Untuk diriku sendiri:
Gapapa kalau masih sering merasa sedih, kesel, kangen, benci, marah, gak adil. Gak usah nipu diri sendiri. Perasaan ini nyatanya ada. Gak usah terus-terusan nyalahin diri sendiri.
Aku rasa ini jalan yang tepat. Baik, meski tidak menyenangkan. Karena kalau terus-terusan sama dia kamu cuma akan semakin larut dalam ilusi.
Ilusi apa?
Ilusi kamu merasa spesial bagi dia. Ilusi kamu merasa istimewa. Berhenti. Berhenti buat meraih dia lagi. Kamu gak bisa mengejar seseorang yang gak menginginkanmu. Dia baik, tapi dia bukan orang yang tepat. Mungkin porsi dia hadir emang udah cukup segini aja.Penolakan bukan berarti kamu tidak layak untuk diterima siapa pun. Kamu layak. Kamu pantas. Tapi bukan dia orangnya.
Perasaan hampa ini lebih aman dibanding rasa senang yang justru membahayakan.
Lagi pula aku rasa ini lebih baik. Karena mulai sekarang kamu bisa belajar berjalan sendiri. Cukup dengan diri kamu. Tidak lagi menggantungkan bahagiamu pada orang lain. Karena kamu ingat 'kan waktu itu, waktu kamu lulus SMA dan berpisah dengan sahabat-sahabat baikmu. Kamu tidak memiliki persiapan apa pun. Kamu tidak mengerti bentuk kehilangan seperti apa yang tengah kamu alami. Rasanya terlalu gila sampai kamu tidak lagi mengenali dirimu sendiri. Kamu terjebak dalam tubuh asing, dunia yang aneh. Iya, kehilangan mereka membuatmu kehilangan diri sendiri sampai kamu tidak lagi kenal makna bahagia.
Dunia dewasa penuh anomali. Lalu kamu mengenal dia. Laki-laki, teman baik, seseorang yang hidup di hati kamu, dia mengajarkanmu makna dewasa dan membuatmu mulai mengerti makna menjadi manusia. Kamu mulai berdamai dari kehilangan mereka. Jiwa kamu yang rentan menyambut laki-laki itu dengan euforia berlebihan. Di sini aku tidak menyalahkanmu. Karena aku tahu, serentan apa aku waktu itu. Sangat mudah untuk jatuh cinta karena jiwa kamu butuh penyeimbang, pelindung, rumah, apalagi saat itu dia meninggikanmu seolah tidak ada orang lain yang lebih istimewa dibanding kamu. Sampai kamu terlalu larut, dan memaknai itu sedemikian tinggi.
Perasaanmu merasa terisi dengan kehadirannya. Lalu kamu mulai menginginkan porsi lebih yang sejak awal sebenarnya tidak pernah bisa tercapai.
Detik mengantarkanmu pada kedekatan yang membuatmu merasa paling. Kamu tenggelam dalam ilusi. Kamu terlalu mendambakan ekspektasi.
Di sini, aku ingin menegaskan lagi, bukan sepenuhnya salah kamu. Aku mengerti diriku. Sangat wajar untuk jatuh cinta pada sinar satu-satunya yang hadir di masa kelam.
Semua ini wajar. Jangan menghakimi perasaan ini. Kamu wajar menyukai dia. Manusiawi menyukai rasa senang yang membuat perasaan-perasaan gelap itu sirna dengan adu tawa, jokes, dan berbagi isi kepala yang membuatmu merasa 'I found someone.'
Sayangnya, tidak semua perasaan bisa dibalas perasaan. Kamu harus bisa menerima ini. Kamu berhak merasa, dan dia berhak menentukan pilihan; adanya jawaban tidak.
Tidak perlu diforsir supaya sembuh sekarang juga. Seiring waktu. Jangan dipaksa. Pelan-pelan. Toh yang namanya sembuh juga masih bisa kambuh.
Patah hati mesti kita rawat dengan baik. Diterima, dihargai, diakui keberadaannya, jangan dibunuh. Perasaan kamu nyata. Akarnya menembus dalam. Cukup dengan kamu bertahan sehari demi sehari untuk hidup tanpa dia itu udah cukup. Perasaan ini akan selesai pada waktunya. Ia juga akan mengenal tenggang kadaluwarsa. Bukan lupa, melainkan ketika kamu mampu menerima.
Terima saja ketika jalanan kota menarikmu kembali pada banyak tempat yang pernah menjadi milikmu dengannya. Ini adalah siklus yang akan terus berulang. Kenangan akan berulang kali mencelakai ingatanmu. Dengan sadar menarikmu atau tanpa sadar kamu yang mendatangi tempat itu.
Diterima ya?
Meski dengan gamang, mari kita lanjutkan perjalanan hidup yang tertunda.
Aku sayang aku. Peluk…
***
#Sepulang penerjunan KKN.
Senin, 7 November 2022
17.18 WIB(GANIA20)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Waktu
RandomAku si anak waktu hasil rajam kenyataan. Dibesarkan oleh jagat yang jahat; kelewat keparat. *** Ditulis oleh : GANIA20 Cover by : Geulgram Instagram : distraksi_20 #Haram Untuk Plagiat, mwehehe.. Note : Belum direvisi, sangat bert...