Sajak. Maaf, kutinggalkan sejenak...

54 12 8
                                    

Aku tengah kehilangan minat menulis.

Sejak bahagia bukan sekadar untaian, khayalan, atau mimpi yang tak kesampaian.

Ia ada, ia hadir.
Ia benar-benar hadir.

Benar, bahwa segala rasa berotasi.
Dan mungkin roda hidupku tengah  mengangkat diri.

Dia; seseorang yang sudah seringkali aku ceritakan sepanjang sajak ini, kurasa akhir-akhir ini benar-benar menjadi seperti yang kuinginkan.

Ia membuatku benar-benar hidup, dan kembali tertawa pada apa saja.

Ia menyeimbangkanku,
ia mengembalikan diriku.

Jika sudah begini rasa-rasanya aku tak tahu diri.

Sajak-sajak kutinggalkan, aku lebih suka melamun di tepi ranjang, atau sekadar menonton serial tv tentang muda-mudi yang jatuh hati.

Benarkah ini jatuh hati?

Entahlah, yang jelas aku lebih memilih menikmati euforia ini.

Aku mulai mengikuti permainannya,

Satu dua, satu dua, bak tapak kuda.

Omong kosong soal keindahan sajak!

Biarlah sajakku kali ini berantakan,
dan bergerak menjauhi aturan keindahan.

Sekarang bagiku bahagia itu dirasakan, bukan sekadar tumpukan sajak basi berisi impian yang diidam-idamkan.

Aku benar-benar tak tahu diri... .

Padahal kala lara siapa yang menjadi pelipur?

Sajak-sajak ini tak pernah undur.

Siapa juga yang menemani kala dirundung perih?

Sajak-sajak ini tak pernah melarikan diri.

Ah dasar si aku ini dungu,

Biarlah, biar kunikmati dulu.

Sajak, nanti aku kembali lagi... .

Sebab kau adalah bagian dari diriku yang tak pernah pergi.

Nanti aku kembali, Sajak... .

Izinkan si empunya tubuh ini bahagia dulu; sejenak.

Sajak, nanti aku kembali... .

Sebab kaulah belahan;

Tanah tumpah perasaan.

***

#Euforia

Rabu, 23 Juni 2021
07.30 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang