Akhirnya kamu tahu, A.
Akhirnya rahasiaku kamu ketahui.
Baik, aku membenarkan satu peribahasa ini bahwa, "Sepandai-pandainya kita menyimpan rahasia suatu saat akan terbongkar juga."Aku sudah tertangkap basah, rasanya tanggung jika tidak berterus terang.
Baik, ini pengakuanku.
Sebelumnya, masih bisakah kita tertawa bersama-sama? Haha…
Ayo tertawalah, bukankah kita pernah berteman baik?
Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu tahu? Apa kamu menemukan surat yang kutinggalkan di dekat bunga? Surat yang kulipat dengan bentuk aneh, yang jika kamu benar-benar tahu mungkin kamu akan langsung menarik suatu implikasi, atau langsung buang muka seperti yang terjadi akhir-akhir ini?
Apa ketololanku yang satu ini benar-benar ketahuan?
Haha…
Tapi mungkin ada baiknya juga rahasia ini terbongkar. Setidaknya aku merasa ada beban yang terangkat. Meski dengan konsekuensi hari esok yang kita temui adalah keterasingan paling terpaksa.
Apa kamu jijik dengan terbongkarnya sindikat ini?
Apa kamu marah akan jenaka yang amat tersurat?Surat ini aku tulis sebagai duplik atas replik untuk akhirnya terang pokok yang diajukan di meja kontensius guna menyudahi adanya tindakan main hakim sendiri. Kini kenyataan terpampang jelas bahwa ternyata perkara Obscuur Libal.
Tidak ada kesempatan untuk maju, dan sekaranglah waktu untuk mundur.Sejak awal aku tahu semburat pink yang tumbuh itu ada di tempat yang salah.
Euforia yang memperdaya. Yang setiap pertumbuhannya harus segera dipangkas. Kesenangan yang ada di puncak tertinggi itu tidak lebih dari fatamorgana.Dan sejujurnya aku gelagapan mengatasi rasa senang pada level seperti ini. Ini bukan untukku. Aku merasa ada yang salah. Kesalahan yang harus segera dibenarkan. Namun, setiap aku berusaha membenarkan aku malah semakin tenggelam oleh usahaku sendiri.
Dan dengan terpampangnya simfoni ini mungkin memang sudah waktunya mengakhiri yang tidak pernah terjadi. Karena aku tidak mungkin berada dalam liga ini. Sensasi yang ditawarkannya hanya membawaku pada arah ketidakjelasan yang mesti segera dipastikan.
Bukan tugas kita memaksa seseorang untuk menerima perasaan kita, kita hanya bisa memberi.
Dan untuk gencatan aturanmu sejak awal agar aku tidak mengikutsertakan perasaan dalam pertemanan ini, maaf.
Aku tidak mengatakan semua terjadi begitu saja, tidak.
Aku mengenali setiap tumbuh-kembang perasaanku. Setiap kemajuannya membuatku was-was. Sampai aku kehabisan akal untuk menanganinya. Di satu sisi aku ingin kamu tahu, di sisi lain, aku bertahan pada diam sebab aku tidak siap dengan jawaban "tidak." Akhirnya aku manyampaikan itu dalam bentuk kepedulian yang kerap kamu pertanyakan mengapa aku bisa sepeduli itu.
Tidak ada, tapi siap sedia.
Tidak tampak, tapi tidak jauh berjarak.
Tidak juga kelihatan, tapi selalu beri perlindungan.
Tidak pernah dipandang, tapi kirim sayang.
Kalau sudah soal ketulusan, kita akan menjadi malaikat pada waktunya.Aku tidak bermaksud pamrih, A.
Sebab aku senang pernah menjadi seseorang yang peduli untukmu. Sebab aku senang setidaknya satu-satunya cara penyaluran afeksi itu pernah kamu terima.Aku senang di setiap kamu membutuhkanku dan bercerita panjang lebar. Sesuatu yang membuatku merasa hangat. Meski tidak aku pungkiri bahwa ada sisi diriku yang menganggap itu sebagai investasi. Iya, aku berharap kamu juga menjadi peduli kepadaku sebagaimana aku.
Namun, aku tahu bahwa peduli adalah pekerjaan sukarela paling menyebalkan. Jadi, aku tidak bisa memaksa. Itu sebuah ketidakmungkinan. Sampai pada akhirnya rasa peduli itu berubah menjadi boomerang yang menyakitiku. Aku sakit karena terlalu peduli. Kepedulian yang membuatku larut. Kamu pernah mengatakan bahwa aku tulus, tapi nyatanya aku tidak setulus itu, A. Ternyata baik sama orang juga harus ada batas wajarnya. Tidak aku bantah jika pada kenyataannya aku ingin kamu lihat. Perasaan ini ingin kamu lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Waktu
RandomAku si anak waktu hasil rajam kenyataan. Dibesarkan oleh jagat yang jahat; kelewat keparat. *** Ditulis oleh : GANIA20 Cover by : Geulgram Instagram : distraksi_20 #Haram Untuk Plagiat, mwehehe.. Note : Belum direvisi, sangat bert...