Bab LXXIX. Penyelidikan

224 40 0
                                    

Untuk memulai penyelidikan, Lathaya memutuskan mengambil langkah pertama di Kota Poora. Bersama dengan Reivan, dia tinggal di rumah penginapan sederhana yang telah dipesankan oleh Noah. "Kamarmu ada di lantai atas," kata Noah, memberikan kunci kamar pada Lathaya, "hanya ada sedikit kamar yang memiliki kunci di penginapan ini." Kemudian, dia beralih pada Reivan. Cara dia menatap dan berbicara pada Reivan sangat jauh berbeda ketika dengan Lathaya. Noah berkata, "Kamarmu di bawah. Tutup saja dengan palang pintu." Reivan tidak menjawab dengan kata, tetapi sorot matanya jelas menyumpahi Wakil Wali Kota Poora itu.

Sebelum mereka pergi tidur, Lathaya meminta keduanya untuk duduk bersama di ruangannya. Karena hanya kamarnyalah yang memiliki meja untuk mereka berdiskusi. "Lord telah memberikan tugas ini pada kita, sementara Duke Alex mencari informasi tentang para manusia yang menghilang. Mereka juga sudah memberitahu kerajaan Sorcery dan kerajaan Briche. Aku harap kau benar-benar membantu kami memecahkan masalah ini." Di tengah-tengah Noah dan Reivan, Lathaya memulai diskusi mereka terkait kasus hilangnya manusia di tiga wilayah secara bersamaan tiap tahunnya. "Jujur saja, asumsimu tentang kaum Diabolos yang menjadi dalang dibalik hilangnya manusia ini agak masuk akal." Noah bertanya pada Lathaya. "Mengapa begitu?"

"Kita tidak tahu sejak kapan para manusia ini menghilang. Apakah sudah berlangsung selama puluhan tahun atau ratusan tahun. Kaum Diabolos tidak hidup secara berkelompok dan keberadaan mereka pun tidak diketahui. Kecuali satu Diabolos ... si penjaga Hutan Dalinis, Behemoth." Noah tertawa kecil. Sedikit memajukan wajah dan dadanya. "Tepat seperti yang aku pikirkan. Sepertinya kita cocok." Bibirnya membentuk sebuah senyuman. Reivan yang melihat Lady-nya digoda seperti itu langsung bersuara. "Apa maksudmu?" Noah menarik kembali tubuhnya. "Cara berpikir kami mirip, sangat cocok jika disatukan dalam kelompok yang sama." Reivan menjawab dengan sinis. "Jika bukan karena masalah ini, jangankan satu kelompok, kau bahkan tidak bisa berbicara dengannya."

"Oh? Begitu?" Mereka berdua saling menusukkan tatapan tajam satu sama lain. Noah sedikit menyeringai, sementara otot muka Reivan mengeras. "Cukup." Lathaya membuang napasnya. Kedua pria ini tidak pernah akur sejak pertama kali mereka bertemu. Reivan membuang muka terlebih dahulu. Noah mendengus, tertawa kecil karena Reivan kalah bermain tatap mata dengannya. Lathaya kembali menjelaskan. Bertukar pikiran bersama dengan Reivan dan Noah sebelum tidur dan menunggu pagi tiba.

Mereka memutuskan untuk memulai pencarian di Hutan Dalinis, tempat Behemoth berada. Satu-satunya Diabolos yang diketahui keberadaannya hanyalah dia. Tidak tahu sejak kapan dia mulai mendiami Hutan Dalinis dan menjadikannya sebagai daerah teritorial miliknya. Tidak ada yang pernah benar-benar melihat Diabolos tersebut karena siapa pun yang bertemu dengannya akan mati atau menjadi mayat berjalan ... memiliki fisik, tapi terlihat tak bernyawa.

Awalnya, Reivan tidak setuju dengan rencana Lathaya untuk bertanya langsung pada Behemoth, tetapi keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dan Noah sama sekali tidak menentang rencana Lathaya. Dia sangat bersemangat untuk bertemu dengan kaum terkuat di atas kelima kaum terkuat. Banyak para generasi baru yang bertanya-tanya mengapa kaum terkuat seperti Diabolos tidak menjadi yang pertama dan bergabung bersama dengan kelima kaum lain.

Dalam buku tua di wilayah mereka, tidak ada yang menjelaskan dengan detail mengenai hal tersebut. Hanya ada satu alasan mengapa mereka tidak termasuk di antara lima kaum terkuat. Kaum Diabolos tidak ingin melindungi manusia. Oleh karena itu, para pemimpin dari kelima kaum tidak memasukkan mereka ke dalam peringkat kaum terkuat. Kehadiran mereka pun seolah ditutupi oleh para generasi tua, seperti ada hal yang tidak boleh diceritakan.

Jarak Kota Poora dengan Hutan Dalinis cukup jauh. Namun, karena mereka memiliki kecepatan di atas rata-rata, mereka tidak perlu membuang banyak waktu untuk tiba di sana. Termasuk Noah. Ada darah Vampire yang mengalir di dalam tubuhnya, meskipun warna matanya tidak sama dengan Lathaya atau Reivan, tetapi umur dan kemampuannya tidak jauh beda dengan mereka berdua.

"Hutan ini sangat gelap seperti yang dirumorkan," kata Lathaya. Selama dia hidup, Lathaya sudah menjelajahi setengah isi bumi. Akan tetapi, dia sama sekali belum pernah memasuki Hutan Dalinis karena Lord Kenzi yang merupakan ayahnya, selalu melarang Lathaya pergi ke hutan tersebut. "Kita masuk?" tanya Noah. Kakinya sudah satu langkah masuk ke dalam hutan Dalinis. Reivan masih ingin mencoba menghentikan Lathaya, tetapi wanita itu sudah berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Reivan bersama dengan Noah di belakang. "Jika kau takut, pulang saja," ejek Noah. Kemudian pergi mengikuti Lathaya yang sudah berjalan masuk ke dalam hutan.

Tangan Reivan terkepal di samping tubuhnya. Dia menahan Lathaya bukan karena takut,1tetapi karena dia pernah bertemu dengan Behemoth saat berlatih bersama Xavier. Diabolos itu tidak mau tahu apakah seseorang itu tersesat atau sengaja masuk ke dalam hutan tempat dia tinggal. Jika sudah menginjakkan kaki ke dalam hutan ini, dia tidak akan segan-segan menyerang orang tersebut. "Tidak ada siapa pun," kata Lathaya. Bagian dalam hutan tersebut tidak jauh beda dengan hutan yang lain. Namun, sinar matahari kesulitan untuk menerobos ke dalam celah-celah daun. Seolah ada sesuatu yang gelap membentuk langit di atas Hutan Dalinis.

Saatmereka berputar-putar mencari keberadaan Behemoth, tiba-tiba dari atas mereka anginkencang disertai hempasan debu, datang menampar wajah dan tubuh mereka. Dengansendirinya, tangan mereka bergerak untuk menutupi seluruh muka. Menghindaridebu yang berterbangan ke arah mereka. Mendadak suasana sunyi tadi berubahmenjadi geraman kasar yang menyeramkan. 

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang