Me and My insecurity

109 37 220
                                    

Ini aku, yang sangat sulit percaya diri.
Yang setiap keluar rumah mesti mikir berulang kali, yang susah payah menerima diri sendiri.

Padahal kalau dipikir-pikir adanya kita itu bukan sebuah kesalahan.

Karena mengenai wujud kita itu sudah menjadi hak prerogatif Tuhan.

Enggak, enggak ada yang salah.

Nilai manusia gak hanya dilihat dari fisik kan?

Tapi untuk menjadi percaya diri rasanya susah banget.

Selalu ngebandingin diri dengan orang lain.

Kenapa gak good looking?
Kenapa gak sebahagia mereka?
Kenapa gak bisa mencapai sesuatu yang diharapkan?

Hai, padahal setiap manusia itu punya kelebihan sendiri-sendiri.

Gak bisa disamaratakan gitu aja.

Enggak, enggak gitu cara mainnya.

Gak ada manusia yang terlalu bahagia.
Gak ada juga yang terlalu sedih.

Semua yang kita khawatirkan itu sebagian besar hanya suara-suara bising kepala yang susah diredam.

Suara-suara overthinking, juga pikiran-pikiran yang terbang melampaui batas.

Hai, apa yang kamu inginkan, apa yang kamu rasa baik. Mungkin itu bukan yang terbaik.

Tuhan tahu, Tuhan itu Maha Tahu seberapa besar kadar yang memang baik untuk kamu.

Seperti dosis dan jenis obat.

Gak semua orang dosisnya sama kan?
Gak semua orang yang sakit juga butuh obat yang sama kan?

Setiap orang membutuhkan obat yang tepat.
Kalau dipaksa juga gak akan baik.

Jangan takut untuk jadi diri sendiri.
Untuk memancarkan warna, juga keunikan kamu.

Atas perbedaanlah dunia ini indah.

Gak perlu menjadi indah sesuai standar umum; standar yang seharusnya juga enggak ada. Cukup menjadi indah dengan standar kamu, dengan versi terbaik kamu.

Orang-orang baik yang memang mau menerima kamu apa adanya akan tetap ada di samping kamu kok.

Jangan takut ditinggalkan hanya karena perbedaan. Justru mereka yang seharusnya rugi karena memilih pergi dari orang yang begitu baik.

Kalau ada yang pergi hanya karena gak bisa menerima kamu apa adanya, berarti mereka bukan orang yang baik untuk kamu.

Mending tahu, mending tahu sejak awal daripada semua berakhir ketika sudah berjalan itu akan berkali-kali lipat lebih menyakitkan.

Ingat, kamu berharga.
Sangat-sangat berharga bukan sekadar dari fisik.

Kebaikan hati dan keindahan pola pikir itu lebih utama.

Belajar, belajar untuk mencintai diri sendiri.

Memang, memang gak mudah.

Tapi mau sampai kapan?

Mau sampai kapan menatap bengis manusia tangguh dalam cermin itu?

Padahal tubuh itu, tubuh itu yang udah kamu ajak nglewatin hidup yang nggak mudah.

Nglewatin setiap belukar dan hal-hal yang mungkin nggak bisa dijelaskan nalar.

Lihat, lihat cermin itu.

Apa yang kamu dapatkan dari dua bola matanya?

Tatap, tatap lebih dalam... .

Rasa cemas, merasa buruk, gagal, lelah, kesepian, takut dan perasaan-perasaan yang selama ini menambah beban.

Apa kamu gak capek?

Apa kamu gak capek nglewatin hidup dengan perasaan-perasaan itu dalam keadaan gak bisa menerima diri sendiri?

Coba, coba beri pelukan untuk diri sendiri.

Pelukan tulus menenangkan.

Untuk pelan-pelan memaklumi hal-hal yang selama ini memberatkan hati.

Untuk lebih peduli, dan merawat diri.

Untuk lebih memanusiakan diri sendiri.

Untuk sekadar ngajak ngobrol tentang hal-hal apa yang sudah selayaknya dipertahankan, diperjuangkan dan hal mana saja yang mungkin akan lebih baik untuk dilepas dan diikhlaskan.

Perjalanan kamu masih panjang,
Jangan terlalu memberatkan beban.

***

#Monolog

Ahad, 4 Juli 2021
07.33 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang