Bab Ekstra 1: Kara dan Pasangan Takdirnya

389 46 2
                                    

"Tarik perlahan ... lepaskan!" Srat! Ujung panah mengenai sasaran dengan tepat. Babi hutan itu seketika mati terkena benda runcing di tubuhnya. "Ambil babi itu, Jeff," suruh Kara. Dengan senang hati, Jeff mengangguk dan hendak mengambil babi hutan itu. Akan tetapi, Kara mencium bau manusia. Dia segera menarik lengan Jeff dan bersembunyi di balik pohon besar.

Kara mengintip sedikit. Tak jauh dari tempat mereka berburu, terdapat seorang pria tua tengah mengincar seekor rusa. Pria itu berhasil memanah binatang tersebut. Namun, ketika dia hendak membawanya, muncul dua pemuda yang terlihat akan berburu juga. Kedua pemuda itu ingin merebut hasil buruan pria tua tersebut. Tanpa perasaan mendorong orang yang lebih tua hingga pria itu terjatuh. Ketika para pemuda itu bersiap pergi dengan hasil curiannya, Kara mengambil batu berukuran cukup besar. Dia melempar batu tersebut ke arah para pemuda itu. Tepat sasaran. Kedua pemuda itu pun jatuh pingsan dengan darah di kepala mereka. Pria tua itu mulai ketakutan. Dia buru-buru melihat ke sekitar. Antara takut disalahkan atau sedang mencari seseorang yang melemparkan batu-batu itu.

Masa bodoh dengan dua manusia di depannya, pria tua itu langsung mengambil rusa buruannya dan pergi dari sana. Kara menggelengkan kepalanya sambil menghapus debu di tangan. Melihat kejadian tadi, dia tiba-tiba teringat perkataan Akuma. "Selama ada makhluk yang hidup di bumi, tidak ada yang namanya kedamaian." Kara menatap Jeff yang juga tengah memandangnya, "seseorang mengatakan itu padaku." Jeff yang biasanya diam dan hanya mendengarkan Kara pun berujar, "Itu benar." Dua kata dari Werewolf berusia 17 tahun itu mengejutkan Kara.

Jeff kembali melanjutkan kalimatnya saat melihat raut terkejut Kara. "Selama ada kehidupan, selama ada makhluk ... kedamaian itu tidak ada jika tidak dijaga. Ketamakan, kerakusan, keserakahan. Semua hal itu bisa merusak perdamaian. Oleh karena itu, kita harus menjaganya." Kara membesarkan matanya. Dia lebih tua dari pria di depannya, tetapi pemikirannya bisa menyaingi Kara. Tanpa sadar mereka saling memandang selama beberapa detik. Kara tersentak saat Jeff mengelus pipinya. Spontan dia mundur dua langkah membuat tangan Jeff mengambang di udara.

Sementara itu, Kara menyentuh bekas sentuhan Jeff. Kemudian, dia berdeham. Menghilangkan rasa malunya dengan melihat tanah di bawah kakinya. "Ayo, pulang." Jeff mengangguk, lalu mengikuti Kara yang telah berjalan di depan. Karena melamun, tanpa sengaja Kara membawa Jeff ke hutan dimana dia pertama kali bertemu dengan Barbara. Menyadari tempat itu, Kara berhenti sejenak. Jeff pun melakukan hal yang sama tanpa bertanya.

Kara melihat ke sekitar hutan. Rasanya seperti baru saja terjadi. Jika diingat lagi, pertemuan mereka agak konyol. Di saat dia tengah bernostalgia, tiba-tiba wajah Barbara muncul di depan matanya. Kara tersentak dan tidak sengaja menabrak Jeff yang berdiri di belakangnya. "Ada apa denganmu?" tanya Barbara tanpa merasa bersalah. Wanita itu memakai jubah merah yang sering dia pakai. Di sampingnya, terdapat Reivan yang masih setia mengikuti Barbara. "Sedang apa kau di sini?" Kara mengabaikan pertanyaan Barbara dan malah bertanya balik.

"Aku ingin menemui peliharaanku."

"Peliharaanmu?"

Barbara mengangguk. Lalu tak lama, seekor sasquatch berbulu merah datang mendatangi mereka. Kara dan Jeff terkejut dengan kehadiran makhluk itu. Mereka buru-buru mempersiapkan alat panah untuk melawan sasquatch. Akan tetapi, Barbara menghentikan mereka. "Ayo, kemari. Sudah berapa lama aku tidak menemuimu?" Vampire itu mendekati sasquatch tersebut. Terlihat dia mengambil sesuatu dari tas jeraminya. Itu adalah satu sisir pisang. Dia memberikannya pada sasquatch itu. Lalu, mengelus bulunya sebelum menyuruh makhluk itu pergi.

Kara tidak dapat menutup mulutnya menyaksikan adegan tadi. Dia segera bertanya pada Barbara yang sudah kembali berdiri di sampingnya. "Jangan katakan peliharaanmu itu ... ." Barbara mengangguk santai. "Ya. Namanya Laro."

"Laro?" Kara berpikir sejenak, "apa itu adalah sasquatch yang pernah kita hadapi?" Barbara mengangguk lagi, tetapi sedikit cengengesan. Kara menarik napas dalam-dalam, menahan kekesalannya. Vampire ini benar-benar membawa dirinya menuju kematian! Menyadari aura mate-nya berubah, Jeff spontan menggenggam tangan Kara. Mencoba menenangkan wanita tersebut. Dipegang secara mendadak oleh Jeff, kekesalan yang dirasakan oleh Kara berubah menjadi rasa malu. Dia masih belum terbiasa dengan sikap Jeff yang seperti ini.

"Jangan marah padaku. Ah, aku ingin mengundangmu dan juga yang lain ke pernikahanku minggu depan," ucap Barbara. Dia tidak peduli dengan Kara yang tengah menahan malu. "Ya," jawab Kara dengan suara kecil. Hampir tidak terdengar. "Kau bilang apa?" tanya Barbara. Sebenarnya, dia mendengar suara Kara. Vampire ini hanya ingin mengganggunya saja. Kara bersuara lebih keras. "Ya. Aku akan datang." Barbara mengangguk puas. Di sampingnya, Reivan bertanya pada Kara. "Apa ayahmu ada di rumah?"

"Ada."

"Kalau begitu, kami pergi dulu. Malam akan segera tiba." Kara mengangguk. Kemudian, Barbara pergi bersama dengan Reivan. Menyisakan Kara dan Jeff. "Ayo kita pulang." Kara hendak berjalan lagi, tetapi Jeff menahannya. "Ada apa?" tanya Kara. Jeff melihatnya sejenak. Lalu berkata, "Aku tidak ingin pulang sekarang."

"Lalu?"

"Ayo, pergi ke banyak tempat."

"Untuk apa?"

"Membuat kenangan." Kening Kara berkerut dalam. "Ha?" Jeff berjalan satu langkah lebih dekat. Meskipun Jeff lebih muda, tinggi tubuhnya melebihi Kara sehingga dia harus menengadah ke atas agar bisa melihat Jeff. "Aku ingin ingatanmu dipenuhi dengan kenangan kita. Jadi, kau tidak akan melamun memikirkan hal-hal yang tidak ada aku di dalamnya." Mendengar kalimat dengan nada datar itu mampu membuat malu Kara bertambah. Pria ini ... benar-benar suka membuat pipi Kara memanas.


Bab Ekstra 1:

Kara dan Pasangan Takdirnya

SELESAI

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang