Nadir

350 159 82
                                    

Dengar diri..
Ada beberapa hal dalam hidup ini yang semakin dipertanyakan bukannya mendapat jawaban malah semakin memuat tanya bercabang.

Cabang-cabang itu seringkali menjadi muara gelisah, berpikir berlebih hingga naasnya menjadi sebab kita menyalahkan kuasa-Nya.

Kadangkala kita perlu membiarkan muara itu mengalir menembus garis waktu hingga Tuhan yang akan menjawab segenap kebimbangan kita dengan sendirinya.

Kita seringkali terjebak dalam pikiran, terperangkap dalam enigma yang tak kunjung menemui ujung.
Merasa menanggung hidup paling berat hingga berandai-andai memiliki hidup seperti yang didambakan.

Hai diri..
Cobalah sejenak untuk keluar dari lingkaran yang kita buat, cobalah berpikir lebih luas dari beragam sisi dengan kelapangan hati.
Jangan hanya berpusat pada masalahmu, lihat kembali orang-orang di bawahmu.
Dengan begitu kamu mampu mensyukuri hidupmu.

Bukankah Tuhan itu baik?
Ya sungguh, Dia sangat baik meski kita sering kufur atas nikmat-Nya.

Dengar hati..
Aku tahu sulit untukmu bangun dari kisah indah itu. Saat di mana semuanya terasa lebih mudah, hari-hari penuh warna dan peluk.
Saat di mana kamu tak pernah berpikir pelik untuk sekadar menceritakan masalahmu.
Lengan-lengan mereka terbuka lebar siap menerimamu kapan saja, orang-orang di sekelilingmu begitu tulus seolah kamu selalu mampu lari dari rasa kesepian. Mereka sangat mengertimu dan mereka sumber bahagiamu.

Namun apa?
Kamu menjadi ketergantungan terhadap mereka yang kamu anggap sahabat. Hingga kamu lupa.
Kamu lupa caranya menyelesaikan masalahmu sendiri. Kamu lupa rasanya sepi, kamu tak lagi menghargai sunyi.
Kamu terlalu membuka diri hingga lupa bahwa segala sesuatu memiliki batas.
Ya, kamu hampir menjadi sosok fasik yang menyegalakan manusia.
Akhirnya kenyamanan itu membuat hubunganmu dengan Tuhan jauh dari kata intens. Kamu mengandalkan mereka dan melupakan Tuhan.
Kamu jemawa, kamu terlalu bahagia.

Hingga saat itu tiba.
Saat di mana genderang perpisahan siap ditabuh.

Kamu lupa bahwa hidup adalah serangkaian pertemuan dan perpisahan.

Sayangnya hidup tak pernah lupa. Seindah apapun hal itu hidup tak peduli, ia akan terus melaju. Sebab hidup adalah sekumpulan waktu yang berkuasa atas pergerakan.

Begitulah pertemuan, selalu memiliki pasangan yang bernama "Perpisahan".


Kamu gelagapan.
Kamu kehilangan duniamu.
Mereka melangkah saling membelakangi dengan dalih suatu saat ada masanya bertemu lagi.

Kurasa tak berlebihan jika aku jujur bahwa hal itu membuatmu tenggelam dalam sunyi.
Hari-harimu mati.
Nyatanya perpisahan itu bukan hanya perihal kehilangan mereka. Kamu kehilangan dirimu, kamu kehilangan warna, bahkan kamu kehilangan kenyamanan hidup sebagai manusia.

Kamu menjadi sosok pemurung.
Kamu mengasingkan diri dalam kegelapan. Kamu jauh dari sosok periang yang dikenal orang.

Hatimu terlalu sempit untuk kehilangan.
Kamu tak pernah siap menemui perpisahan.
Bagimu perpisahan adalah perihal nanti-nanti hingga akhirnya kamu lupa diri.

Kini ragamu terkubur bersama dongeng-dongeng indah masa lalu.

Bak bom atom hal itu meluluh lantakan duniamu seketika.

Sedang mereka?

Omong kosong jika semuanya tetap sama.

Tampaknya mereka telah berbahagia dengan dunianya. Mereka berhasil beradaptasi. Mereka mampu membuka diri. Mereka telah berbaur dengan orang-orang baru dan kenyataan pahitnya "mungkin" mereka telah mendapat penggantimu.

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang