Untuk Nona Yang Ia Pilih

32 11 56
                                    

Kepada Nona yang ia cintai :

Nona, maaf jika aku lancang menulis surat untukmu. Bahkan kita tak saling mengenal apalagi bertemu. Dan aku hanya sekilas mengetahuimu dari chat di aplikasi bersimbol hijau miliknya bahkan tanpa ia tahu.

Maksudku menulis surat ini bukan untuk mengintrupsimu Nona.
Tidak, bukan untuk itu.

Aku hanya ingin menyampaikan beberapa hal yang aku harap kau bisa memahami dengan baik, dengan pikiran terbuka, dan tak tersulut emosi.

Nona, aku tidak tahu sejak kapan kalian memiliki hubungan, aku tidak tahu sudah sejauh mana kalian menjalin ikatan.
Apa yang membuatmu menyukainya, dan apa yang membuat ia memilihmu.

Nona tak perlu takut jika ia bermain-main denganku di belakang Nona.
Tidak Nona. Bahkan ia tak pernah memperlakukanku lebih dari sahabat.
Aku akui ia menjagamu dengan begitu hebat. Bahkan sedari awal kenal aku tak pernah bertemu dengannya dalam ranah privat.
Ia begitu setia kepadamu, bahkan dari cara ia menolak ajakanku selalu ada alasan yang membuatnya tampil begitu dahsyat.

Jika memang ia merasa kaulah yang pantas untuk menjadi tambatan, aku bisa apa selain mengikhlaskan?

Nona, aku harap kau menjaganya dengan teramat baik.
Aku tahu seberapa ia rapuh, Nona.
Aku sempat menemui air matanya yang hampir menetes saat bercerita perihal masalah yang ia hadapi.
Aku sempat mendengar betapa parau suaranya saat berbagi kisah hidupnya.
Aku tahu seberapa berat titik terendahnya.
Bagaimana jalan yang ia tempuh dalam proses mendewasa.
Seberapa ia berdarah-darah, namun tetap tak menyerah.
Sungguh, aku belajar banyak darinya.
Ia tangguh Nona, ia begitu tangguh.

Nona, aku harap kalian bisa saling membahagiakan.
Cintamu bisa menghapus seluruh kesedihan yang ia punya.
Sebab bukan aku yang memiliki kuasa juga berkesempatan untuk membuat bibirnya tertawa lalu dibersamai oleh hatinya yang ikut ditumbuhi bunga-bunga asmara.
Aku hanya bisa memulihkan sayapnya untuk membuatnya terbang lebih tinggi yang ternyata sayap itu ia gunakan untuk membersamaimu.
Kau yang ia pilih untuk ada di sisi.
Aku harap kau bisa merawat sayap yang sempat aku obati.

Aku titip ia.
Tolong kasihilah dengan baik.
Terima seluruh titik hidupnya, baik kala senang maupun pelik.
Peluk seluruh luka-lukanya, terima baik-buruknya.
Buat ia nyaman serta lengkapilah dengan ketenangan.

Aku memang teramat menyayanginya, namun jika bukan aku yang ia pilih, aku bisa apa?

Tenang Nona.
Aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengannya. Aku tidak akan memasuki zona tidak semestinya. Karena sebenar-benarnya aku hanya ingin ia bahagia, meski harus aku lewati pedih yang tiada akhirnya.

Aku hanya tercengang betapa rapi ia menyembunyikan keberadaanmu selama ini.
Kalau bukan karena aku yang meminjam handphonenya yang kujadikan senter beberapa sore yang lalu, entah sampai kapan aku terbodohi bahwa ia masih sendiri.

Ia sering bercerita denganku tentang banyak hal, bahkan hal-hal privasi.
Tapi entah kenapa hadirmu seperti disembunyikan.
Pantas saja saat bersamaku cara ia bermain handphone seperti orang yang mencurigakan, rupanya ia tak ingin ketahuan.
Namun ada baiknya juga aku mengetahui bahwa ia sudah berkekasih.
Setidaknya dari sini, mulai saat ini, aku lebih mawas untuk meminimalisir perih.

Nona, apa kau bahagia dicintai olehnya?
Bagaimana rasanya?
Haha, tidak-tidak. Aku sama sekali tidak ingin merenggutnya darimu.
Aku hanya ingin tahu betapa manisnya perasaan berbalas.
Betapa indahnya saling mencintai dengan cara terbuka dalam senandung yang selaras.
Apakah benar-benar membahagiakan?

Seseorang yang sekian lama berkubang patah hati sepertiku rasanya lupa bahwa bahagia semacam itu juga ada.
Rasanya lupa bagaimana jatuh cinta dengan saling mengupayakan untuk bersama.
Dengan saling, bukan paling.
Paling mendengar, paling mengerti, paling berusaha, lalu diam-diam ia malah berpaling.

Namun tak apa, aku dan patah hati sudah berkawan akrab.
Satu hari saja tanpa luka rasanya ada yang kurang lengkap.

Jangan cemas, masokis sepertiku sudah lihai sekali mengetahui cara paling nikmat merasakan katup-katup jantung diremas.

Silakan kalian berbahagia...
Rayakan masa muda dengan semeriah-meriahnya, dalam sefoya-foyanya.
Aku begini saja cukup.
Merayakan kesendirian, berkawan kesunyian,bertabur kehampaan yang semakin mencekat tenggorokan.

Jatuh cinta diam-diam benar-benar seni paling menakjubkan untuk mematahkan kesadaran.
Bagaimana aku mesti bersikukuh membujuk hati agar tak terus-terusan mengarah pada satu orang, juga pikiran yang tak berhenti berangan.
Seringkali aku ingin berhenti menjadi terlalu peduli, namun ternyata hatiku terlalu mulia sehingga dengan mudahnya berbaik hati.
Terlebih kau, medan magnet yang memiliki daya tarik bagi setiap kepingan hati.

Sudahlah, paling tidak mulai sekarang aku memiliki menu baru yang aku santap, bersamaan masa lalu yang masih aku ratap.

Kau berbahagialah...
Tak perlu kau risaukan, perasaanku sudah terbiasa berhambur kekecewaan.

"Biar cintamu ia dapatkan, agar hatiku semakin diliputi ketegaran."

***

#Dari aku yang menyayanginya dengan teramat, meski harus bersembunyi di balik kata sahabat:"

Sabtu, 27 November 2021
10.28 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang