda?"

"Kau ingin aku mengubah apa?"

"Ubah anak panahku menjadi obor."

"Kau yakin?"

Barbara menimpali, "Bukankah kau sangat menyayangi anak panahmu?"

"Yang kuminta untuk diubah adalah anak panah kayu. Lagi pula, tidak ada waktu untuk menyayangi sesuatu pada situasi ini." Barbara hampir bertepuk tangan untuk memberi apresiasi, tetapi ketika dia mengingat mereka sedang berada di dalam gua dan tidak tahu kapan bahaya akan muncul, dia memilih untuk memberikan dua jempol. Kara meminta Chloe mengeluarkan beberapa anak panahnya.

Sejak dia sering bertarung jarak dekat, Kara jarang menggunakan alat panahnya. Oleh karena itu, dia meminta Chloe menyimpannya dan sudah lama sejak terakhir kali dia menggunakannya. Jadi, tidak masalah jika dia mengambil beberapa untuk mengatasi masalah genting. Chloe menyerahkan lima anak panah pada Meika. Dalam kegelapan, Meika berhasil mengubah anak panah tersebut menjadi obor. Kemudian, dia menyalakan api di tiap ujungnya. Memberikan obor tersebut satu per satu pada mereka.

"Kerja bagus," puji Kara.

"Oh, jelas. Kemampuanku sudah meningkat. Meikakuna Josei ini." Meika menepuk dadanya, merasa bangga dengan dirinya sendiri. Setelah mendapatkan obor, mereka melanjutkan perjalanan kembali. Gua yang mereka masuki sangat luas dan besar. Yuros kembali bersuara dan dia mendapatkan jawaban yang sama.

"Sebenarnya di mana kau?"

"Aku di sini." Jawaban yang sama lagi. Tidak tahu sudah sejauh mana mereka berjalan, mereka tiba-tiba dihadapkan dengan dua lubang besar. Kanan dan kiri. "Coba kau panggil lagi," kata Kara. Yuros mengangguk. Dia memanggil rekannya lagi. "Ini aku, Yuros. Di mana kalian semua?"

"Ketua? Kami di sini, Ketua!" Kini, suara yang terdengar lebih banyak. Namun, anehnya suara-suara tersebut keluar dari kedua lubang. "Kita harus ke mana?" tanya Aliora. "Suaranya muncul dari dua arah," kata Barbara. Yuros kembali bertanya, "Hei, ada dua lubang di sini. Kalian di sebelah mana?"

"Kiri, Ketua!"

"Bodoh! Kanan yang benar."

"Kiri yang benar."

"Kanan. Kita berada di sebelah kanan."

"Kau lupa? Kita masuk dari sebelah kiri."

"Berarti kiri, Ketua."

"Siapa bilang kiri? Kanan yang benar."

Perdebatan terjadi di bawah sana. Antara kiri dan kanan, mereka tidak tahu lubang mana yang benar. "Suara kalian keluar dari dua lubang ini," kata Yuros. "Ketua! Hati-hati dengan gua ini. Terkadang menyatu dan terkadang terpisah. Tadi, kami tidak berada di tempat yang sama dan sekarang kami berada di satu tempat." Suara yang menjawab itu terdengar sama dengan suara yang menjawab Yuros sebelumnya. "Piro, apa itu kau?"

"Ya, Ketua. Ini aku."

"Apa sebelumnya kau yang menjawab?"

"Iya, Ketua. Apa setelah itu kau bertanya lagi?"

"Iya. Kau terus mengatakan aku di sini, tapi kau tidak menunjukkan diri."

"Yang pertama menjawab memang aku, Ketua. Namun, setelahnya bukan aku. Hati-hati, Ketua. Sepertinya ada makhluk yang bisa menirukan suara mengikuti kami ke sini." Tepat setelah Piro mengatakan itu, dari belakang muncul suatu makhluk yang mendorong mereka ke dalam lubang yang berbeda. Obor yang mereka pegang sebelumnya, telah jatuh ke dasar bersamaan dengan mereka, menyebabkan padamnya cahaya api.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang