Beri Aku Waktu

31 6 4
                                    

Sebentar, izinkan aku menepi.
Beri aku waktu untuk tak menghubungimu sampai aku berhasil memahami.

Sebab aku masih tercengang oleh kolom chatmu yang kemarin aku temukan.
Kenyataan telah menunjukkan fakta bahwa kau memiliki satu perempuan yang dengannya kalian saling mengikat sayang.

Sewajarnya manusia memiliki banyak sudut pandang.
Satu sisi dadaku sesak mengetahui realiti, namun sisi lain dengan sadar aku tahu, kau berhak menentukan siapa pemilik hati.

Namun, bagaimana bisa?
Siapa dia?
Dari mana asalnya?
Mengapa aku tak melihatnya datang?
Mengapa kau tak berterus terang?

Seringkali aku bertanya apa kau memiliki kekasih?
Kau berdusta, "tidak." katamu.

Lalu ini apa?
Sejak kapan?
Sejak kapan?
Sejak kapan?
Sudah sejauh mana kalian menjalin ikatan?
Sudah sejauh mana?

Jadi selama ini, saat aku berharap, mungkin saja kau dan dirinya tengah saling berbagi kehangatan.
Saat aku terbuai, mungkin saja kau dan dirinya tengah saling mengupayakan masa depan.
Saat pikiranku tak lepas darimu seharian, mungkin saja kau dan dirinya tengah saling bermesraan.
Saat aku cemas sebab kita tengah tak berkabar, mungkin saja kau dan dirinya tengah saling sibuk berbagi keseharian.

Saat kau menolak pertemuan dengan berbagai alasan, rupanya kau tengah menjaga hati seorang perempuan.
Pantas saja sampai sekarang kita tak pernah bertemu di luar hal-hal yang bersangkutan dengan perkuliahan.

Bravo. Luar biasa. Hebat sekali!
Tampaknya, terlalu rapi kau sembunyikan musuhku di dalam selimutmu (siapa saja yang berani merenggutmu dariku akan kusebut musuhku).

Aku kira aku yang selalu ada, rupanya ia yang mendapatkan cinta.
Lalu mengapa seringkali kau berkata aku ini istimewa?
Si istimewa yang selalu kau jadikan rumah sakit kala semesta kembali membuatmu teraniaya?
Rupanya tugasku selama ini hanya sekadar mengobati, bukan seseorang yang berkesempatan kau jadikan tambatan hati.

Memang, kau memang tak pernah memperlakukanku lebih dari sahabat.
Rupanya di balik itu, kau tengah menjaganya dengan begitu hebat. Luar biasa!

Masih kurangkah telinga ini mendengar keluh kesahmu?
Belum cukupkah waktuku untuk membalas segala aduanmu?
Jika aku yang kau rasa menenangkanmu, mengapa ia yang memenangkanmu?

Rupanya selama ini aku salah memberi arti, aku terlalu berlebihan memberi peduli.
Sebenar-benarnya rasa cemburu paling menyakitkan ialah cemburu kepada seseorang yang diam-diam memiliki lain tambatan.
Namun itu bukan salahmu, sungguh.
Aku saja yang tak cukup berani menyampaikan apa yang sebenarnya patut kau ketahui.
Dan kau pun berhak memilih siapa yang sebenar-benarnya pantas menjadi pengisi.

Selama ini kau tak pernah menunjukkan sosoknya mungkin karena kau tetap ingin berkawan baik denganku.
Kau tak ingin kehilanganku sebagai seseorang yang mampu mendengarmu dengan begitu baik.
Kau bersyukur memilikiku sebatas sebagai sahabat, bukan perempuan yang membuatmu terpikat.

Hahaha...
Begitukah?

Beri aku waktu untuk menerima semua ini, untuk ke depannya lebih tahu diri, untuk tak mengharapkanmu yang justru akan membuatku celaka berkali-kali.
Akan aku usahakan untuk ikhlas, walau sudah pasti air mata akan mengucur deras.
Kesalahanku ialah tak pernah merasa, bahwa untukku kau tak pernah punya cinta.

Kau tak pernah menyadari relung hati yang kini dipersekusi kecewa, mengarakku ke tempat manusia-manusia pemuja duka.
Menyeretku ke sunyi paling panjang dengan pahitnya sebagai persembahan.

Namun ada baiknya pula aku mengetahui.
Setidaknya mulai sekarang aku menjadi sadar dan tak mengharapkanmu berlebihan.

Di balik semua itu, kau tetap sahabat baik yang memberi warna di hidupku.
Seseorang dengan kisah luar biasa yang membuatku belajar menjadi manusia seutuhnya.

Sudahlah, rangkai bahagiamu. Aku mengalah.
Aku mengalah sebab percaya, kalau kau memang untukku, setinggi apa pun sayapmu membawamu menjelajahi, mudah bagi Tuhan menjadikan aku satu-satunya yang akan membuatmu menetap sampai matamu menutup.

Tugasku sekarang ialah tetap berada di peran semestinya, tak kurang, tak lebih.
Menjadi sahabat, meski diam-diam hubunganmu dengannya membuatku tersayat.
Tenang saja, kau tak akan kehilangan segala perhatianku.
Aku hanya menyembunyikannya dengan lebih rapi lagi.

***

#Bravo!

Jumat, 26 November 2021
11.53 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang