"A"

78 9 0
                                    

Sabtu, 9 Oktober 2021

~~

Kau tahu?
Aku selalu senang pada apa saja yang mempertemukan kita, meski kadang kesal pada waktu yang cepat berlalunya.

Pukul 09.38 WIB

Aku baru membuka aplikasi WhatsApp dan menemukan pengumuman di group kelas bahwa nanti sore ada visitasi dosen wali.

Ini tak salahkan?
Sungguh?
Apa kau tahu apa yang aku pikirkan pertama kali setiap ada agenda kampus?
Iya, kau dan segenap pertemuan.

Kau adalah sosok yang selalu aku nanti dalam setiap kesempatan, meski kadang pertemuan terlalu singkat dan tak memenuhi harap yang kelewat ketinggian. Aku mendambamu bak oksigen yang mengganti karbon dioksida, mengisi paru-paru yang sekian lama lupa bahwa hidup bukan hanya tentang menerima udara, tapi juga mensyukuri setiap hela.
Dan kau adalah sosok yang kunanti meski harus menghitung puluhan hari.

Sebab aku memaknaimu sebagai harmoni yang menjaga kedamaian.
Ketenangan yang magis, tawa yang melunturkan tangis, dan denganmu aku merasa segalanya akan baik-baik saja meski nyatanya tengah dihujam duka berlapis.

Pukul 15.49 WIB

Setelah bersiap beberapa jam sebelumnya, akhirnya aku mengeluarkan sepeda motor dari rumah dan memulai perjalanan. Di sepanjang jalan aku berusaha menata hati dan pikiran agar minim ekpektasi, sebab pertemuan sebelumnya yang kudapati hanya kecewa yang melukai.
Kali ini aku sedang enggan berkawan dengan sedih.
Sungguh, bukannya aku tak sudi bersedih karenamu, aku hanya sedang lelah, sungguh hanya sedang lelah.
Mungkin pada pertemuan kali ini memandangmu dari kejauhan lebih dari cukup, pikirku.
Setidaknya aku mampu memberi makan rindu, dengan tetap menjaga kesehatan hati.

Padahal sudah beberapa minggu rasanya aku ingin berteriak meminta temu. Seluruhku tengah membutuhkanmu. Setidaknya aku butuh untuk kau temani, untuk kembali mencharger energi baru.
Jagatku benar-benar sedang melelahkan, aku butuh temu juga tawamu sebagai pemulihan.
Dan pertemuan tiba-tiba hari ini cukup menjadi jawaban, bahwa memang Tuhan sang maha mengabulkan.

Kau tahu?
Rasanya aku benar-benar bersyukur pada pertemuan seperti ini, sebab meminta padamu rasanya aku sudah terlalu lelah pada penolakan dan tak ingin memperparah kekecewaan.

Inilah sebab mengapa aku menyebutmu sebagai sosok paling mahal.
Sebab jarak dan waktu terlalu posesif padamu.

Pukul 16.10 WIB

Aku sudah sampai di kampus beberapa menit yang lalu, dan kini dering WhatsApp menampilkan pesanmu.
Kau tanya aku ada di sebelah mana, dan kini aku ada di depan kelas.

Kau tahu?
Mataku punya kuasa sendiri untuk dapat menemukanmu bahkan sejak kau masih memarkirkan sepeda motor.
Lalu aku melihatmu menuju bangku taman, membuka handphone dan menanyakan keberadaanku.
Padahal sudah sedari kau datang aku tahu keberadaanmu, bahkan cara kau berjalan aku perhatikan.

Iya, di sini, aku tengah memandangmu dari kejauhan.
Memperhatikan gerak-gerikmu, caramu duduk, mengetik pesan, melihat sekitar, mengirim pesan yang menanyakan keberadaanku dan mungkin pesan yang kau kirim ke orang lain, atau bahkan perempuan lain?

Meskipun aku tak tahu nama perempuan mana yang ada di aplikasi bersimbol hijau milikmu selain aku.
Nomor siapa yang sering kau hubungi, siapa nama yang sering kau cari, dan manusia mana yang mengisi hati.
Lagipula bukan hakku mengetahuinya 'kan?
Kau pun berhak menentukan pilihan.
Sedang aku, sudah seharusnya lebih berhati-hati menjaga hati dari keperihan, dan tak menancapkan duri semakin dalam.

Beberapa hal mungkin akan lebih baik untuk tidak diketahui.
Selain kita hanya sebatas teman, juga karena aku tak memiliki daya meremuk perasaan.

Lalu setelah kau mengetahui keberadaanku, aku menyuruhmu datang.
Di sini, di depan kelas aku tengah duduk bersama beberapa kawan.
Dari gerak tanganmu kau memintaku untuk menghampirimu di bangku taman yang sepi tanpa sesiapa.
Dan ya, aku menghampirimu yang hanya beberapa langkah dari tempatku sekarang.
Mendapatimu tentu aku senang.
Setelah tidak bertemu lebih dari sebulan, kau nampak lebih gemukan, tapi tenanglah, aku tak mempermasalahkan.
Malahan aku mendoakan semoga itu tanda kau diliputi kebahagiaan.
Meski bukan aku penyebabnya, tapi melihatmu tertawa itu menyenangkan.

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang