Bab CIII. Meika dan Lukanya

217 39 1
                                    

Di aula kerajaan telah porak-poranda, banyak prajurit yang datang untuk melawan mereka. Hanya saja, jumlahnya lebih sedikit dari yang mereka kira. Lalu, mereka mengetahui dari salah satu pasukan yang berteriak dari luar. Menyuruh semua pasukan untuk pergi ke depan gerbang karena mereka tengah diserbu oleh para Kitsune dan Kentauros.

Meika melihat Ryu, begitu pula dengan lelaki itu. Mereka saling menatap dalam kebingungan. Tidak menyangka jika bantuan lain akan datang. Mereka tersenyum senang dan memutuskan untuk menemui Kara setelah menghabisi semua Vampire di aula. Namun, tujuan mereka harus hilang begitu saja saat Jazlyn datang bersama Shiki. Pria rubah itu terlihat baik-baik saja. Kacamata bulat yang bertengger di mata kanannya masih duduk dengan baik di sana. Dia selangkah maju ke depan dengan kedua tangan tergenggam di belakang punggungnya.

"Kita bertemu lagi, Putri Meika." Meika melihatnya dengan jijik. "Tidak perlu menyapa. Kita tidak saling kenal." Senyum kecil di wajah Shiki luntur. Dia mengeratkan gigi-giginya atas penolakan Meika. Akan tetapi, beberapa saat kemudian dia kembali tersenyum. "Yah, setidaknya aku mengenalmu." Meika memutar bola matanya. Tidak berminat melihat Shiki di depannya.

Sementara itu, Jazlyn berbicara dengan amarah di belakang Shiki. "Apa yang telah kau lakukan? Bagaimana bisa kau melepaskan sihir Pengikat Jiwa?" Mendengar Jazlyn bertanya padanya, Meika memberikan perhatiannya pada Jazlyn. Dia menjawab, "Aku belajar. Tentu saja bisa." Jazlyn menggertakkan giginya. Tidak puas dengan jawaban Meika yang terkesan bercanda.

"Jazlyn. Akui kesalahanmu dan kembalilah." Meika berkata dengan serius. Setelah apa yang dikatakan Ryu tempo hari, Meika mencernanya dengan hati-hati. Dengan berbagai macam pemikiran dan renungan, akhirnya Meika memahami tindakan Jazlyn. Maka itu, dia sudah memutuskan untuk membawa Jazlyn kembali untuk menebus kesalahannya. Akan tetapi, harapan tidak sesuai dengan keinginan. Jazlyn menolak keras ajakannya. "Kembali apa? Aku sudah membunuh semua orang, bahkan kedua orangtuamu. Membuat Ryu melawan dirimu! Kau gila jika memintaku kembali!"

"Aku tidak peduli! Kau, brengsek! Cepat kembali dan perbaiki dirimu! Akui semua kesalahanmu dan renungkanlah." Meika berteriak keras. Berkata kasar tidak masalah selama apa yang dia maksud akan diterima oleh Jazlyn. Namun, tetap saja. Wanita itu mengeraskan kepalanya. "Tutup mulutmu dan telan ajakanmu itu. Aku tidak akan pernah kembali." Tepat setelah dia mengatakan kalimat terakhir, Jazlyn menghunuskan pedangnya. Aliran listrik mulai mengalir dari ujung jarinya.

Shiki tersenyum lebar. Dia bisa mengamuk sekarang. Saat keinginannya untuk menyerang Meika dan Ryu membesar, sebuah tamparan dari sembilan ekor rubah mengenai wajahnya. Shiki terlempar jauh, menabrak reruntuhan. Menyebabkan debu-debu berterbangan bebas di udara. Meika menoleh untuk mencari siapa pelaku yang telah membantunya menampar mulut Shiki. Dari jendela yang telah pecah, Tetua Gon Gon datang menerobos dan melayangkan sembilan tamparan di mukanya. Meika bersorak gembira begitu dia melihat Tetua Gon Gon. "Tetua! Aku tahu kau pasti akan datang. Bagus sekali. Kau telah mewakiliku untuk menghajarnya."

Ryu menggeleng kecil, tertawa melihat tingkah Meika. Kemudian, dia melihat Tetua Gon Gon. Berterima kasih karena telah membantu mereka. Tetua Gon Gon berjalan santai dengan keempat kakinya. Bulunya begitu putih padahal debu berserakan di mana-mana. Ekornya melambai-lambai di ujung punggungnya. Mata rubah itu menatap mereka tajam. Dia berjalan ke arah Shiki. Menunggu cucunya itu keluar dari reruntuhan.

Di sisi lain, Jazlyn semakin ingin mengamuk. Selagi perhatian Meika dan Ryu teralihkan, dia bergegas menyeret pedangnya dan membawanya menuju Meika. Menyadari bahaya yang datang, Ryu bergegas berdiri di depan Meika dan menahan pedang listrik milik Jazlyn. Dua pedang itu saling beradu. Tak hanya Jazlyn yang bisa mengalirkan listrik ke pedang tumpulnya, Ryu juga bisa melakukan hal yang sama. Walaupun jumlahnya tidak sebesar milik Jazlyn. Pandangan keduanya bertemu. Mereka saling melihat dengan tatapan ingin membunuh. Ryu mendorong mundur Jazlyn dan menghunuskan pedangnya di depan muka Jazlyn.

Wanita itu tidak tinggal diam. Dia menangkis pedang Ryu dengan pedangnya. Listrik yang sempat menghilang dari pedangnya pun dia alirkan kembali. Ryu dan Jazlyn terlibat pertarungan sengit. Meika tidak bisa membiarkan keduanya terus bertarung. Namun, di dekatnya, Shiki mulai memberontak dan melawan Tetua Gon Gon. Meika memutuskan untuk membantu Tetua Gon Gon melawan Shiki, tetapi rubah tua itu mengusirnya dan tidak membiarkan Meika ikut campur. Tetua Gon Gon tidak ingin Shiki dilukai oleh orang lain. Dia akan menangani cucunya sendiri. Jadi, dia melemparkan Shiki ke tempat lain dan melanjutkan pertarungan di sana.

Meika tidak bisa melakukan apa pun terhadap keputusan Tetua Gon Gon. Dia kembali pada Ryu dan membantunya melawan Jazlyn. "Jazlyn. Hentikan ini. Kau masih bisa memperbaiki kesalahanmu." Meika berkata setelah dia bergabung dengan pertarungan antara Ryu dan Jazlyn. Jazlyn mendengus. Tangannya terus memainkan pedang dengan gesit dan lancar. Di sela-sela pertarungan, dia membalas ucapan Meika. "Omong kosong! Aku sudah lama bekerja sama dengan Lathaya, tidak ada jalan bagiku untuk kembali."

"Itu bukan Lathaya! Dia adalah Cordelia, seseorang yang menyamar sebagai Lady Vampire. Kau sudah ditipu olehnya." Jazlyn tertawa remeh di tengah cahaya gesekan dari dua pedang. Dia bukan orang bodoh yang tidak menyadari perubahan Lathaya. Mereka pernah bertemu sebelumnya, tentu dia menyadari perbedaan tingkah laku yang sangat besar. Namun, dia tidak mencari tahu apakah itu benar Lathaya atau bukan. "Aku tidak peduli dia palsu atau tidak. Selama tujuanku tercapai, ditipu pun tidak masalah." Meika mendesah kecewa. Jazlyn terus-menerus menolak ajakannya. Dia berhenti melawan Jazlyn dan membiarkan Ryu menyerang. Meika melihat langkah Jazlyn yang tidak seimbang. Sekilas, dia melihat darah yang keluar dari hidung Jazlyn. Namun, wanita itu mengusapnya dengan cepat.

"Jazlyn." Meika memanggilnya lirih, tapi Jazlyn sama sekali tidak berniat menjawabnya. "Berhenti, Jazlyn! Kau membuang jiwamu secara percuma hanya untuk memastikan aku aman dalam perjalananku dan sekarang kau tidak bisa bertarung dengan kekuatan penuh." Jazlyn melompat ke belakang, menjauh dari Ryu. Dia menatap tajam Meika sebelum kembali menghadapi serangan beruntun dari Ryu. Meika kembali berteriak, menyuruh Jazlyn untuk berhenti. "Hentikan ini, kau masih bisa kembali. Semua orang yang kau benci sudah mati." Namun, sebanyak apa pun dia mengoceh, berteriak hingga pita suaranya terasa sakit ... Jazlyn tetap tidak berhenti. Meika pun beralih pada Ryu, memanggilnya untuk segera menghentikan serangannya.

"Ryu, berhenti." Ryu menghentikan serangannya dan menoleh ke belakang. Jarak antara dirinya dan Jazlyn cukup dekat sehingga hal itu dimanfaatkan oleh Jazlyn. Dia mengarahkan pedangnya ke arah Ryu, bermaksud untuk menusuknya. Meika melihat pergerakan Jazlyn dan tanpa berpikir panjang, dia berpindah tempat dan menusuk Jazlyn tepat di jantungnya menggunakan pedang Bodacious. Darah segar keluar dari mulut Jazlyn. Mengalir seperti air terjun. "Jazlyn ... ." Meika melihat tangannya yang memegang gagang Bodacious. Ujung pedang itu menembus hingga ke belakang tubuh Jazlyn.

Meika membeku. Dia, bahkan tidak mampu melepaskan tangannya dari pedang. Mata Jazlyn berkedip-kedip, melihat ke arah Meika. Mulutnya bergerak seperti ikan yang mencari sumber pernapasan di darat. Jazlyn terjatuh dengan lutut yang mendarat terlebih dahulu. Lalu, tubuhnya oleng ke samping. Ambruk sepenuhnya di atas lantai yang sudah retak. Meika berhasil melepaskan tangannya, tapi dia masih terguncang dengan apa yang terjadi. Di belakangnya, Ryu menepuk bahu Meika untuk menyadarkannya.

Di dekat kaki mereka, Jazlyn telah menutup matanya. Dada Meika menjadi sesak, dia mulai menangis. Jazlyn adalah orang terdekatnya sebelum Ryu. Meskipun dia sempat membenci Jazlyn atas pengkhianatan yang dilakukan olehnya, Meika tidak mampu menahan air mata untuk Jazlyn. Dia, bahkan tidak memiliki kata-kata terakhir untuk diucapkan. Ryu menarik Meika ke dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung wanita itu, berharap dapat menenangkannya.

"Jazlyn seperti ini karena Diabolos itu!" Meika berteriak dalam dekapan Ryu. Karena hasutan iblis itu, Jazlyn mengambil jalan yang salah. Ryu tidak dapat membantu selain mengusap kepalanya dan menepuk-nepuk punggung Meika.

Meika melepaskan pelukan Ryu dan menatapnya dengan mata memerah dan sembab. Ryu menundukkan pandangannya, balas menatap Meika. Witch itu berkata dengan marah. "Makhluk itu harus musnah dari muka bumi."

Through the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang