Aku Murka!

15 2 0
                                    

Banyak kerugian yang kudapatkan sebab mencintaimu.
Kerugian-kerugian yang membuatku kesal, benci bahkan dendam. Namun, najisnya tetap tak menghilangkan kendali sayang yang sudah tumbuh terlalu jauh.

Ada banyak kerugian yang mesti aku tanggung tanpa sepengetahuanmu.

Jelas, aku rugi.

Aku rugi ketika kau senantiasa memenuhi isi pikiranku sedang di sana kau asyik dengan duniamu.

Padahal tak pernah ada hari yang terlewat tanpa berusaha menyingkirkan perasaan ini namun gagal.

Aku benci kau tak pernah lagi membagi bagian-bagianmu.
Aku tidak terima kau memblokade aksesku dari yang menjadi di sisimu.

Bagaimana bisa semudah itu aku tersingkir dari takhtaku?

Kau gulingkan aku dari singgasana yang selama ini memberiku wewenang.
Kau mengkudeta dan mengambil alih kuasa dengan cara ilegal.
Kau merobohkan legitimasi dengan cara brutal nan inkonstitusional.

Kau sukses.
Sukses dapat melakukan konsolidasi dalam membangun adanya rasa memiliki hingga mendapat persetujuan dari sudut-sudut ruang yang  menempatkanmu pada bagian fundamental.

Entah bagaimana awalnya?
Entah di mana letak salahnya?

Entah bagaimana bisa?

Entah bagaimana bisa kita menjelma bak dua orang asing yang tak pernah ada dalam cerita?
Entah bagaimana bisa dalam waktu sekejap kita berubah saling mengacuhkan?

Tiba-tiba kau menutup seluruhmu dariku. Kau batasi aku dari segala yang dulu-dulu tak pernah terbatas.

Entah bagaimana bisa?

Aku benci menjadi yang tersisih.

Bagaimana bisa dalam waktu seketika kita menjadi dua manusia yang tak lagi saling peduli?

Atau lebih tepatnya kau yang tak lagi peduli. Dan aku, aku terpaksa mengikuti cara mainmu sebab baikku sudah tidak baik-baik saja.

Aku dipaksa angkat kaki dari ranumnya nyaman yang kuagungkan begitu tinggi.

Aku merasa rugi.
Rugi saat aku harus susah payah menikam rindu sedang di sana kau asyik memadu cerita yang tak pernah kau peruntukkan untukku.

Aku merasa rugi.
Rugi sebab dari apa-apa yang telah kita lewati berdua kau mampu meninggalkannya dengan mudah. Sedang aku, aku dijajah perasaan yang tak kau ijabah.

Sebenarnya di mana letak salahnya?

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa kita menjadi sedemikian jauh?

Padahal sebelumnya selalu aku yang kau jadikan tempat rahasia-rahasiamu berlabuh.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa semua berubah sedemikian cepatnya?

Sesungguhnya aku tidak terima.
Aku tidak terima kita habis begitu saja.

Aku murka.

Aku murka dengan semua kedunguanmu.

Aku murka sebab aku tidak pernah bisa membencimu.

Aku murka dengan perasaanku yang tidak pernah habis meski berkali-kali telah kau habiskan.

Aku murka.
Aku murka sebab aku tidak bisa mematikan perasaanku yang sudah kau buat mati-matian.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa kau bisa-bisa saja tanpaku?
Sedang aku tak pernah bisa biasa-biasa saja tanpamu? Bagaimana bisa?

****

#Ditulis sekali waktu, kala aku mengetahui kau sedang ada di pulau Lombok.
Padahal, padahal esok hari kita akan bertemu dan dengan menjijikkannya aku sudah merangkai banyak hal dalam pertemuan kita nanti. Naifnya, kau tidak akan hadir. A:'


*Minggu, 21.36 WIB

GANIA20

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang