Satu Bintang Di Langit Kelam

32 6 0
                                    

Jika dikalkulasi, mungkin kita memang bukan perihal seimbang.

Aku si sepi yang terus bertahan, kau si senang yang berada dalam kerumunan. Aku redup yang merotasi porosmu, sedang kau sporadis; terbagi ke segala penjuru.
Bagiku kau pancaran siang, bagimu aku senja yang ditelan hilang.
Bagiku kau udara, bagimu aku embun yang cepat sirna.
Bagiku kau tujuan, bagimu aku hanya sesuatu yang kau temui kala ada kepentingan.
Bagiku kau segala yang kusayang, bagimu aku sisa waktu luang.

Lagi dan lagi semesta menertawakanku dalam segala bentuk kekalahan.

Sudahlah, aku tak ingin lagi mengejar apalagi memaksa keadaan.
Kau terbanglah, cari bahagia yang kau dambakan, aku di sini saja, meredam segala keinginan yang selalu ingin kau ikut sertakan.
Barangkali Tuhan memang tengah menjagaku melalui tak terwujudnya harapan-harapan yang mungkin hanya akan menambah deretan rasa sakit dengan proses penyembuhan yang tak kuketahui garis terangnya.

Aku mendambamu bak penjahat kelas kakap yang mesti sembunyi-sembunyi agar tak diseret dalam hukuman mati.
Bak bandar narkoba yang mesti lihai menyelipkan barang-barang terkutuknya dalam berbagai cara agar tak diketahui.
Bak koruptor yang berlagak sok suci padahal begitu hinanya menguras dana dengan berbagai upaya tak tahu diri.

Iya, aku mendambamu dalam segala kamuflase yang tak kau sadari. Dalam segala sesuatu yang mesti aku simpan rapi-rapi. Dalam segala sesuatu yang membuatku kelimpungan sendiri. Dalam rahasiaku dengan Tuhan bahwa aku begitu menyayangi.

Lagi pula, para pecinta diam-diam sudah terbiasa meremuk perasaan, padahal sang dambaan tak pernah mengetahui apa-apa yang disembunyikan.
Namun kurasa mencintai diam-diam adalah cara yang cukup aman sebab sedari awal sudah menyadari untuk meminimalisir harapan, tetap selaras berada di titik kerelaan, tak bersambut dan berkabut sendirian.

Sudah sedari awal aku tahu, kita bukan perihal seimbang.
Adalah aku yang selalu mengupayakan, ialah kau satu bintang di langit kelam.
Cinta sepihak hanya butuh ruang berekspresi, tabah mendamba di antara luka. Meski kadang kacau oleh khayalan hidup bersama, yang aku sendiri pun tahu bahwa angan terkadang hanya akan menjadi angan, tak pernah menjadi nyata.

Aku mendambamu melalui jalan pintas dengan tak mendesakmu membalas perasaan, melainkan aku menitipkannya langsung pada Tuhan dengan akhir paling entah. Namun aku yakin, jika segala sesuatu berkaitan dengan Tuhan sudah pasti akan sesuai dengan ketentuan-Nya.

Sebab aku tak ingin terlalu berharap padamu. Aku menghindari kekecewaan yang lebih-lebih sedari awal, aku tak ingin mengekangmu, aku tak ingin merenggut hak-hakmu, aku tak ingin memberatkanmu.

"Biar aku simpan apa-apa yang sebenarnya aku rasakan, agar kedekatan kita tak membuatmu keberatan. Sebab segala sesuatu yang berkaitan dengan hati, tak melulu mesti dituruti."

****

#Permulaan tabah

Selasa, 7 Desember 2021
07.53 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang