Disparitas

94 22 121
                                    

Malam ini yang kubawa pulang berakhir angan belaka.
Penantian sekian lama tak jua meluruhkan asa.

Mengapa cinta?
Mengapa kau pandai sekali acuh tak acuh?

Di kerumunan ini kau berlagak tak kenal.
Kau pandai sekali berganti peran.

Sial, lagi-lagi harus aku yang memulai duluan.
Kau pasif atau memang enggan?

Kau terus berlarian di laut keramaian.
Tanpa menoleh ke belakang, aku kau tinggalkan.

Ini kecewa...

Sekian banyak yang ingin aku tanya, hingga sesak di kepala juga dada.

Namun, tanya-tanya hanya sekadar angan.

Aku takut jawaban akan semakin menyakiti perasaan.

Entah sistem apa yang bekerja dalam diri, meskipun tersakiti aku tetap terlampau peduli.

Segala tentangmu memang susah dicerna akal sehat.
Lacur, dan penuh muslihat.

Jika sudah begini aku mesti mendamaikan diri.
Berlagak baik-baik saja, seolah hal yang kuterima tak berduri.

Malam ini di bawah purnama aku menyeret langkah dengan lesu.

Lagi-lagi, angan kosong yang menghampiriku.

Sesampainya di pembaringan, kupaksa memejamkan mata dengan kepala yang ditumbuhi tunas-tunas sesak.

Sialnya aku terbangun dini hari dengan overthinking yang berlagak.

Ah, segala tentangmu memang penuh racun.

Antara hati dan logika, kau telah menginjeksi keduanya.

Kau huru-hara yang menjelma prahara dalam diri.

Sakit di sini, namun tak rela jika harus aku usir pergi.

***

#Sial!

Sabtu, 21 Agustus 2021
01.27 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang