Padamu aku ingin rebah

131 15 12
                                    

Sebelumnya, fyi, aku nulis ini sambil terngiang-ngiang lagu Nostress
(Seperti Dia) hehe,
°•°

Di dunia yang semakin enggak baik ini, bertemu denganmu sudah sepatutnya jadi hal yang aku syukuri.

Pada perjalanan ini aku sadar bahwa teman bukan hanya sekadar pelarian sepi, tapi juga tempat berbagi isi kepala yang susah dikendali.

Dulu aku kira persahabatan semasa SMA adalah hal luar biasa, dan tak akan lekas begitu saja.

Tapi kata "asing" kini adalah pemenang di antara harapan yang tergenang.

Seringkali aku tak mengerti bagaimana hidup berlaku sebejat ini?

Tak ada yang tinggal, ikatan telah terpenggal.

Bagaimana bisa?
Mengapa hanya aku yang tersisa?
Semudah itukah untuk terberai begitu saja?

Bertahun-tahun, mengapa masih sesak dirasa?
Mengapa padaku ikatan tak bisa bertahan lama?

Gelap, dengan segala kemilau di masa lalu.
Panas, dengan seganas-ganas cemas.

Mengapa persahabatan tak diperuntukkan untukku?

Amoral, diri menyalahkan keadaan kelewat brutal.

Lelah.
Untuk menjadi perasa dengan segala overthinkingnya, untuk berjuang sepihak.

Katanya, semua memiliki time line?

Tapi sungguh, mengapa mereka bisa mempertahankan hubungan dengan yang lainnya?

Sedang denganku, asing begitu saja.

Sudahkah garisku untuk terbiasa sendiri dalam perangkap sepi?

Hati ngilu dengan isi kepala yang kelewat beringasnya.

Fakir kawan, berantakan pula dalam percintaan.

Padahal segala hal baik telah aku upayakan, tapi tetap saja tak mampu menebus pemergian.

Begitu bodoh menganggap mereka segalanya, padahal diri hanya setitik yang berarti di masanya.

Gagal, gagal dan selalu gagal.

Mimpi, cinta, juga persahabatan.

Segala hal kembali mengingatkanku akan trauma masa kecil, akan diri yang sempat terkucil.

Mungkin menjadi badut sepertiku hanya selintas penghibur.
Lelucon, mudah terganti, tak berarti untuk ditinggalkan.

°°
Tapi di antara segala bentuk kecewa.
Di persimpangan hidup yang membingungkan, ada seseorang yang hadir sebagai pergantian.
Menjelma gerimis kala kemarau panjang.

Bagiku kau tak perlu menjadi hujan.
Sebab pondasiku rentan diterjang badai harapan.

Tanahku tentu rakus untuk sekadar menimang sejukmu, sedang kau terlampau basah untuk bersekutu dengan debu.

Denganmu, aku menemukan kenyamanan baru.
Denganmu, aku kembali menemukan diriku.

Terkadang aku ingin membenturkan kepalaku dengan isi pikiranmu.
Agar aku tahu, seberapa pantas seharusnya aku menjaga batas.

Aku tak ingin menyakitimu dengan obsesi, dengan posesif, dengan pemaksaanku yang ingin menjadi poros seluruh asamu.

Kedekatan masih menjelma trauma untukku. Diwarnai cemas, takut, dan hasrat gila yang aku redam mati-matian agar tak membinasakan segala.

Mari kuberitahu keinginan gila saat kau tak di sisi.

Aku meracau, mencambuk alam untuk mempercepat waktu; lekas menghadirkan temu.

Sebab di bagian itu aku ingin membekukan waktu, tepat di hadapan senyummu.

Aku ingin berkelana di keindahanmu.
Bercamping di mata cokelat; tempat pertama aku hanyut oleh pikat.

Di bahumu aku ingin rebah, sumarah dari resah yang menjamah.

Sebab dunia terlampau jahat.
Denganmu, tenang kudapat.

Sudahlah..
Membicarakanmu, khayalanku tak mampu lagi dijangkau naluri.

Menari-nari, lalu menangisi diri.

***

~Seperti Dia~
Lagu Nosstress

Hujan kini sering tak kunjung turun
Walau sudah musimnya
Rindu sejukmu sudah terasa
Sabar pun diuji di kala panas menerjang

Dan di saat kau turun seperti marah
Badan ini mulai terendam dan dingin
Tak ada tempat untukmu mengalir
Dan tak ada muara untuk rumahmu

Kau memang tak bisa dipaksakan 'tuk datang
Dan kau memang tak bisa dipaksakan 'tuk pergi

Sama seperti dia yang tak bisa dipaksakan
'Tuk mencintai kita

Sama seperti dia yang tak bisa kita hentikan
Untuk berhenti mencintai kita

Kau memang tak bisa dipaksakan 'tuk datang
Dan kau memang tak bisa dipaksakan 'tuk pergi
Sama seperti dia yang tak bisa dipaksakan
'Tuk mencintai kita
Sama seperti dia yang tak bisa kita hentikan
Untuk berhenti mencintai kita

Sumber: Musixmatch
Penulis lagu: Cokorda Bagus Pemayun

***

#Di bawah gemintang

Selasa, 18 Mei 2021
18.47 WIB

(GANIA20)


°°
Kamu baik, terlampau baik.
Hingga aku takut dengan segala hal baik itu.

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang