Tolong, Jangan Sekarang...

56 4 0
                                    

Saya takut.

Saya takut kamu pergi. Saya takut.

Saya ingin kamu di sini, tapi saya sadar kamu berhak berkembang, kamu berhak bahagia, kamu berhak mengepakkan sayap-sayap mimpi, kamu berhak atas masa depan yang lebih baik.

Saya cuma takut kehilangan seseorang yang selama ini membuat saya menemukan makna lebih baik untuk hidup. Saya takut kehilangan kamu.

Saya benci harus kehilangan banyak orang karena di hidup saya tidak punya banyak.

Dan kamu tahu itu.
Kamu tahu bahwa setelah sekian lama akhirnya saya menemukan satu orang lagi.

Dan orang itu kamu.

Kamu berhasil masuk ke dunia saya.
Kamu berhasil menempati ruang yang saya beri arti besar.
Kamu memberi warna baru di hidup saya.
Kamu warna baru yang menjadi cahaya di temaram saya.

Saya sedih, tapi kamu bahagia.
Mau kamu tahu bahwa saya sedih, itu lebih berbahaya.
Saya ingin egois, tapi saya sadar bahwa kamu berhak menentukan hidup kamu sendiri, kamu berhak bahagia.

Saya ingin kamu.

Saya ingin kita.

Saya ingin kamu di sini.

Tapi...

Entah sekarang atau nanti pada akhirnya saya harus terbiasa sendiri 'kan?

Iya, saya harus terbiasa.

Toh pada akhirnya mungkin kita juga akan saling melepas.

Sekarang kamu apa kabar?
Sepertinya kamu sudah bertemu dengan definisi bahagia yang selama ini kamu perjuangkan. Apa kamu sudah benar-benar bahagia sekarang?
Karena sejak awal kita kenal kamu selalu mengungkapkan motto hidup kamu yang ingin bahagia.

Gak tahu ya, satu sisi saya ikut bahagia karena kamu bahagia, tapi satu sisi lain saya takut kamu berubah dan pergi meninggalkan saya.

Apakah memang porsi hadirnya kamu sudah cukup sampai di sini?

Rasanya saya semakin susah meraih kamu, rasanya kamu terbang terlalu tinggi bersama mimpi-mimpi.

Saya masih di sini, dalam ruang gelap yang sebelumnya kamu temani.

Saya ingin bercerita banyak, tapi sekarang kamu sibuk. Dan mungkin cerita saya hanya akan mengganggu kesibukan kamu.

Apakah nanti kita bisa bertemu lagi?

Saya takut.

Benar-benar takut.

Saya mulai merasa kehilangan, tapi kenyataannya kamu tidak pernah saya miliki.

Sungguh, saya ingin bercerita banyak.
Tentang semua kekhawatiran, ketakutan, kecemasan dan semua perasaan menumpuk tentang kamu yang mungkin hanya akan kamu tertawakan.

Tapi bagi seseorang yang sekian lama menutup diri, ini bukan perihal yang mudah. Di mana ketika saya sudah membuka diri saya, menceritakan banyak hal sama kamu, membagikan hidup saya, sekarang kamu sibuk dengan dunia kamu sendiri dan saya takut kita akan memiliki batas. Karena meskipun sefrekuensi, yang namanya berubah itu tidak bisa diprediksi.

Dulu kata kamu, saya bisa membagikan banyak hal sama kamu. Saya boleh menceritakan semua hal yang saya alami.

Saya rindu kamu dengarkan. Saya ingin kamu tahu semua ketakutan saya. Ketakutan yang saat ini benar-benar mengganggu saya, dan menghantui ketenangan saya. Bahkan ketika saya berusaha tidur perasaan kosong dan takut itu menekan saya, hingga ketika saya bangun saya gelagapan sampai Ibu saya takut saya kenapa-napa.

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang