Setelah mengirimkan Kara ke dalam ruang pertemuan, Meika kembali mencari Barbara di lantai dua. Daerah yang dia telusuri begitu luas dan memiliki banyak kamar. Dia membuka satu per satu pintu kamar untuk memeriksa dengan hati-hati.
Sebanyak sepuluh kamar yang dia buka, Meika tidak menemukan satu pun orang di dalam sana. Yang dia lihat hanyalah kamar kosong tak berpenghuni. Sesekali dia menggerutu tentang kerajaan yang besar dan luas, tetapi tidak memiliki siapa pun di dalam kamar. "Apa mereka semua di ruang perjamuan?" Meika bertanya pada dirinya sendiri. Sejujurnya, ini adalah sebuah keberuntungan untuknya. Dia bisa bergerak dengan leluasa dan tidak akan terkejut jika bertemu dengan orang lain ketika dia membuka pintu.
Sekian lama membuka tutup pintu kamar, Meika menemukan sebuah kamar yang isi dalamnya berbeda dengan kamar lain. Pelan-pelan, dia menutup pintu kamar tersebut. Meika memasuki ruangan yang didominasi oleh warna gelap. Dinding sebelah kanan ranjang terdapat retakan besar. Seperti baru saja terjadi pertarungan. Meika menelusuri kamar tersebut. Tidak memiliki banyak perabotan di dalamnya. Satu lemari, satu kursi, dan satu meja. Mata Meika menangkap benda yang tak asing di atas meja. Dia mendekat untuk melihat lebih jelas.
Itu adalah tas jerami milik Barbara yang dia bawa bersamanya. Meika mengambil tas tersebut cepat-cepat dan segera keluar dari sana. Meika harus mencari yang lainnya. Melihat tas Barbara yang berada di kamar atas, kemungkinan Barbara dibawa ke kamar itu sebelum dibawa ke ruang bawah tanah. Meika tidak bisa berpikir positif. Pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan terburuk. Barbara akan dieksekusi oleh seseorang yang menginginkan kematiannya. "Eh, tunggu. Dia kan abadi. Bagaimana caranya mereka mengeksekusi Barbara?" Meika berhenti berlari dan berbicara pada dirinya sendiri. Memikirkan jika Barbara adalah Vampire abadi membuatnya sedikit tenang.
Lalu, dia kembali berlari, mencari jalan menuju area bawah tanah. Dia hampir menabrak seorang penjaga yang sedang berpatroli di koridor. Untung saja refleksnya bagus. Meika langsung berpindah tempat sebelum beradu diri dengan penjaga tersebut. Sesampainya di ruang bawah tanah, Meika mendapati suara-suara minta tolong dari segala arah. Dia melihat ke sana ke mari, mencari keberadaan Barbara.
"Keluarkan kami!"
"Brengsek! Kaum Vampire sialan! Berhenti membuat mutan dan keluarkan kami!"
"Kau pikir kami budak kalian?"
"Keluarkan kami, bajingan!"
Meika ingin menutup telinganya, mengabaikan suara orang-orang itu. Namun, dia tergerak untuk menolong mereka saat mendengar satu kata. Mutan. "Apa kalian akan dijadikan mutan?" tanya Meika pada salah satu tahanan di sana. Seorang wanita muda dengan pakaian yang sudah compang-camping menjawab, "Ya! Mereka sangat busuk. Menculik kami dan mengurung kami di sini. Meletakkan pria dan wanita di ruangan yang sama. Memberikan kami makanan atau minuman yang mengandung afrodisiak agar kami melakukan hubungan badan. Setelah melahirkan anak, mereka akan mengambilnya dan membawanya entah ke mana. Jika sudah tidak bisa memiliki anak maka kami akan dijadikan mutan atau dibunuh."
Wanita itu menjelaskan dengan menggebu-gebu. Seolah semua kemarahannya terlampiaskan sekarang. Mereka diculik, dikurung, dan dipaksa melakukan hal yang tidak mereka inginkan. Anak mereka diambil dan tidak pernah terlihat lagi. Jika ada penjara yang kosong maka akan diisi dengan manusia baru. "Tolong! Lepaskan kami! Kami akan sangat berterima kasih padamu walaupun hanya sekadar ucapan." Seseorang yang berada di dalam penjara di belakang Meika berteriak. Memohon dengan air mata yang sudah mengering. Kulitnya sangat kotor dan tidak terurus. Meika tidak bisa terus membiarkan matanya melihat keadaan para manusia lemah ini.
"Aku akan mengeluarkan kalian." Sorak bahagia keluar dari mulut mereka. Meika segera menghentikannya dengan berkata, "Jangan bising. Jika kalian ingin keluar dari sini dengan selamat jangan pernah sekalipun membuat keributan. Sampai kalian tiba di rumah, barulah kalian berteriak sepuas kalian." Mereka mengangguk senang. Menuruti perintah Meika dengan menahan diri untuk tidak berteriak.
Meika melihat ke sekitar. Setelah memastikan bahwa para penjaga masih berpatroli di tempat lain, dia pun mulai membaca mantra. Tangannya tergerak ke depan, mengarah pada salah satu pintu penjara di depannya. Secara ajaib, pintu yang terkunci pun terbuka. Tahanan yang lain berteriak minta dilepaskan, tetapi Meika menyuruh mereka untuk menutup mulut sementara dia menggambar sebuah pola menggunakan darahnya.
Ukiran pola tersebut tampak rumit dan berukuran sedang. Samar-samar, cahaya kuning muncul di setiap polanya. "Berdiri di sana. Aku hanya bisa memindahkan kalian hingga ke hutan di dekat sini. Pastikan kalian tidak ketahuan oleh kaum Vampire. Ingat! Jangan membuat keributan." Mereka menggerakkan kepala mereka ke atas dan ke bawah dengan cepat. Buru-buru mereka masuk ke lingkaran yang telah dibuat oleh Meika. Berangsur-angsur pandangan Meika menutup. Bersamaan dengan itu, orang-orang yang berada di dalam lingkaran hilang ditelan oleh cahaya kuning. Mereka berhasil berpindah tempat. Hal itu membuat manusia-manusia lain merasa iri dan tidak sabaran.
"Aku! Cepat! Aku mohon!"
"Biarkan aku dulu!"
"Sabar! Kau tidak lihat kami sudah tua? Sebentar lagi kami yang akan dijadikan mutan!" Mereka kembali riuh. Melupakan peringatan Meika untuk tidak membuat keributan.
"Sialan! Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri!"
"Kenapa? Kau juga memikirkan dirimu sendiri!"
"Bajingan!"
"Brengsek!"
"Tidak punya empati!"
Sementara mereka sibuk berdebat, Meika mendengar suara langkah kaki dari arah jalan masuk ke ruang bawah tanah. Meika tidak lagi peduli dengan para manusia yang mulai terburu-buru dan sembrono itu. Tanpa perlu membaca mantra panjang, Meika telah berpindah tempat. Dia jatuh ke lantai tiga. Ini adalah lantai yang belum dia periksa. Mungkin Barbara berada di lantai ini. Jadi, Meika memutuskan untuk melihat-lihat daripada kembali ke tempat tadi.
Penampilan Meika masih dalam bentuk prajurit yang dia bunuh. Di lantai ini pun dia tidak menggunakan sihir untuk bersembunyi karena energinya sudah banyak terbuang oleh kejadian sebelumnya. Memindahkan banyak orang pada waktu yang bersamaan cukup memakan banyak energi spiritual miliknya.
Meika melirik ke dadanya. Kalung Enervate yang dia pakai bersinar cerah. Benda ini mengetahui jika ada seseorang yang kekurangan energi spiritual. Oleh karena itu, Meika memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dan mencari Barbara tanpa menyembunyikan diri. Energinya hanya tersisa untuk mempertahankan penyamarannya saja. Jika dia bertemu seseorang dan bertanya mengapa dia berada di sini, dia akan menggunakan alasan yang sekiranya masuk akal.
Di saat tengah mencari, Meika menemukan pintu kamar yang telah terbuka. Dia mengendap-endap, mendekati kamar tersebut. Dirasa tidak ada siapa pun di sekitar kamar, Meika mengintip ke dalam. "Heiz!" Bola matanya terbuka lebar saat dia mendapati tubuh tunangannya tertidur kaku di atas tempat tidur. Dengan cepat dia berlari ke arah Ryu dan menyentuh tubuhnya.
"Heiz! Bangun, Heiz! Ada apa denganmu?" Meika mengguncang lengan Ryu, berharap lelaki itu membuka matanya. "Ryu!" teriak Meika. Namun, sekencang apa pun Meika memanggil namanya, Ryu tetap tidak membuka matanya. "Heiz. Apa yang terjadi?" Meika menarik lengan baju Ryu. Dua jarinya memeriksa nadi di tangan Ryu. Masih berdetak. Meika buru-buru mengangkat Ryu dan menyandarkannya di kepala ranjang.
Saat ini, Ryu sedang tidak dikendalikan. Jiwanya masih diikat sehingga dia tidak sadarkan diri. Meika telah mempelajari sihir melepaskan jiwa yang terikat dari Wizard. Tidak mudah dan juga tidak sulit. Untuk melepaskan jiwa yang terikat, dibutuhkan darah Diabolos. Wizard merupakan anak dari Akuma, sang Raja Diabolos. Jadi, darah yang dia miliki bisa digunakan untuk melepaskan jiwa yang terikat. Witch tua itu memberikan satu botol kecil seukuran kelingking yang berisi darah miliknya. Cukup meminumkan darah tersebut pada seseorang yang jiwanya terikat dan biarkan selama beberapa menit. Orang itu akan bereaksi. Memuntahkan banyak cairan berwarna hitam dan harus dirawat selama beberapa hari.
Meika meminumkan darah Wizard kepada Ryu sekarang karena dia takut jika Jazlyn akan mengendalikan Ryu lagi. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Wizard, tubuh Ryu bereaksi. Matanya masih terpejam, tapi isi perutnya berputar membuat Ryu memuntahkan banyak cairan berwarna hitam pekat. "Heiz! Kau dengar aku?" Meika menahan tubuh Ryu agar tidak terjatuh. Kelopak mata lelaki itu bergetar, seakan-akan dia tengah berusaha membuka matanya.
"Meika?" Mendengar suara yang akrab di telinganya, secara otomatis Meika menoleh ke arah pintu. Di sana, sosok Jazlyn muncul dengan wajah terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Dark
FantasyRibuan tahun yang lalu, dunia dikuasai oleh kaum yang memiliki kekuatan super. Kaum Werewolf, Vampire, Witch, Mermaid, dan Fairy. Di saat keadaan dunia tengah berada dalam kedamaiannya, kaum Vampire bergerak membantai seluruh Werewolf dan bermaksud...