Di ambang bimbang

504 213 168
                                    

Kadang heran sama hidup,
rasanya semakin jauh dari kata normal.
Seperti dipaksa berjalan tapi tidak pada jalurnya.

Aneh, tapi harus dijalani.
Capek, tapi harus tetap maju.
Semakin dewasa rasanya semakin sepi dan insecure.
Semakin individualis.

Bukan, bukan karena pilihan, tapi memang waktu yang seakan membuat semuanya harus dihadapi sendirian.

Tak ada yang benar-benar dekat.
Mustahil seseorang dijadikan sepenuhnya hak milik.
Manusia hanya datang di saat ada perlu.
Bahkan kadang pikiran ini menghasud bahwa orang baik hanya ada di masa lalu.

Rasanya ingin bercerita, tapi tak menemukan seseorang yang benar-benar pantas untuk menjadi tempat cerita.
Semuanya sekadar kenal, datang dan pergi hanya untuk basa-basi.

Menjadi dewasa apakah sekaku ini?

Rasanya capai sendirian, jiwa dipaksa melaju dan terus dipecut waktu. Rasanya ingin berbagi, tapi hati tak menemukan tempat untuk membuka diri.

Seperti hidup di dunia yang salah.
Ingin kembali, namun mundur bukanlah pilihan.

Apakah memang menjadi dewasa sesesak ini?
Atau langkahku saja yang salah?
Lalu bagaimana wujud kebenaran? Adakah ciri jalan keluar?

Atau untuk sementara semuanya memang harus dibiarkan begini dulu? Mengikuti alur tanpa tahu di manakah ujung.

***

Ditulis otodidak sepulang kuliah saat benar-benar bingung dengan kehidupan sekarang.

#Ruang tamu

Jumat, 15 Januari 2020
19.50 WIB

(Gania20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang