Akhir-akhir ini aku sengaja memanggil-manggilmu yang telah lama terpendam dalam kotak memori.
Rupanya luka itu telah menjadi candu, hingga tiba sembuh terasa ada yang kurang dalam denyutku.
Sejak kamu pergi, aku benar-benar takut menaruh hati pada sesiapa.
Aku takut dengan ledakan kecewa atas dirusaknya percaya.Sejak pilihanmu angkat kaki, aku masih di sini. Bukan, bukan untuk menanti.
Hanya saja aku lebih senang berlama-lama menikmati patah hati, dibanding singgah ke lain hati.Butuh waktu lama untukku mencerna bahwa kepergianmu bukan sekadar ilusi. Sedang kau selalu hidup di sini; dalam lembar-lembar puisi, bait-bait elegi, juga sajak-sajak yang dipaksa mati.
Sejak saat itu pula aku belajar menghidupi diri sendiri, meredam segala jerit anak-anak rindu yang tak kuasa menahan sepi.
Sayangnya aku masih terlampau percaya akan mantra yang kau ucapkan saat tubuhmu mulai membelakangi.
Katamu, "Cinta tahu di mana tempatnya ia harus pulang."Kau berhasil menyihirku dengan dalih itu. Kau berhasil melonggarkan peluk hingga akhirnya melarikan diri.
Kau kian mengabu.
Alam raya berhasil mengastralkan rupamu dari hadapanku; tidak dari hatiku.Kau pergi dengan cara menipu,
kau tak pernah benar-benar pamit dengan cara baik.Kau menjelma cenayang.
Meledakkan aliran, merasuki kewarasan.Ritual apa yang mampu mengembalikan?
Berapa rupiah yang mesti aku kumpulkan?Aku benar-benar ingin menebusmu.
Aku tak mengesahkan pilihanmu.Aku kelimpungan, aku marah pada setiap hal.
Aku terlalu percaya janji.
Kau bedebah yang kucintai.
Keparat yang kuharap kembali.Bagaimana bisa, malaikatku menjelma iblis seketika?
Jampi-jampi mana yang merubahnya?
Ilmu hitam mana yang mengendalikannya?Nyaris bagiku menghilang dari bumi, sebab tak terima akan caramu pergi.
Bagaimana bisa, bosan menjadi alasanmu?
Di saat aku telah terjun bebas pada hamparan hatimu.
Di saat seluruh rasaku dengan rendah diri aku percayakan mengabdi.Kepergianmu tak pernah sebercanda itu... .
Aku memilih mengisolasi, menepi, mengasingkan diri sendiri.
Aku menjelma si monochrom tanpa variasi. Melankolis yang menutup diri.
Kau meninggalkanku terbakar hebat bersama bayangan. Kau maniak kekejaman.
Hari setelah kamu pergi tak pernah baik-baik saja. Jagatku gulita, patah hati bukanlah ujung yang kusangka.
Aku hanyut berserakan, tembok mimpi runtuh tak karuan.
Seluruhku rusak, bertahun-tahun aku terkoyak.
Tak ada yang mampu mengganti indahmu. Kau memiliki ruang semata wayang yang tak pernah bisa dimasuki siapa pun.
Banyak yang menawarkan bahagia, namun tak pernah kutemui getar sehebat yang kau cipta.
Bertahun-tahun, aku masih setia pada sendiri.
Sedang kau telah memantapkan hati, menikahi wanita yang semoga mampu membahagiakanmu hingga tua nanti.
Dan kita hanya tinggal cerita, dua rona merah muda yang membusukkan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Waktu
LosoweAku si anak waktu hasil rajam kenyataan. Dibesarkan oleh jagat yang jahat; kelewat keparat. *** Ditulis oleh : GANIA20 Cover by : Geulgram Instagram : distraksi_20 #Haram Untuk Plagiat, mwehehe.. Note : Belum direvisi, sangat bert...