Udah Gak Aku Kenal

12 1 0
                                    

Sekarang, aku ngeliat kamu udah bener-bener bukan kamu yang aku kenal. Kamu yang sekarang adalah orang baru. Aku udah gak kenal kamu. Kamu benar, kamu benar-benar memulai semua ini dari nol lagi. Kamu benar-benar bertransformasi menjadi sosok asing tanpa meninggalkan sedikit pun jati dirimu yang aku kenal.

Kamu bukan lagi kamu. Bahkan aku udah kehilangan perasaan itu saat melihat kamu yang sekarang. Anehnya, masih ada kesedihan besar yang belum terselesaikan mengenai dirimu yang dulu. Tapi kamu yang dulu udah gak ada. Udah gak ada kamu lagi. Kamu benar-benar bukan kamu. Aku udah gak kenal kamu. Bukan cuma asing, tapi kamu benar-benar bukan kamu. Desir aneh itu bahkan sudah tidak aku rasakan lagi saat melihat kamu yang sekarang. Tapi anehnya, perasaan mengenai kamu masih terus tumbuh tanpa pernah bisa dicegah. Perasaan ini semakin aneh. Aku gak ngerti.

Aku bukannya gak pernah berusaha untuk menghilangkan perasaan ini, bahkan setiap hari aku selalu berusaha untuk memusnahkannya tapi perasaan itu semakin tumbuh dengan semua ketidakbisaanku. Iya, ketidakbisaanku. Aku mau ngomong kangen, aku gak bisa. Aku mau ngobrol kayak dulu, aku gak bisa. Bahkan, untuk sekadar menatap mata kamu aku juga gak pernah sanggup.

Aku udah kehilangan kamu. Kamu yang sekarang benar-benar orang baru. Bukan cuma asing, tapi kamu benar-benar sosok baru yang seolah tidak pernah aku kenal. Tapi harusnya aku terbiasa ya, karena sejak awal, aku memang menyayangimu dengan semua ketidakbisaanku. Dengan kerinduan yang gak bisa pulang, juga kesedihan yang harus aku sembuhin sendirian.

Sekarang aku mau tanya, kamu sembunyiin di mana sosok itu? Sosok yang pernah begitu akrab dan bersahabat. Kamu sembunyiin di mana? Apa aku begitu salah besar? Apa salah besar dengan jujur mengenai perasaanku? Apa kesalahanku gak bisa kamu maafkan sampai kamu segininya? Aku tidak marah karena kamu tidak membalasnya. Aku tidak marah karena kamu tidak punya perasaan yang sama. Aku marah, aku kecewa karena tanggapan kamu kayak gini. Tanggapan kamu malah menghilangkan sosok yang aku kenal itu.

Kenapa? Kenapa jawabannya harus kayak gini? Kenapa jawabannya kamu seketika berubah menjadi sosok baru yang gak pernah aku kenal? Ke mana kamu yang dulu? Sebegitu salahkah aku? Sebegitu berdosakah aku? Sebegitu hinakah aku?

Hai!! Jawab!!!

Kamu membuang semuanya. Kamu membuang cerita-cerita kita gitu aja. Padahal dulu kamu sangat bersyukur bertemu denganku karena akhirnya bisa menemukan seseorang yang bisa kamu jadiin tempat cerita tentang semua hal-hal kelam kamu. Tapi sekarang aku kecewa ya, aku kecewa banget. Meski aku tahu, kamu gak akan peduli. Aku tahu itu. Aku tahu kamu gak pernah peduli. Selalu aku. Selalu aku yang over peduli. Dan itu yang menyakitiku. Kepedulian itu kini menjadi boomerang yang menyerang balik semua kebaikanku.

Aku kecewa sama kamu. Kecewa banget. Asli!

Aku iri dengan tawa kamu yang kini timbul karena orang lain. Padahal dulu saat sama aku kamu suka banget ketawa. Ketawa yang benar-benar puas. Dan aku cemburu ya, aku cemburu kamu ketawa seperti itu di hadapanku.

Setidaknya jangan tertawa lebih meriah melebihi saat kamu bersamaku. Jangan! Jangan di hadapanku. Tolong, hargai patah hatiku. Tawa kamu kini tidak lagi ramah. Itu cuma menjadi hal paling ujub yang pernah aku lihat dari diri kamu. Kamu terlihat sangat angkuh dengan tawa itu. Kenapa? Karena aku udah gak bisa lagi buat kamu ketawa. Iya! Aku iri. Aku cemburu. Iya!!

Kemarin, saat kamu baru dateng, temen-temen langsung menyorakiku, "Ga, itu lho pacarmu udah dateng." "Cie, si ayang. Si Ayang udah dateng."

Betapa banyak, A?
Betapa banyak orang yang sudah salah paham dan mengira kita ini pacaran?

Padahal, enggak. Mereka salah paham. Salah besar. Bahkan kita selesai tanpa pernah menjadi sepasang. Kamu bahkan gak bisa menghargai perasaanku. Kamu pergi saat tahu kejujuranku.

Aku gak baik-baik aja. Aku gak baik-baik aja ketika mereka tanya soal kamu. Aku cuma bisa diem. Aku cuma bisa diem, A. Aku gak bisa jawab apa-apa. Aku gak bisa jelasin ke mereka. Dan itu menyakitiku. Purwodadi cuma semakin mengingatkanku tentang kamu. Ada bayangan kita di sepanjang jalan. Membuat perasaanku ditumbuhi ruas-ruas kerontang tanpa jalan pulang.

****

#Setelah sekian lama
gak ketemu kamu.

Rabu, 12 Oktober 2022
07.39 WIB

(GANIA20)


Update: Saat Perjalanan Pulang Kuliah (Jln, Pulgendl)

19.10 WIB
Rabu, 12/10/22

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang