Bab XLII. Kebenaran atau Kebohongan

244 51 2
                                    

Ruangan yang telah hancur itu didominasi oleh aura kemarahan. Tatapan yang diberikan setiap orang berbeda-beda. Meika ... dengan wajah masamnya bertanya pada Jazlyn. "Kau melakukan banyak hal hanya untuk balas dendam? Nyawamu pun, bahkan kau pertaruhkan." Jazlyn tertawa mendengar hal itu. "Hanya? Ketika keluargamu dituduh dan dibakar ... kau bilang hanya?"

Meika bergerak, mendekat ke arah Jazlyn satu langkah. Mata Meika memerah. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, bahkan jari kakinya ikut mengeras di dalam sepatu yang dia gunakan. "Kau bisa membalaskan dendam tanpa harus mengorbankan nyawamu." Mendengar nada bicara Meika seperti sebuah kekhawatiran, Jazlyn tertawa keras sampai gigi-giginya terlihat dengan jelas. "Apa kau begitu peduli dengan keadaanku? Jika kau peduli, seharusnya kau bisa menyelamatkan kedua orangtuaku. Karena ketidakpedulianmu ... adikku juga mati." Air muka Jazlyn berubah. Sebelumnya dia tertawa geli dan beberapa detik kemudian, wajahnya kembali dingin.

"Kau tahu? Ratu berbohong tentang kehamilannya karena takut dilengserkan. Kau yang berkali-kali diminta untuk kembali tetap tidak menerima. Andai ... andai saja kau mau kembali dan aku tidak mengikutimu ... semua tidak akan menjadi seperti ini."

Jazlyn mengatakan kepada semua orang yang berada di sana bahwa sebenarnya, Ratu tidaklah mengandung. Mereka menyebarkan berita palsu tentang kehamilan Ratu karena takut dilengserkan jika Meika tetap teguh pada pendiriannya. Akan tetapi, para tetua tetap berpegang pada keputusan mereka dengan menunggu sampai anak itu lahir. Untuk melihat apakah anak itu akan lahir dengan sehat atau tidak. Ratu Hana kembali bergetar. Dia meminta Raja Gin untuk berpikir. Kemudian, seorang pelayan wanita tua yang selalu melayani mereka datang dan menyarankan sebuah rencana. Wanita tua itu menyuruh Raja Gin untuk menjebak keluarga Alquinsha dengan cara menuduh mereka meracuni Ratu Hana agar bayi yang dikandung Ratu tak dapat lahir.

"Dari siapa kau mendengar itu?" tanya Meika.

"Kau tidak perlu tahu."

Meika menjadi geram. Dia menebak dengan pertanyaan penuh amarah. "Diabolos? Kau dengar itu dari salah satu Diabolos 'kan?" Jazlyn mengangkat sebelah alisnya. "Jika iya?" Meika mendecakkan lidahnya. "Bodoh! Dia menipumu!"

"Diam! Benar atau tidak ... aku sama sekali tidak peduli. Orangtuamu membunuh keluargaku tanpa bukti yang jelas. Hanya mendengar omong kosong dari seorang pelayan yang disuruh untuk menjadi saksi. Lalu, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama?" Jazlyn tak dapat menahan suaranya. Dia berteriak sambil mengeluarkan kata-kata yang selama ini menjadi kenangan menyakitkan dalam hidupnya. Jika dia tidak bisa menjadi Suzaku, Jazlyn masih bisa menerimanya, tetapi jika itu telah berkaitan dengan keluarga ... Jazlyn tak bisa diam saja.

"Kau ... benar-benar membunuh orangtuaku?" tanya Meika. Suaranya terdengar lemah. "Apa kau meremehkanku? Tentu saja mereka telah lama mati! Awalnya, aku ingin membunuh mereka tepat di depan matamu, tapi kau tak kunjung kembali dan aku harus memberikan energi kehidupan pada Diabolos. Jadi, dengan terpaksa aku membunuh mereka semua sebelum kau bisa melihatnya." Jazlyn berbicara dengan santai. Kakinya berjalan bolak-balik dari tempatnya berdiri. Sesekali dia akan tertawa ketika sedang berbicara.

"Kau!" Meika bersiap untuk melompat ke arah Jazlyn, tapi Kara menahan tubuhnya. Dia menggeleng pada Meika agar wanita itu tidak sembarangan menyerang musuh. Meskipun Meika semakin berwajah masam, dia tetap menahan dirinya untuk tidak menyerang Jazlyn. Dia berdiri dengan benar di posisinya. Melihat Jazlyn dengan pandangan geram. "Sudah puas membalaskan dendammu? Sekarang lepaskan Witch yang kau kurung dan tinggalkan kaum Kitsune sendiri." Napas mengejek keluar dari bibir tipis Jazlyn. "Puas? Sampai mati pun ... aku tak akan puas."

"Lalu apa yang kau mau! Kau sudah membunuh orangtuaku! Kerajaan sudah kau ambil! Apa lagi! Kematianku?" Amarah tak kunjung hilang dari mata bulat itu. Meika sudah siap jika dia mati hari ini. Tidak ada lagi yang bisa dia pertahankan. Meika kecewa kepada orangtuanya jika apa yang dikatakan oleh Jazlyn adalah kebenaran. Jika mungkin, Meika akan bertanya pada orangtuanya di alam lain saat dia sudah kehilangan hak untuk bernapas.

"Kau pikir kematianmu bisa memuaskanku? Tidak."

Ketika Meika ingin menjawab, sekumpulan tanah padat muncul dari bawah kaki Jazlyn, tetapi Ryu menyadari hal itu dengan cepat dan membawa Jazlyn menjauh dari tempat tanah itu muncul. "Apa yang kau lakukan?" tanya Meika pada Kara yang berdiri di belakangnya. Tak ada yang bisa mengendalikan tanah kecuali kaum Werewolf.

"Dia terlalu banyak bicara sekarang." Saat Jazlyn dan Meika berdebat, Kara tidak dapat menahan diri lebih lama. Dia menghentakkan kakinya di permukaan lantai sehingga muncul tanah padat di bawah kaki Jazlyn. Sebelumnya, Jazlyn yang mereka kenal bukanlah orang yang banyak bicara. Akan tetapi, orang di depan mereka ini terus mengeluh dan mengeluarkan kata-kata yang semakin mendorong Meika ke arah penyesalan.

Ryu menurunkan Jazlyn dari tangannya. Dia menatap kosong ke arah Jazlyn. Meika yang melihat Ryu merasa bahwa lelaki itu telah berubah menjadi boneka hidup yang dikendalikan oleh Jazlyn. Tubuhnya secara spontan bergerak untuk menyelamatkan Jazlyn. Memikirkan itu, Meika menjadi semakin geram dan panas. "Kau telah menjadikan Ryu sebagai bonekamu. Apa lagi yang kau mau?" tanya Meika. Jazlyn menepuk pipi Ryu dengan lembut sambil memberikan senyumannya. Kemudian dia beralih pada Meika. Senyuman yang sebelumnya ada di wajah cantiknya, berubah menjadi datar.

"Tak ada. Aku hanya menunggu waktuku saja."

"Jangan bermain denganku, Jazlyn!"

Chloe yang sedari tadi hanya diam melihat perdebatan Meika dan Jazlyn pun akhirnya berjalan mendekati Meika. Dia berbicara pada Jazlyn. "Kalau begitu aku akan memberikan waktumu sekarang." Chloe melempar dirinya ke arah Jazlyn. Sayap yang bersembunyi di dalam angin muncul dan terbentang dengan anggun. Ketika dia terbang, cahaya indah jatuh bersamaan dengan serbuk biru putih yang Chloe keluarkan untuk menambah kecepatan. Meskipun Chloe sudah menggunakan serbuk biru putih untuk menambah kekuatannya, dia masih kalah gesit dengan Ryu. Pria pucat itu tiba-tiba muncul dan menahan pedang angin milik Chloe.

"Kau!" Ryu mendorong Chloe menggunakan pedangnya. Chloe hampir terjatuh jika Louis tidak datang dan menahan tubuhnya. Chloe tidak percaya jika Ryu bisa menahan pedang angin miliknya. Tidak ada yang bisa mengelak dari senjata angin yang dibuat oleh Chloe. Akan tetapi, Ryu dengan mudah menahannya.

"Kau terkejut?" tanya Shiki yang tiba-tiba menampakkan dirinya kembali setelah dia berdiam diri jauh di belakang Jazlyn. "Apa!" tanya Chloe, membentak Shiki. Rubah muda itu sudah mengubah wujudnya menjadi seperti manusia. Kacamata bulat yang biasa berada di mata kanannya telah hancur. "Kara Cerelia Lycoris. Ini adalah salah satu bukti kecil kekuatan gelap itu kuat. Lihat! Ryu bisa menahan senjata tak terlihat milik Chloe Ester karena kekuatan gelap itu. Dia bisa melihat dengan jelas senjata angin yang dibuat oleh Ester."

"Lalu?" Kara melihat Shiki dengan wajah muak. Shiki tertawa melihat tanggapan Kara. Dia menjilat gigi depannya sebelum menjawab. "Mau bertarung kembali?"

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang