Jika aku memilih mati

105 19 17
                                    

Masih tersendat-sendat untukku mencerna pengadilan semesta.

Siapa yang menyangka lakunya akan sebrutal ini?

Maniak, lihai memanipulasi.
Bahagia telah membutakan sanubari.

Sungguh gerilyanya rapi sekali, tanpa memunculkan teka-teki.

Boom!

Ledakan seketika mengamunisi.
Porak-poranda, lebur tanpa sisa.

Selamat datang di kehidupan dewasa.
Di mana kau akan sadar, bahwa tak pernah ada adalah keagungan.

Manusia tak pernah minta dilahirkan.
Sedang hidup sendiri terlampau brutal untuk dijinakkan.

Telah banyak kegilaan yang meremukkan temperung otak, mengoyak, membabat habis segala bentuk kewarasan.

Oh jiwa yang kerdil...
Lihatlah pertunjukkan datang-pergi yang mematikan nurani.

Dunia terlampau keparat untuk mempertahankan akal sehat.

Sia-sia mengakali untuk terlihat baik-baik saja.

Oh lihatlah, kehidupan jauh lebih licik dari kita.

Lihatlah habitat manusia yang memenjarakan kebusukan hati, susah payah membekap hasrat mengakhiri. Hingga kegagalan berulang kali untuk lari dari diri sendiri.

Oh dengarlah, untuk mereka yang menganggap bahwa hidup terlampau membosankan dan sia-sia dipertahankan. Mari kita bersulang.

Isi cangkir dengan segala jenis sumpah serapah serta makian yang memabukkan. Campurkan racun untuk pesta mengakhiri diri sendiri atas dunia yang terlampau menjijikkan.

Untuk kita yang memilih mengakhiri; yang isi kepalanya bising sekali, yang telah menjelma iblis dalam diri.

Ketahuilah..
Bahagia tak pernah bertahan lama, tak mampu membius kemandulan akal yang bertakhta.

***

#Mimbar Kematian

Minggu, 16 Mei 2021
18.53 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang