Bab XC. Krisis Kaum Vampire

211 34 1
                                    

Hari yang dinantikan oleh banyak orang pun tiba. Seakan mendukung waktu yang menggembirakan, cuaca hari ini terlihat baik. Cerah dengan suhu udara yang jauh lebih hangat dibandingkan dua hari lalu. Angin barat bertiup, pohon-pohon bergoyang secara teratur. Di dalam kerajaan, semua sibuk dengan jamuan sebelum acara utama dimulai. Para tamu undangan dari keempat kaum seharusnya sudah tiba sejak kemarin, tapi tak ada satu pun dari mereka yang hadir. Lathaya sedikit khawatir, tetapi ayahnya mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mungkin mereka ada urusan mendadak dan akan tiba beberapa jam lagi.

Lathaya menundukkan kepalanya, kemudian dia meminta izin untuk kembali ke kamarnya. Di dalam, Lathaya menghembuskan napas. Kedua tangannya memegang erat sisi meja. Pantulan dirinya di cermin membuat fokus Lathaya teralihkan. Hari ini dia akan menikah. Bersama dengan seseorang yang mencintai dirinya. Selalu berusaha untuk melindungi dan peduli padanya. Lelaki itu menyayanginya. Dia juga menyayangi lelaki itu. Ada sedikit perasaan aneh jauh di lubuk hatinya, tapi Lathaya berusaha menekannya lebih jauh lagi sehingga perasaan aneh itu tidak akan naik ke permukaan.

Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Lathaya yakin itu bukan Reivan, karena lelaki itu hanya akan diam berdiri di samping kamarnya. Menunggu dia keluar. "Masuk." Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki bertubuh tegap dan tampan. Warna matanya yang indah selalu membuat Lathaya merasa takjub. "Kau sangat cantik hari ini," kata Noah. Lathaya tersenyum tipis dalam balutan gaun putih bercorak bunga yang di bagian dada tertutupi brokat abu-abu. Rambutnya di kepang satu. Bagian punggungnya diselimuti kain putih tipis seperti jubah. Terdapat mahkota kecil di atas kepalanya. Menambah aura "Ratu" pada dirinya. "Terima kasih. Kau juga tampan."

Noah maju beberapa langkah mendekati Lathaya. Hanya ada mereka berdua di dalam kamar tersebut. Aroma lembut menguar di seluruh ruangan. Perlahan, Noah mengangkat tangan kirinya. Mendaratkannya di wajah Lathaya. Wanita itu diam, tidak memberi respon. Ibu jari Noah mengelus pipi Lathaya dengan lembut. Tak ada riasan tebal di wajahnya karena Lathaya tidak membutuhkan itu. Kulitnya putih pucat, rambutnya yang berwarna perak menambah kecantikan dirinya. Bola matanya pun indah. Meskipun Noah mendengar rumor tentang Putri dari kerajaan Maya yang memiliki warna mata sejernih air dan sebiru langit, bagi Noah mata Lathaya tetaplah cantik.

Tak ada kata yang keluar di antara keduanya. Hening menyapa. Pelan, tapi pasti ... Noah memberanikan dirinya. Dalam 100 tahun dia mengenal dan menjalin hubungan dengan Lathaya, dia tidak pernah menyentuhnya. Bersentuhan fisik dengan seorang ratu, bahkan jika mereka sepasang kekasih, tentu saja dia akan dihakimi. Jiwa dan raga ratu harus dijaga dengan baik. Namun, hari ini berbeda. Beberapa jam lagi mereka akan diikat dengan janji yang terucap. Noah ingin menyentuh bibir calon istrinya. 

Tidak masalah jika dia melakukannya lebih cepat. Akan tetapi, ketika Noah bergerak mendekat ... Lathaya memalingkan wajahnya. Dia menolak Noah yang sebentar lagi akan menjadi pasangan hidupnya. "Maaf, tapi bisakah kita menundanya sampai kau dan aku terikat?" Noah melihat Lathaya dengan perasaan kesal, marah, dan kecewa. Dia menarik diri dari Lathaya dan memberikan senyuman yang biasa dia berikan pada Lathaya.

"Maaf. Aku terlalu terburu-buru. Kau sangat cantik sehingga aku lupa diri." Lathaya tersenyum kecil sebagai tanggapan. Sejujurnya, dia pun tidak tahu mengapa dia menghindari Noah. Seharusnya tidak masalah jika Noah sedikit menyentuhnya. Beberapa jam lagi juga mereka akan bersama. "Aku pergi menemui para tamu dulu," kata Noah. "Apa tamu undangan dari keempat kaum sudah datang?" tanya Lathaya. Noah menggeleng. "Belum. Sepertinya ada beberapa kendala dalam perjalanan. Aku akan mengirimkan seseorang untuk memeriksa." 

Lathaya mengangguk paham. Selepas Noah keluar dari kamarnya, Lathaya terduduk. Rasanya sesak saat Noah berada dekat dengannya. Dia tidak paham mengapa dirinya ketakutan ketika memikirkan Noah akan menciumnya. Berulang kali Lathaya meyakini dirinya sendiri jika dia mencintai Noah sama seperti Noah mencintainya.

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang