Aku Marah

28 5 0
                                    

Aku ingin marah "A", aku ingin marah.

Aku ingin marah pada kepala yang bisingnya tak mau reda.

Pada hati yang menjerit ingin kamu tilik.

Pada segala sesuatu yang pernah kita lalui; badai hujan, rute perjalanan, udara yang menyatukan kita dalam satu ruang, langit sore, angkasa malam, lagu-lagu yang terputar di kafe, live musik yang kita saksikan, sandaran punggungmu, jas hujan yang kita bagi berdua, kulit ayam milikmu yang kuminta, bunga-bunga yang kubawa, lampu merah yang kita hardik bersama, sandalmu yang pernah kukenakan, jarak yang tak pernah berpihak, tawamu yang begitu aku benci sekarang.

Aku ingin marah.

Aku ingin marah pada semuanya.

Pada kepedulianku

Pada ketidakpedulianmu.

Aku ingin kamu tanya "A", sungguh.

Tidakkah bisa kamu tanyakan bagaimana kabarku? Bagaimana keadaanku?

Sekali saja.

Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya dipedulikan olehmu. Sesederhana itu.

Sesederhana saat aku tak mengabarimu, kamu lebih dulu menghubungiku.

Tapi sejak dulu kamu tampak selalu baik-baik saja tanpaku.

Kenapa "A"?

Kenapa?

Kenapa jika kamu baik-baik saja, kamu sering mengatakan bahwa aku yang paling mampu membuatmu merasa hidup?

Sedang kenyataannya sekali saja aku tak pernah kamu cari.

Aku benci "A".

Aku sangat benci.

Aku benci janji terakhirmu yang begitu aku harapkan.

Katamu ketika aku butuh kamu, aku boleh meminta temu.

Kamu pendusta "A"

Kamu pembohong.

Dan seharusnya sedari awal aku sudah tahu itu.

Aku tahu bahwa kita adalah ketidakmungkinan.

Aku benci "A", aku benci.

Aku ingin marah.

Aku ingin marah pada semuanya.

Pada segala sesuatu yang menyangkutmu.

Namun apa yang tengah aku lakukan ini sama saja aku melawan diriku sendiri, karena kamu sudah menjadi bagianku.

Aku benci "A"

Aku benci

Aku benci sebab sejauh apa pun aku mampu membuatmu merasa hidup, aku tak pernah sekali pun kamu lihat.

Seharusnya aku sadar sedari awal bahwa aku hanya asing yang terlampau peduli.

Kamu hanya membagi hal-hal berat denganku.

Kamu tidak berniat membagi keseharianmu. Tidak. Tidak pernah.

Saat itu kamu hanya butuh pendengar dan kebetulan ada aku seseorang yang kamu rasa mampu menjadi tempat mengeluarkan seluruh sampah yang mendiamimu

Aku benci "A"

Aku benci

Betapa aku berharap aku selalu menjadi seseorang yang kamu jadikan tempat cerita

Sampai kapan pun

Tentang apa pun

Tapi kenyataannya untuk hal-hal sederhana yang kuharapkan itu tak pernah kamu bagi denganku

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang