Pragiwaka (Kewaspadaan)

137 37 33
                                    

Beberapa hari ini pikiranku semakin tak sehat.
Entah ini efektif atau buruk, ia mengajakku meminimalisir luka lebih awal.
Mewanti-wanti agar tak kembali terpuruk.

Kedunguannya tak terbantahkan.
Sejak mimpi malam itu, mimpi yang selalu meneror kedekatan.
Menari-nari memamerkan cuplikan kehilangan.

Entah harus aku syukuri atau rutuki, pasalnya ia selalu menjadi tembok pembatas diri.
Menjelma tameng penakar euforia, tak mengizinkanku terlalu jauh dari melakonlia.

Mungkin inilah masokis; sang penikmat luka, bahwa hati yang teriris lebih estetis dibanding tawa.

Ya, aku dipaksa perang melawan beberapa rasa.
Menjauhi kerumunan perasaan.
Katanya, garis statis lebih layak huni bagi hati yang masih tertatih untuk berdiri.

Sebegitu rentan kah aku untuk terjatuh?
Sebegitu belum siap kah aku menerima orang baru?
Dan sebegitu takut kah aku untuk kembali kehilangan?

Padahal diri andai kau tahu,
Dunia tak lebih dari skenario luka berkepanjangan.

Mari sejenak menepi.
Bertafakur agar lebih tahu ukur.

Kadang dibeberapa waktu egois diperlukan.
Kadang kesehatan diri lebih layak untuk diutamakan.

Mari berkencan dengan sepi,

Kembali mewaraskan diri.

***

#Ruang Isolasi
(Tapi bukan isolasi
corona wkk)

Kamis, 8 April 2021
16.04 WIB

Salam,
(GANIA20 ❤❤)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang